logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 3 Mengerjai Dewi

Tania keluar dari kamar Adit, dia melihat-lihat ruangan yang ada di lantai dua rumah itu. Netra Tania tertarik dengan satu ruangan yang sepertinya sangat mencurigakan.  Pintu ruangan itu dipenuhi dengan stiker yang bertuliskan nama band Indonesia di era tahun sembilan puluhan. 
Tania berjalan ke arah pintu, perlahan dia buka dan mendapati banyak peralatan musik ada di sana. Tania menduga kalau itu adalah ruangan khusus untuk latihan musik. Dia menutup pintu dan beralih ke ruangan di sampingnya. Tania membuka pintu dan mendapati ada banyak buku tersusun rapi di sana. Dia tersenyum karena menemukan tempat yang akan dia gunakan untuk menghabiskan hari.
Tania merupakan salah satu murid terpandai di sekolahnya dulu. Tidak heran jika dia dengan mudah bisa mengerjakan soal matematika milik Adit. Tania sangat menyukai pelajaran Matematika, berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka menganggap matematika adalah pelajaran yang sangat menakutkan. 
Tania juga pernah menjuarai lomba matematika dalam rangka  peringatan ulang tahun kota Bogor. Selain menyukai pelajaran Matematika Tania juga sangat suka membaca, menemukan perpustakaan di rumah itu menjadi kebahagiaan tersendiri untuknya. 
KRUCUK
Perut Tania berbunyi saat dirinya sedang asyik menikmati perpustakaan yang lumayan besar itu. Dia baru ingat kalau dari tadi belum makan apa-apa. Tania ingin mencari sesuatu di dapur untuk mengganjal perutnya karena tidak memungkinkan untuk dirinya makan besar sebelum tuan rumah mempersilakannya.
Tania turun ke lantai satu, dia mendengar suara orang berbincang dari ruang tamu, karena penasaran akhirnya Tania mengintip dari ruang keluarga. Dia mendapati Stefi berada di ruang tamu bersama dua orang perempuan. Mereka tampak mengobrol dengan sangat akrab. Tania yang berniat menyapa Stefi mengurungkan niatnya karena merasa sungkan dengan tamu itu
Tania bersiap berbalik menuju ke dapur namun panggilan Stefi membuatnya menghentikan langkahnya.
"Tania, sini," panggil Stefi.
"Iya Tante." Perlahan Tania berjalan mendekati Stefi.
"Kenalkan ini Tante Sandra dan anaknya, Dewi."
Tania memperkenalkan diri kepada kedua wanita itu. Tante Sandra terlihat ramah dan bersahabat, berbeda dengan Dewi yang selalu menatap sinis ke arah Tania.
"Tania ini anaknya teman saya yang berasal dari Bogor, dia akan tinggal di sini selama kuliah," terang Stefi kepada kedua tamunya dan hanya dibalas anggukan oleh Tante Sandra.
"Jadi intinya dia ini numpang di rumah ini, Tante? Memangnya dia tidak punya uang untuk mengontrak rumah apa? Eh, aku lupa dia kan dari desa, pasti miskin sekali orangnya."
Satu pertanyaan yang terlontar dari mulut Dewi berhasil membuat Tania terkesiap. Dia tidak menyangka jika orang yang baru saja dikenalnya dalam hitungan menit bisa dengan tega mengatakan hal itu. Sebenarnya untuk mengontrak sebuah rumah bukan perkara yang sulit untuknya karena sebagai petani di desa orang tua Tania cukup kaya.
Tania masih diam, bukannya tidak mampu menjawab tapi dia menghargai Stefi sebagai tuan rumah. Sebisa mungkin dia tidak menampakkan taringnya hanya karena ejekan kecil.
"Orang tuanya sengaja menitipkan dia di sini agar ada yang menjaga." Akhirnya Stefi menjawab pertanyaan Dewi.
"Menjaga? Seperti anak kecil saja harus dijaga segala sih, aku loh pergi keluar negeri dan tinggal di sana sendirian tidak masalah." Kalimat ejekan keluar lagi dari mulut gadis cantik itu. 
"Jangan bandingkan kamu dengan gadis kampung ini dong sayang, kalian jauh berbeda." Tante Sandra ternyata tidak jauh beda dengan anaknya, dia paham dari mana asal sifat Dewi yang suka merendahkan orang itu.
"Iya dong Ma, tidak level sekali aku tuh, lihat saja cara berpakaiannya, benar-benar mencerminkan kalau dia berasal dari kampung."
Andai saja tidak ada Stefi di sana pasti Tania sudah maju ke depan untuk meremas mulut kedua Ibu dan Anak itu.
Dari pintu depan muncullah Mika yang baru saja pulang dari kampus. Dewi yang tahu hal itu menghampiri dan bersikap sangat manis kepada Mika. Dewi sengaja menggandeng tangan Mika dan berusaha bergelanyut manja.
"Eh, Mika, kok baru pulang sih, aku sudah dari tadi menunggumu loh, ayo duduk di sampingku sini," tutur Dewi seraya mengajak Mika duduk di sofa.
Mika sendiri terlihat tidak nyaman dengan perlakuan Dewi dan berusaha melepaskan tangannya. Dewi terus saja menarik tangan Mika, hal itu menyebabkan Mika tidak punya pilihan lain selain menurutinya.
Dari mimik wajah Mika, Tania bisa  tahu kalau sebenarnya dia tidak menyukai perlakuan Dewi terhadapnya. Dia sepertinya merasa sangat risih saat Dewi menyentuhnya. Semua itu terlihat dari mimik wajah Mika yang sangat tidak nyaman saat berada di samping Dewi.
Gawai Stefi berbunyi, dia minta ijin ke belakang untuk mengangkat panggilan teleponnya.
Saat itu muncullah Bik Yati membawakan minuman dan cemilan. Tania membantu menurunkan hidangan yang akan diberikan untuk tamu itu.
Dengan sengaja dia menumpahkan minuman ke baju Dewi yang membuatnya beranjak dari kursi dan marah-marah.
"Arrght, dasar udik, katrok, kamu tahu tidak berapa harga bajuku ini, hah? Ini mahal tahu, sepuluh juta kalau kamu mau tahu. Berani-beraninya kamu membasahi baju mahal ini, pokoknya kamu harus tanggung jawab!" Dewi berkata sambil menghentak-hentakan kakinya.
Mika dan Bik Yati yang melihat ulah Tania terkejut dengan keberanian gadis itu, namun dalam hati mereka tersenyum karena akhirnya Dewi mendapat pelajaran. Bisa diketahui kalau sebenarnya Mika tidak suka dengan Dewi karena sikapnya yang sangat manja dan kekanak-kanakan. Mereka memang sudah mengenal cukup lama karena kedua orang tua mereka juga bersahabat sejak masa kuliah.
Bik Yati juga tidak menyukai Dewi, setiap dia datang selalu saja menyuruhnya ini dan itu layaknya seorang bos, bahkan majikannya sendiri tidak pernah melakukannya. Pernah suatu hari Dewi datang dan tidak sengaja menginjak kotoran kucing liar yang ada di depan gerbang. Tanpa sungkan dia melempar sandalnya ke arah Bik Yati dan menyuruhnya untuk membersihkan kotoran itu.
"Ups, maaf, tidak sengaja." Tania meletakkan tangan di bibir berpura-pura minta maaf.
"Dasar anak kampung, berani-beraninya kamu mengotori baju anak saya. Kayak gini nih kalau anak desa dibiarkan bergaul sama orang kota." Tante Sandra mengomel sambil berusaha membantu membersihkan baju yang basah.
"Ma, pasti orang tuanya tidak mengajarinya tentang sopan santun sehingga dia bisa bersikap bar-bar layaknya orang hutan."
Kata-kata Dewi sangat menyakitkan, Tania merasa tidak terima jika dia membawa nama orang tuanya dalam masalah sekecil ini. Tania masih berusaha untuk meredam kemarahannya dan membalas perlakuan Dewi.
Tania menyambar lap yang ada di pundak Bik Yati dan membantu membersihkan baju Dewi.
"Sini aku bantu bersihkan."
"Tidak usah, singkirkan tangan kotormu." Tania tidak mengindahkan perkataan Dewi dan terus saja mengelap bajunya dengan kain Bik Yati.
"Tidak apa-apa, aku senang bisa membantumu kok." Tania menekankan kain lap dengan kasar ke arah Dewi, hal itu tentu saja membuat Dewi sangat murka.
"Wuek, dasar jorok, kain apa yang kamu gunakan ini, pergi menjauh dariku." Dewi melihat dengan jijik ke arah kain yang digunakan Tania. Dia mendorong  Tania untuk segera menjauh darinya. 
Adit yang baru saja menyelesaikan pekerjaan rumahnya pergi ke ruang tamu dan melihat apa yang terjadi. Dia sedikit kaget dengan keberanian Tania yang dengan sengaja mengerjai Dewi.
"Ayo kita pulang saja Ma, Lama-lama bisa darah tinggi aku kalau berhadapan dengan cewek udik ini." Dewi menyerah untuk meladeni Tania, dia akhirnya mengajak Mamanya pulang.
"Ayo sayang, Mama juga sudah tidak betah tinggal di sini gara-gara curut yang satu ini. Mika, sebaiknya kamu segera mengusir benalu ini dari rumahmu kalau tidak mau hal buruk terjadi."
Mika mendelik, dia tidak menyangka jika kelakuan tante Sandra sama saja dengan anaknya. Anak dan Ibu itu berjalan keluar namun entah kenapa saat sampai di teras Dewi terpeleset dan jatuh terjerembah.
"Aww, sakit Ma, siapa sih yang menumpahkan air di sini?" Dewi berusaha bangun dan memegangi pinggangnya.
"Kamu tidak apa-apa sayang? Ini pasti ulah Bik Yati yang tidak becus dalam bekerja, besok Mama akan menyuruh Stefi untuk memecatnya." Tante Sandra menyalahkan Bik Yati karena mengakibatkan anaknya sampai jatuh.
Perempuan paruh baya itu juga sedikit kaget karena disalahkan untuk hal yang tidak dia lakukan.
"Jatuh karena kesalahan sendiri tapi kok nyalahin orang lain, aneh. Tidak sekalian tuh airnya disalahin juga," celetuk Tania.
"Ini lagi si udik pakai ikut-ikutan ngomong, semua ini pasti ulahmu kan? Kamu sengaja membuang air di sini supaya aku terpeleset kan?" Dewi berusaha menyalahkan Tania untuk kesialan yang dia alami.
"Halo Mbak yang katanya orang kota dan lulusan luar negeri, apakah mata Anda tidak melihat kalau tadi habis hujan? Lagian ngapain aku repot-repot nyiram lantai kalau nantinya aku juga yang harus membersihkannya? Kurang kerjaan banget."
"Dasar licik kamu!" Dewi terlihat menahan amarah.
"Karma is real, makanya jangan suka menghina orang desa, gini-gini aku juga masih bisa membedakan mana yang baik dan buruk tidak asal ngomongin orang dengan kata-kata yang pedas. Orang desa lebih bermartabat dan tahu sopan santun. Tidak seperti kamu yang berpakaian kurang bahan dan suka mengumbar aurat."
"Ish, menyebalkan, ayo kita pulang Ma, Lama-lama tensi bisa naik kalau di sini terus."
"Ayo, awas kamu anak udik, kami akan datang lagi nanti."
"Siapa takut, Hati-hati di jalan ya, jangan meleng, lihat kiri dan kanan kalau mau nyebrang," nasehat Tania hanya dibalas dengan jari tengah yang diangkat ke atas oleh Dewi.
"Aww, apa ini?" Dari teras rumah Tania bisa mendengar Dewi yang memekik keras.
"Ih, kotoran kucing, Nak," teriak Tante Sandra.
Mendengar perkataan Tante Sandra, bik Yati langsung masuk ke dalam rumah, dia takut kalau kejadian yang dulu pernah terjadi akan terulang lagi.
"Hahaha, rasain kamu." Tania tertawa terbahak-bahak melihat Dewi yang menghentak-hentakan kakinya.
"Hahaha." Adit yang sedari tadi hanya memperhatikan tingkah Dewi akhrinya ikut tertawa.
"Mampu*s." Satu kata meluncur dari mulut Mika disertai senyuman kepuasan.
Tania menoleh kearah sumber suara dan mendapati Mika dengan senyum mengembang memperlihatkan gigi-giginya yang putih terawat. 
Ya Allah, kuatkan imanku, ternyata makhluk yang satu ini sangat tampan.

Bình Luận Sách (66)

  • avatar
    NgEme

    Saya sangat suka dengan ceritanya, seru

    16d

      0
  • avatar
    NiRa

    ceritanya sangat menarik

    19d

      0
  • avatar
    FahriFahri

    ceritanya sangat menarik

    22d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất