logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 Buket Bunga

"Mendingan kamu nikah sama Tania saja dari pada pusing nyari di luar." 
Wira menoleh ke samping dan baru ingat kalau ada Tania di sana.
"Hah?" pekik Wira dan Tania bersamaan.
Ciiittttt
Wira tiba-tiba saja mengerem mendadak karena kaget dengan perkataan Mamanya. Selain itu dia juga kaget dengan cewek yang ada di sampingnya.
"Aduh, Hati-hati dong kalau nyetir," pekik Stefi sambil memegangi jidatnya yang terantuk kursi.
Di mata Wira sosok yang ada di sampingnya seperti bukan Tania yang dia lihat tadi pagi, malam itu Tania terlihat sangat berbeda dengan gaun mahal yang dikenakannya. Wira tampak terhipnotis dengan penampilan Tania, sedangkan Tania sendiri merasa risih ditatap sedemikian rupa oleh Wira.
Mata Wira tak berkedip dan mulutnya melongo, rasa takjub menghinggapi pikiran Wira.
Bagaimana mungkin gadis udik dan kumal yang kulihat tadi pagi bisa menjelma menjadi sosok seorang dewi yang sangat jelita? Pasti karena make-up, ya, make-up yang telah mengubahnya, semua ini hanya tipuan belaka.
"Jangan dilihatin terus nanti jatuh cinta, mendingan langsung dihalalin saja," goda Stefi.
Sontak Wira langsung mengalihkan pandangannya ke depan, dia merasa sedikit canggung dengan godaan Mamanya. Pasalnya sedari tadi dia mengabaikan keberadaan Tania dan baru menoleh ke arahnya saat Mamanya menggodanya.
Tania sendiri tidak kalah malu, jantungnya bertalu-talu melihat tatapan elang Wira.
Gil*, gak adiknya gak kakaknya demen banget ngebuat aku jantungan.
Mereka bertiga sudah sampai di hotel tempat diadakan pesta pernikahan saudara Stefi. Stefi turun dari mobil diikuti oleh Tania, mereka tidak langsung masuk ke dalam namun menunggu Wira.
Dari kejauhan Wira tampak memandang Tania dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia langsung mendatangi dua wanita yang sudah menunggunya itu.
Dev, Mika, dan Adit sudah lebih dulu datang ke sana. Merek tampak berbincang dengan tamu yang lain. Mika menghampiri Indra, sepupu sekaligus temannya di kampus.
"Bosannya tiap acara kayak gini pasti ditanya mana pasangannya," rutuk Indra yang sudah menjomblo selama sepekan.
"Salah sendiri betah ngejomblo, bukannya Diana sudah nembak kamu?" Diana adalah teman kampus Indra yang sudah lama mengejar Indra namun selalu saja ditolaknya.
"Ogah, cewek matre kayak Diana tuh bisanya cuma morotin doang." Semua orang di kampus juga sudah tahu kalau Diana itu suka sekali dengan cowok tajir, dia memanfaatkan cowoknya itu untuk mendapatkan barang-barang yang dia sukai.
"Terus si Dila gimana? Tampaknya dia juga suka sama kamu." Dila itu adik kelas Mika yang diam-diam naksir Indra.
"Aku tidak mau merusak anak gadis orang." Dila memang anak yang alim, dia memakai jilbab dan sering menghabiskan waktu di masjid kampus.
"Halah, bilang saja kamu itu terlalu bejat untuknya yang alim, hahaha," ejek Mika.
"Sialan kamu." Mika terus saja mengolok-olok Indra, baginya melihat wajah memelas Indra menjadi hiburan tersendiri.
"Eh, Kakak kamu datang sama cewek barunya ya?"
"Cewek baru? Setauku dia jomblo kok."
"Terus itu siapa cewek cantik yang berjalan beriringan dengan Kakak kamu?" Indra menunjuk ke arah Wira dan Tania yang baru saja masuk.
Stefi berjalan lebih dulu jadi terlihat Wira dan Tania seakan berjalan beriringan.
"Mana sih?" tanya Mika penasaran.
"Ish, itu loh, yang pakai gaun merah dengan rambut di gerai, cantik banget, sumpah." Indra tampak mengagumi sosok wanita yang baru dilihatnya itu.
Mika mencari orang yang dimaksud, matanya sedikit memicing, mencoba menebak siapa yang datang bersama Kakaknya. Tidak lama kemudian matanya membola mengetahui kalau wanita itu adalah orang yang dikenalnya.
"Tania," pekik Mika.
"Jadi namanya Tania, beruntung banget Kakakmu mendapatkan wanita itu." Mika mengakui kalau malam ini Tania terlihat sangat cantik dengan polesan make-up tipis di wajahnya dan gaun mahal yang dia kenakan.
Wira terlihat meninggal Tania sendirian, dia memilih berbaur dengan rekan-rekannya. Tania kebingungan tidak tahu harus kemana, sedangkan di sana tidak ada seorangpun yang dia kenal.
"Samperin yuk," ajak Indra.
"Ogah." Sebenarnya dalam hati Mika ingin sekali mendekat ke arah Tania dan menemaninya namun ada perasaan gengsi di hatinya.
Tania terus saja berjalan, karena tidak hati-hati seorang cowok menabraknya.
"Eh, maaf, saya tidak sengaja," ucap cowok itu meminta maaf.
"Tidak apa-apa," jawab Tania sambil memperhatikan lawan bicaranya.
"Adit?" pekik Tania saat tahu orang yang ada di depannya adalah Adit.
"Siapa ya?" tanya Adit yang tidak mengenali wajah Tania.
"Gitu ya, mentang-mentang di pesta besar pakai dasi dan sepatu mengkilap pura-pura tidak mengenaliku? Awas ya nanti aku tidak mau membantumu mengerjakan PR matematika lagi," tutur Tania. Adit yang masih bingung mencoba mencerna perkataan lawan bicaranya. 
"Mbak Tania?" Mendengar kata PR matematika Adit langsung teringat sama Tania.
"Hmm, baru beberapa jam tidak bertemu sudah lupa sama aku."
"Maaf Mbak, habisnyan Mbak beda banget dari biasanya sih." Adit melihat Tania dari atas sampai bawah. Diperhatikan seperti itu tentu saja Tania merasa risih.
"Aku terlihat jelek ya? Mamamu memaksaku untuk pergi ke acara ini dan mendandaniku kayak gini."
"Tidak kok Mbak, malah sebaliknya Mbak terlihat sangat cantik malam ini," puji Adit tulus.
"Beneran? Tidak bohong kan?" 
"Beneran deh." Adit dan Tania terus saja mengobrol dengan sangat akrab.
Wira yang sudah bergabung dengan teman-temannya sesekali melihat ke arah Tania.
"Yang datang sama kamu tadi siapa?" tanya Roland, rekan bisnis Wira.
"Mama," jawab Wira singkat.
"Ish, kalau Mamamu aku juga tahu, maksudku cewek yang pakai gaun merah itu loh." Tunjuk Roland ke arah Tania.
"Itu … saudara jauhku." Wira terlihat bingung mau memperkenalkan Tania sebagai apanya.
"Oh, kenalin dong? Sudah punya pacar belum?"
"Jangan!" jawab Wira cepat, dia sendiri tidak tahu kenapa bisa bicara seperti itu.
Roland sendiri sudah terkenal sebagai cowok playboy, pacaranya tidak hanya satu tapi banyak dan menyebar di mana-mana.
"Kenapa?" tanya Roland.
"Dia masih polos."
"Wah, justru karena itu aku suka, menjadi hal baru untukku menaklukkan cewek yang masih polos. Selama ini yang mendekatiku semuanya agresif, pasti akan jadi tantangan tersendiri untukku nantinya."
"Jangan berani menyentuhnya!" ucap Wira dengan penuh penekanan. 
Mendengar Wira yang bersikap tidak biasa dia mulai paham kalau temannya itu menyukai Tania. Wira bukan tipe cowok yang mudah jatuh cinta, terbukti setelah putus dari Sarah sampai saat ini dia belum pernah berpacaran lagi. Berbeda dengan Roland yang hanya menganggap cewek sebagai mainan saja.
Wira juga tidak bisa bersikap romantis kepada cewek yang disukainya, tapi jika dia sudah menyukai seseorang maka dia akan menjaganya dengan caranya sendiri.
"Ok, aku mundur dan akan menjauhinya. Jadi, kapan kalian jadian."
"Hah? Jadian apa sih?"
"Jangan berlagak bodoh deh, aku tahu kamu menyukainya."
"Siapa juga yang suka sama cewek udik kayak dia," bantah Wira.
"Yakin? Kalau gitu dia target aku selanjutnya."
"Berani kamu menyentuh seujung rambutnya maka jangan harap aku akan menandatangani kontark denganmu," ancam Wira dengan tatapan yang mengintimidasi.
"Hahaha, kayak gitu masih bilang kalau tidak suka sama dia? Ish, munafik kamu ini."
Perkataan Roland membuat wajah Wira memerah, dengan tidak sengaja dia mengakui kalau sebenarnya menyukai Tania. Roland terus saja menggodanya namun Wira bersikap cuek meski dalam hatinya dia tersenyum.
Acara berlangsung dengan sangat meriah, Adit terus saja menemani Tania, dia juga terlihat sangat akrab dengan Tania. Tibalah saatnya sang pengantin melempar Bunga.
"Ayo ke depan Mbak," ajak Adit.
"Ngapain Dit?" tanya Tania.
"Ambil buket bunga dong."
"Tidak mau, aku belum ada niat untuk menikah kok."
"Ish, jangan terlalu dianggap serius gitu dong, anggap saja ini buat senang-senang, ayo taruhan, siapa yang tidak dapat buket bunga dia harus traktir makan es krim," tantang Adit.
"Ok, siapa takut."
"Mbak maju dulu, sekarang giliran pengantin cewek melempar buket bunga."
"Ok." 
Tania maju ke deretan gadis-gadis pemburu buket bunga. Ternyata banyak sekali cewek yang antusias untuk mendapatkan buket bunga itu.
"Satu …."
"Dua …."
MC mulai menghitung mundur agar sang mempelai perempuan melempar bunga.
"Tiga, lempar."
Pengantin wanita melempar bunga dan disambut meriah oleh para gadis. Tania memang tidak terlalu tinggi tapi dia bisa melompat paling tinggi diantara kerumunan gadis itu dan mendapatkan buket bunga. Tania mendarat dengan susah payah dan tidak maksimal, ditambah lagi sepatu hak tinggi yang dia kenakan membuatnya sempat terhuyung ke belakang.
"Aww," pekik Tania yang hampir jatuh jika saja tidak ada tangan kokoh yang menopang tubuhnya.
"Sepertinya kamu ngebet sekali mau nikah ya sampai segitunya buat ngambil buket bunga," ucap cowok itu sambil terus memegangi Tania agar tidak jatuh.
Netra Tania membola mengetahui bahwa orang yang telah menolongnya adalah Mika. Tania berusaha berdiri tegak tanpa mengucapkan terimakasih kepada Mika.
"Mbak tidak apa-apa?" tanya Adit terlihat khawatir.
"Tidak, kamu harus mentarktirku es krim Dit," ucap Tania sambil mengibaskan bunga di depan Adit.
"Jangan senang dulu Mbak, habis ini giliran pengantin cowok lempar bunga."
"Hey, kamu tidak usah ikut saja Dit, akulah yang akan mendapatkan buket bunga itu dan aku pastikan kalau kamu akan kalah kok." Mika yang diabaikan Tania berniat mendapatkan buket bunga dari pengantin cowok.
"Ish, Mas Mika ikut-ikutan saja sih."
Tibalah waktunya pengantin cowok melempar bunga, Mika melompat tinggi dan berhasil mendapatkan buket bunga itu.
"Ish, kenapa Mas Mika harus ikut sih? Jelas saja aku kalah dong," rengek  Adit yang selalu saja kalah setiap bersaing dengan kakaknya itu.
"Kamu memang tidak pernah bisa mengalahkanku, Dit," ucap Mika pongah.
"Ish, menyebalkan."
"Dit, ayo traktir aku es krim," pinta Tania dengan wajah berseri. Dia sangat senang karena bisa mengalahkan Adit.
"Besok ya Mbak, aku janji bakal beliin Mbak es krim kok," jawab Adit sambil mengerucutkan bibirnya, dia sangat kesal karena kalah dari Tania.
"Ok, aku tunggu janjimu."
Mika mendekat ke arah Tania dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Aku sudah mendapatkan bunganya, jadi kapan kita menikah?"
"Apa?"

Bình Luận Sách (66)

  • avatar
    NgEme

    Saya sangat suka dengan ceritanya, seru

    15d

      0
  • avatar
    NiRa

    ceritanya sangat menarik

    19d

      0
  • avatar
    FahriFahri

    ceritanya sangat menarik

    22d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất