logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Ulah Mika

Stefi yang baru saja selesai melakuan panggilan telepon datang ke ruang tamu dan mendapati tamunya sudah tidak ada di sana. Dia menghampiri Adit yang masih saja tertawa di teras.
"Tante Sandra dan Dewi ke mana?" tanyanya yang masih heran melihat Tania dan Adit yang tertawa.
"Pulang Ma," jawab Mika.
"Kalian kenapa tertawa sampai segitunya sih?" 
"Itu, tadi Dewi nginjak kotoran kucing," terang Tania yang sudah bisa menguasai dirinya.
"Hah? Kok bisa? Kita kan tidak memelihara kucing di rumah." Stefi heran dengan perkataan Tania, pasalnya mereka memang tidak memelihara kucing karena Stefi alergi dengan bulu kucing.
"Bisa Ma, di luar pagar kok," terang Adit, dia berusaha menjelaskan hal yang baru saja dialami Dewi.
"Oh." Stefi mengangguk tanda paham dengan maksud Adit.
Dari arah jalan terlihat mobil berwarna hitam masuk ke pekarangan rumah. Pintu belakang mobil terbuka, tampak seorang pria paruh baya membawa tas berjalan ke arah teras rumah.
"Kok baru pulang Pa?" Stefi meraih tangan pria itu dan menciumnya.
"Iya, di kantor banyak kerjaan, Wira belum pulang?" Pria tersebut menyodorkan tasnya sembari menanyakan anak sulungnya.
"Belum. Oh iya, kenalkan ini Tania, dia adalah anak teman Mama yang akan tinggal di sini," ucap Stefi.
Tania yang sedari tadi memperhatikan wajah pria yang berstatus suami Stefi itu sedikit terkesiap saat namanya disebut. Tidak bisa dia pungkiri meskipun usianya sudah menginjak kepala lima namun ketampanan pria itu masih terlihat. Tania bisa menebak kalau saat mudanya pria itu dikagumi oleh banyak wanita. Tania sekarang tahu dari mana wajah tampan ketiga anak Stefi berasal. Mereka memiliki wajah yang mirip dengan ayahnya, hanya sedikit yang diturunkan dari ibunya.
"Oh, jadi namamu Tania? Saya Devan, kamu bisa memanggil saya Om Dev. Semoga kamu betah tinggal di sini Tania, kalau anak-anak Om bersikap buruk kepadamu bilang saja kepada Om, biar nanti Om yang akan menjewer mereka."
"Iya Om, terimakasih sudah mau menerima Tania untuk tinggal di sini. Maaf jika nantinya Tania akan merepotkan keluarga Om."
"Tidak masalah, anggap saja seperti di rumahmu sendiri."
"Ayo kita masuk, sebentar lagi waktunya makan malam, sebaiknya Papa segera membersihkan diri."
"Iya Ma."
Baru saja mereka semua berniat masuk ke dalam rumah, terlihat mobil berwarna merah datang. Wira muncul dengan wajah dinginnya.
"Baru pulang Nak?" tanya Stefi.
"Ya Ma." Wira mencium punggung tangan Mamanya dan segera masuk ke dalam rumah.
Enam orang sudah berkumpul di meja makan, mereka terlihat sibuk menikmati hidangan yang ada di piring masing-masing. Tidak ada suara, yang ada hanya keheningan yang sesekali dipecah oleh suara denting sendok yang beradu dengan piring. 
Tania merasa canggung degan situasi makan seperti itu, biasanya dia akan bersenda gurau dengan Mama dan Papanya di meja makan sambil sesekali minta disuapin Mamanya.
"Rasa makanan hari ini berbeda dengan biasanya." Dev yang sudah selesai menikmati hidangan baru membuka suaranya.
"Iya Pa." Stefi yang sudah selesai makan menimpali perkataan suaminya.
Tania merasa gugup, pasalnya dialah yang membantu Bik Yati memasak, beberapa masakan dia juga yang menghandle. Dia takut kalau mereka akan mencela hasil masakannya.
"Iya Ma, sepertinya ada yang berbeda," ujar Mika sembari meminum air putihnya.
"Meski masih asing di lidah tapi yang ini enak kok rasanya." Adit terlihat memuji masakan hari ini, ada rasa bangga di hati Tania mendengar perkataan Adit.
Satu lagi orang yang ditunggu berkomentar namun tak kunjung membuka suara, siapa lagi kalau bukan Wira. Padahal Tania sangat ingin mendengar dia mengomentari masakannya.
Bik Yati datang membawa buah-buahan yang sudah dikupas sebagai makanan penutup.
"Apakah Bibi sedang sakit?" tanya Dev saat Bik Yati meletakkan buah di depan Dev.
"Tidak Tuan, kenapa Anda bertanya demikian?" Bik Yati mengerutkan kening karena bingung dengan pertanyaan majikannya.
"Masakan hari ini berbeda dengan biasanya."
"Oh, itu, tadi Neng Tania yang memasak, Tuan," ucap Bik Yati sembari tersenyum ke arah Tania. 
Sementara itu Tania yang namanya baru saja disebutkan oleh Bik Yati langsung saja menjadi pusat perhatian. Semua mata kompak menoleh ke arahnya, hal itu membuat Tania menjadi seperti seorang tersangka kejahatan. Tania dengan gugup menunggu salah satu dari mereka membuka suara namun cukup lama mereka semua terdiam seakan tidak percaya kalau Tanialah yang memasak hari ini.
"Jadi kamu bisa masak sayang?" tanya Stefi, ada sedikit kelegaan di hati Tania karena akhirnya ada yang membuka suara.
"Iya Tante, biasanya di rumah saya membantu Mama memasak." Tania ragu hal apa lagi yang akan dikatakan oleh Stefi, yang jelas dia masih deg-degan menunggu masakannya dikomentari.
"Kamu berbakat jadi seorang Chef, Tania." Kata-kata yang meluncur dari mulut Dev seakan menjadi angin segar untuk Tania yang sedari tadi merasa gelisah menanti jawaban mereka.
"Jadi, apakah kalian menyukai masakan saya? Maaf jika rasanya tidak enak dan tidak sesuai dengan lidah kalian semua."  Tania tahu kalau Dev baru saja memujinya namun dia tidak mau takabur dengan pujian itu dan memilih untuk merendah.
"Justru masakanmu sangat enak sayang." Akhirnya kalimat pujian itu muncul dari mulut Stefi yang membuat Tania tersenyum senang.
"Terima kasih tante."
"Kalau menurut kalian bagaimana anak-anak?" tanya Stefi.
"Aku suka banget sama masakan Mbak Tania." Adit berucap sambil mengangkat dua jempol tangannya. Senyum semakin mengembang di bibir Tania.
"Lumayan, rasa makanan baru ini masih bisa diterima oleh perutku." Mika terlihat mengomentari masakan Tania. 
"Biasa saja, bahkan mendekati tidak layak makan." Kali ini giliran si beruang kutub yang berkomentar, kata-kata yang cukup pedas sepedas harga cabai yang kian melonjak terlontar dari mulut manisnya.
Seketika senyum Tania langsung saja menghilang dari bibirnya digantikan bibir yang melengkung kebawah. Melihat hal itu Stefi berusaha membesarkan hati Tania.
"Jangan dengarkan omongan Wira, dia memang seperti itu Tania," hibur Stefi.
"Iya Tante."
"Besok pagi tolong kamu buatkan nasi goreng!" Dev berucap dengan nada memerintah sebelum beranjak meninggalkan meja makan. Mendapatkan permintaan seperti itu hati Tania menghangat, dia merasa kalau masakannya sudah diterima di keluarga ini.
"Iya Om."
Semua orang sudah selesai makan, mereka beralih ke ruang keluarga. Sudah menjadi kebiasaan di keluarga itu untuk berkumpul bersama setelah makan malam. Mereka bertukar cerita hal apa saja yang mereka alami hari ini.
Adit menceritakan kisah temannya yang tidak sengaja terkena bola basket yang mengakibatkan hidungnya langsung berdarah dan menangis meraung-raung di lapangan. Sontak mereka tertawa mendengar cerita Adit. Semuanya kecuali satu orang yang sedari tadi sibuk dengan gawainya. Siapa lagi kalau bukan Wira,  di saat semua orang saling bersenda gurau manusia tanpa ekspresi itu terus saja sibuk dengan dunianya sendiri.
Pukul sembilan malam Stefi mengajak mereka untuk beristirahat. Tania berniat masuk ke kamarnya saat satu suara mengagetkannya.
"Heh, cewek udik," panggil Mika. Tania yang merasa itu bukan namanya hanya celingak-celinguk mencari siapakah gerangan cewek yang dimaksud Mika.
"Heh, aku manggil kamu, malah tengak-tengok gak jelas."
Tania menunjukan ke arah mukanya sendiri karena tidak percaya dengan panggilan barusan.
"Ish, selain udik ternyata kamu ini beg* juga ya, sini kamu." Mika menyuruh Tania duduk di sofa ruang santai yang ada di tengah ruangan. Tania dengan enggan berjalan ke arah Mika.
"Apa?" tanya Tania malas.
"Boleh juga caramu mengambil hati Papa dan Mama tapi jangan harap aku akan menerimamu begitu saja di keluarga ini. Kamu memang pintar memilih makanan sebagai sarana untuk menggaet kedua orang tuaku. Memang benar apa yang orang katakan, puaskan perutnya maka kamu akan bisa mengambil hatinya, namun aku bukan orang yang mudah ditaklukkan dengan makanan." Dari cara bicaranya sudah jelas kalau Mika tidak senang dengan kehadiran Tania yang tiba-tiba masuk di keluarganya.
"Sudah belum bicaranya? Aku ngantuk, mau tidur." Tania tidak begitu menanggapi perkataan Mika, yang ada di pikirannya saat ini hanya kasur karena dia merasa badannya sangat capek dan ingin segera merebahkan badannya.
"Heh, jangan kurang ajar ya kalau di ajak ngomong orang yang lebih tua."
"Kita cuma terpaut dua tahun, jadi aku tidak perlu berbicara dengan formal kepadamu."
"Ish, udik, kamu tahu kan kalau aku tidak menyukai kehadiranmu, sebaiknya kamu cepat pergi dari sini deh," ucap Mika sambil mengibaskan tangan ke arah Tania
"Aku tidak mau ambil pusing dengan celotehmu itu, lagi lupa Om dan Tante menerimaku dengan sangat baik kok, siapa kamu seenaknya saja mau mengusirku."
"Pakai nanya lagi, sudah jelas aku pemilik rumah ini." Mika berbicara dengan sangat pongah.
"Salah, rumah ini milik Om Dev, selama yang empunya rumah tidak keberatan aku tinggal di sini maka aku tidak mau pergi dari sini. Sudahlah aku mau tidur, selamat malam, jangan mimpikan aku." Tania berniat meninggalkan Mika sendirian namun tangannya di tarik oleh Mika.
Tania tidak siap dengan tarikan Mika yang tiba-tiba menyebabkan kakinya selip dan jatuh di sofa. Saat jatuh itulah tangan Tania reflek menarik tangan Mika yang menyebabkan Mika jatuh di atas tubuh Tania.
Untuk beberapa saat mereka terdiam dan tatapannya saling mengunci satu sama lain dalam posisi itu. Berada di posisi itu membuat Tania bisa dengan jelas melihat wajah Mika yang tampan. Sampai akhirnya Adit melihat kelakuan mereka berdua.
"Astaghfirullah, aku tidak lihat apa-apa, aku masih kecil. Bisakah kalian melakukan itu di kamar? Jangan racuni aku yang masih polos ini dengan tingkah kalian berdua. Mama, Mas Mika …." Mika yang mendengar kalau adiknya itu mau mengadu kepada Mamanya langsung mendekatinya dan menutup mulut Adit. Tania yang menyadari Mika sudah pergi dari atas tubuhnya langsung berlari ke dalam kamar dengan muka memerah.
Tania masih berdiri di pintu sambil memegangi dadanya yang seakan mau meledak. Kejadian barusan cukup membuat pikirannya kacau.
"Aduh, Lama-lama bisa jantungan kalau kayak gini terus," rutuk Tania.

Bình Luận Sách (66)

  • avatar
    NgEme

    Saya sangat suka dengan ceritanya, seru

    16d

      0
  • avatar
    NiRa

    ceritanya sangat menarik

    19d

      0
  • avatar
    FahriFahri

    ceritanya sangat menarik

    22d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất