logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Tania

Tania

Eka Bigmama


Chương 1 Keluarga Stefi

"Tania, kalau kamu mau kuliah maka tinggallah di rumah teman Mama," pinta Dahlia suatu sore.
"Tapi Ma, enakan ngekos, lebih bebas, tinggal di rumah orang tuh sungkan buat ngapa-ngapain."
Pletak
Satu sentilan mendarat di kening Tania. Rasa panas langsung menjalar ke jidat gadis manis itu.
"Aduh, sakit Ma," protesnya sambil mengelus kening yang memerah.
"Bebas seperti apa yang kamu maksud? Kluyuran sampai malam atau masukin cowok ke kamar?"
Dahlia yang notabene mantan orang kota tahu betul bagaimana pergaulan anak muda jaman sekarang. Dia tidak ingin jika anak semata wayangnya terjerumus ke dalam hal yang tidak baik nantinya.
"Ish, aku kan tidak pernah kluyuran sampai malam Ma, palingan pagi, hehehe. Boro-boro masukin cowok, pacar saja tidak punya. Lagian ngapain juga aku masukin cowok ke kamar, kurang kerjaan banget," sanggah Tania sambil bersedekap.
"Jakarta itu kota besar, kita tidak pernah tahu bagaimana pergaulanmu nanti di sana. Kamu anak Mama satu-satunya, Mama kuatir terjadi sesuatu sama kamu."
Mungkin sekarang dia terlihat polos seperti gadis desa pada umumnya, namun lingkungan anak perkotaan bisa saja mengubahnya, hal itulah yang ditakutkan Dahlia.
"Tania kan sudah gede Ma, bisa jaga diri sendiri."
"Tania, ikuti saja kemauan Mamamu. Kamu tidak mau kan Mama sampai sakit karena kepikiran terus sama kamu. Ini pertama kali kamu jauh dari orang tua, jadi kamu harus bisa hidup mandiri."
Damar yang sedari tadi hanya diam saja, akhirnya ikut berbicara.
"Yasudahlah," jawabnya pasrah.
Namanya Tania Wirapraja, anak tunggal dari pasangan Damar Wirapraja dan Dahlia Wirapraja. Tania tinggal di Bogor, kedua orang tuanya memiliki kebun sayur yang cukup luas. Penghasilanan utama mereka memang dari penjualan sayuran.
Sebelum hidup di desa dan menjadi petani sayur, Dahlia dan Damar dulunya tinggal di kota dan memiliki bisnis di sana. Di tahun kedua pernikahan mereka, damar sakit-sakitan dan membutuhkan lingkungan dengan udara yang sehat agar kesehatannya bisa pulih, karena hal itulah akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke desa. Bisnis mereka sekarang diambil alih oleh orang kepercayaan Damar.
Saat mereka pindah ke desa Tania masih berusia satu tahun jadi dia tidak ingat bagaimana rasanya hidup di Ibukota.
Tahun ini Tania lulus sekolah dan berniat melanjutkan kuliah di Jakarta. Karena keinginan Mamanya, Tania terpaksa tinggal di rumah kenalan Mamanya.
Sekarang di sinilah dia, kota yang tidak pernah tidur. Perjalanan dari Bogor ke Jakarta cukup membuatnya lelah, apalagi ini pertama kali dia bepergian jauh seorang diri. Ditambah lagi dia harus mencari alamat yang tak kunjung ketemu, hal itu membuatnya sedikit putus asa.
Akhirnya sampai juga Tania di alamat yang dari tadi pagi di carinya. Rumah dua lantai sudah terpampang jelas di matanya namun dia ragu untuk masuk ke dalam. Sampai seorang anak lelaki dengan seragam sekolah keluar dari rumah tersebut dan menyapanya.
"Cari siapa, Mbak?" tanyanya yang  melihat raut kebingungan Tania.
"Apakah benar ini rumah Ibu Stefi?" tanya Tania sambil memperhatikan secarik kertas yang sedari tadi dia genggam.
"Iya, benar. Ada keperluan apa ya?" tanya lelaki itu sambil melihat penampilan Tania dari ujung kaki sampai ujung rambut. Lelaki itu seperti nya risih melihat penampilan Tania yang memakai rok panjang dan kaos lengan panjang. Ditangan kirinya dia menenteng tas kumal yang lumayan besar.
"Oh, saya ingin bertemu dengannya," jawab Tania sedikit menyembunyikan tasnya karena risih dengan tatapan anak itu.
"Masuk saja, Mama ada di rumah kok."
"Oh, iya Terima kasih."
"Ok," ucap lelaki itu sambil berlalu meninggalkan Tania.
Tania melihat seorang security dan mengatakan maksud tujuannya datang ke sana. Security itu menyuruhnya masuk karena Ibu Stefi sudah menunggunya.
Tania mulai memasuki halaman yang lumayan luas dengan banyak tumbuhan di sana. Dua pilar besar sudah terpampang jelas di depan mata. Rumah dua lantai yang mewah itu langsung membuat takjub Tania.
"Tania?" tampak seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahunan keluar dari rumah dan menyapa Tania.
"Iya, saya Tante." Tania mendekati Stefi dan mencium punggung tangan wanita tersebut.
"Akhirnya kamu sampai juga Nak." Stefi bersorak sambil memeluk dan mencium kedua pipi Tania.
Duh, heboh banget nih Tante.
"Maaf ya sayang, Tante senang banget karena akhirnya kamu datang. Di rumah ini hanya Tante perempuannya, anak Tante cowok semua sih. Nanti kita ke mall terus ke salon bareng ya sayang, Tante sudah tidak sabar mau jalan sama kamu."
"I-iya Tante." Tania yang diperlakukan seperti itu merasa risih, pasalnya dia sendiri belum pernah pergi ke mall atau ke salon, selama ini jika mau potong rambut Mamanya lah yang memotongnya.
"Ayo masuk sayang." Stefi mengapit tangan Tania dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.
"Iya Tante."
Mata tania membelalak melihat isi di dalam rumah yang terlihat mewah. Barang-barang di sana belum pernah Tania lihat sebelumnya.
Gil*, ini rumah apa istana sih? Mewah banget.
"Duduklah dulu, kamu pasti capek habis perjalanan jauh."
"Iya Tante, terimakasih," jawab Tania sambil menjatuhkan bobotnya di sofa ruang tamu.
Wah, empuk sekali sofa ini.
"Minum dulu Tania," ucap Stefi setelah seorang asisten rumah tangga membawakan mereka minuman dan cemilan.
"Terimakasih Tante." Tanpa sungkan Tania langsung menenggak minuman yang ada di gelas sampai tandas.
"Anggaplah seperti di rumah sendiri, jangan sungkan kalau kamu butuh apa-apa. Suami Tante sudah berangkat kerja, kalau anak Tante ada tiga. Yang pertama namanya Prawira, dia sudah bekerja di perusahaan Papanya. Yang kedua namanya Jatmika, dia kuliah di tempat yang sama denganmu nantinya, sekarang dia semester enam. Terus yang paling bontot namanya Aditya dia kelas dua." Stefi menjelaskan silsilah keluarganya dengan detail.
"Yang baru saja keluar pakai motor itu ya, Tante?" tanya Tania.
"Iya, itu Aditya, biasa dipanggil adit. Nah, kalau itu Jatmika atau biasa dipanggil Mika," ucap Stefi sambil menunjukan seorang lelaki yang baru saja menuruni anak tangga.
"Siapa dia, Ma? Pembantu baru ya? Katrok banget," tanya Mika sambil memandang Tania dengan tatapan mengejek.
Pakaian yang dikenakan Tania saat itu memang bisa dibilang kelihatan jadul, dia sengaja memakainya karena desakan Dahlia. Dahlia takut jika Tania mengalami pelecehan saat di jalan makanya dia menyuruhnya berpenampilan layaknya gadis desa.
Rambut Tania yang panjang sengaja dikepang dua, dia juga memakai kacamata tebal yang membuat Mika semakin ilfeel kepadanya.
"Kenalkan, dia Tania. Mulai hari ini dia akan tinggal di rumah kita. Kebetulan dia kuliah di tempat yang sama denganmu, nanti kalian bisa berangkat bareng." Stefi menerangkan maksud kedatangan Tania.
"What? Bareng sama dia? Tidak deh Ma, mending suruh dia naik angkot saja, sudah numpang maunya nebeng gratis pula, dasar benalu," jawab Mika sambil menatap j*j*k ke arah Tania.
Astaga, mulutnya, pengen aku sumpal pakai cabai satu ons. Liat cara dia memandangku rasanya aku pengen  mencongkel mata orang itu.
"Heh, jangan gitu dong, dia kan tamu di rumah ini. Hormati dia …."
"Ish, pagi-pagi sudah buat badmood saja. Aku berangkat dulu Ma, assalamualaikum," ucap Mika sambil mencium punggung tangan Stefi. Sepertinya dia tidak mau mendengar alasan Mamanya menerima wanita udik itu.
"Ya, hati-hati di jalan, wa'alaikumsalam."
"Cih, katrok," bisik Mika saat sampai di samping Tania, setelah mengatakan itu dia terus saja berjalan keluar rumah.
S*alan tuh anak ngatain aku katrok.
"Tania, ayo Tante tunjukkan di mana kamarmu." 
"Iya Tante."
Tania mengikuti Stefi berjalan menaiki tangga menuju ke lantai dua. Lantai dua memang di peruntukkan untuk kamar anak-anak Stefi, sedangkan kamar Stefi ada di lantai bawah. Sampai di atas ada sebuah ruangan yang cukup luas di bagian tengah sementara di pinggir terlihat ada beberapa pintu.
Stefi berjalan ke sebuah kamar yang pintunya di cat warna pink, tampak berbeda dengan tiga kamar lainnya yang berwarna putih. Dari salah satu pintu muncullah seorang laki-laki.
Oh my God, ganteng banget tuh cowok. Mulus bener kulit wajahnya kayak oppa Korea.
"Sudah mau berangkat sayang?" tanya Stefi kepada lelaki tersebut.
"Iya Ma."
"Kenalkan ini Tania, dia akan tinggal di sebelah kamarmu."
Wah, senangnya kamarku di samping oppa, asyik banget pastinya nih.
"Oh." Lelaki itu menjawab dengan oh saja.
"Tania, kenalkan, ini anak Tante yang paling besar namanya Prawira, kami biasanya memanggil dia Wira."
Tania mengelap tangan dengan roknya dan segera menjulurkan tangan berniat menjabat Wira, namun Wira hanya melihatnya sekilas dan berpamitan kepada Stefi.
"Hari ini aku lembur, berangkat dulu Ma, assalamualaikum."
Ish, sombong banget tidak mau menjabat tanganku.
Tania buru-buru menarik tangannya karena merasa malu di kacangin. Stefi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak sulungnya.
"Iya, Hati-hati, wa'alaikumsalam," jawab Stefi.
"Maafkan anak Tante ya, Tania. Dia memang orangnya cuek, tapi aslinya sangat perhatian kok," ucap Stefi sambil berjalan ke kamar Tania.
"Iya Tante."
"Nah, ini kamar kamu Tania. Semoga kamu betah tinggal di sini ya."
Sebuah kamar yang didominasi warna pink dengan perabotan yang harganya tidaklah murah langsung memanjakan mata Tania.
"Ini kamar aku Tante?" tanya Tania memastikan, tak henti dia mengagumi keindahan kamar tersebut.
"Iya sayang, kamu suka?" tanya Stefi.
"Suka sekali, terimakasih Tante."
"Tante sengaja mendesain kamar ini sendiri, kamu tahu kan kalau anak tante laki-laki semua, jadinya Tante sangat bersemangat saat tahu kamu akan tinggal di sini," ucap Stefi dengan mata berbinar, tampak sekali kalau dia sangat bahagia dengan kehadiran Tania.
Tania tidak menyangka jika teman ibunya sangat baik kepadanya, bahkan dia memperlakukannya seperti anaknya sendiri.
"Sini sayang." Stefi duduk di pinggir tempat tidur dan memanggil Tania untuk mendekat kearahnya.
"Tania, Tante mau ngomong sesuatu sama kamu." Wajah Stefi terlihat sangan serius.
"Ada apa Tante? Kok sepertinya penting sekali."
"Begini, Tante dan Mama kamu itu sahabatan dari jaman kuliah dulu. Kami pernah berjanji akan menjodohkan anak kami."
"Maksud Tante?"
"Pilihlah salah satu dari anak Tante untuk kamu jadikan suami nantinya."
"Hah?"

Bình Luận Sách (66)

  • avatar
    NgEme

    Saya sangat suka dengan ceritanya, seru

    16d

      0
  • avatar
    NiRa

    ceritanya sangat menarik

    19d

      0
  • avatar
    FahriFahri

    ceritanya sangat menarik

    22d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất