logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 Halo California

1 Bulan Sebelum Penyerangan
 
      Bandara internasional California nampak penuh sesak dengan para penumpang pesawat yang baru datang atau akan menempuh perjalanan. Seorang wanita muda berjubah panjang yang dilengkapi dengan kerudung besar nampak mencolok di antara para bule yang mengenakan baju serba mini. Wanita itu nampak asing dengan lingkungan di sekitarnya karena ini adalah pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di tempat itu.
Wanita itu berbadan tinggi dengan postur tubuh normal dan wajah yang cukup cantik. Ekspresinya nampak serius ketika matanya terus menyapu lingkungan di sekitarnya berharap akan melihat wajah yang familiar. Sorot matanya tajam dan dia memiliki bibir mungil berwarna merah muda. Tak sedikit orang merasa terintimidasi saat menatap langsung ke arah matanya yang cenderung selalu nampak sinis itu. Namun mata itu pula yang beberapa kali mempesona lawan jenis yang tak sengaja bertatapan mata langsung dengannya.
Sejujurnya gadis itu selalu merasa bahwa wajahnya tidaklah cantik dan menarik, diapun sering heran ketika menemui beberapa lelaki yang mulai tebar pesona kepadanya. Namun tak ada satupun dari lelaki itu yang berani mendekati dirinya. Mungkin kesan dingin dan cuek yang terpasang pada dirinya membuat para lelaki enggan dan takut bercengkrama dengannya. Namun dia tak peduli, dia tidak akan membuang waktunya dengan lelaki yang hanya tertarik berpacaran dengannya.
Eiliyah Darra Ad-durriyah, sama seperti namanya dia adalah seorang gadis cerdas yang menjaga integritas dan kesuciannya bagai berlian yang bernilai tinggi. Dia adalah putri tunggal dari keluarga sederhana namun cukup disegani oleh masyarakat sekitar karena budi pekertinya. Eiliyah adalah sarjana terbaik dari Universitas ternama yang saat ini akan segera melanjutkan studinya dalam program beasiswa S2 di Jurusan Creative Writing Universitas Stanford, California.
Dia masih belum percaya bahwa dia benar-benar berada di negara asing itu sekarang. Baru saja seminggu yang lalu dia hendak melepaskan impiannya tentang melanjutkan kuliah di negara ini dan menerima lamaran dari laki-laki pujaan hatinya. Yah Eiliyah telah memutuskan untuk menerima lamaran Ilyas dan akan segera mengakhiri titel yang disandangnya sebagai perawan tua yang disematkan oleh masyarakat sekitar.
Calon suaminya itu adalah seorang ustadz yang dipercaya masyarakat sekitar untuk menjadi imam muda besar di masjid akbar. Lelaki yang diam-diam mencuri hati Eiliyah sejak SMA ketika dia mengikuti kajian ceramahnya. Mereka telah sepakat untuk menikah di akhir bulan ini, namun nampaknya takdir membawa kehidupan Eiliyah ke tempat lain.
Gadis itu lebih memilih untuk menyelesaikan pendidikannya terlebih dulu karena dia telah lama memperjuangkan beasiswa ini, dia tidak ingin melepaskan kesempatan emas yang menghampirinya. Eiliyah masih sangat ingat cara Ilyas memberikan dukungan penuhnya agar wanita itu mengejar impiannya . Betapa bersyukurnya dia memiliki calon suami yang begitu pengertian dan menyayanginya dengan sepenuh hati.
Eiliyah mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa jam, seharusnya orang yang akan menjemputnya di bandara telah tiba di tempat itu. Pandangan Eiliyah pun beralih pada foto wallpaper yang terpampang di ponselnya, foto dirinya bersama dengan kedua orangtuanya. Nasihat kedua orang tuanya itu pun kembali dia gumamkan dalam hatinya.
"Jaga dirimu terutama imanmu disana ya nduk, jangan sampai kau terpengaruh dengan lingkungan yang tidak baik di tempat itu" ucap sang ayah memperingati anak gadis satu-satunya itu. Eiliyah mengangguk paham sambil tersenyum.
"Insya Allah bapak... Lagipula Eiliyah akan tinggal bersama Annisa disana.." ucap gadis itu meyakinkan orangtuanya.
Yah, di tempat asing ini Eiliyah akan tinggal bersama dengan sahabat karibnya di SMA, Annisa. Dia adalah anak seorang konglomerat muslim kaya dan memiliki sifat yang ramah. Mereka berdua sering menghadiri kajian bersama selama SMA. Tidak berbeda dengan Eiliyah, Annisa juga merupakan wanita sholehah yang selalu menjaga kehormatannya sebagai seorang muslimah. Itulah yang membuat Eiliyah setidaknya merasa lebih nyaman untuk tinggal disini, karena dia memiliki Annisa yang akan menjadi sahabat yang menjaga lingkungan aqidahnya.
"Eiliyah!!" terdengar suara melengking seorang wanita yang memanggil wanita itu dengan penuh antusias.
Eiliyah sungguh mengenal suara itu, suara itu adalah milik Annisa. Wanita itu segera menyunggingkan senyumnya dan berbalik ke arah sahabatnya namun senyuman itu langsung menghilang ketika dia melihat sosok perempuan yang berlari ke arahnya sambil membuka lebar kedua tangannya.
Wanita itu tidak berhijab, dia hanya mengenakan sebuah baju tanpa lengan yang ketat dan celana jeans super mini. Rambutnya di cat berwarna merah menyala dengan bagian highlight yang mencolok. Dia juga memakai anting di bagian hidungnya serta riasan wajah yang terlalu cantik.
Eiliyah mengenal wajah perempuan itu, namun matanya tidak mampu mempercayai perubahan penampilan yang muncul di hadapannya. Perempuan itu segera merangkul Eiliyah ke dalam pelukannya dan mengekspresikan kerinduannya.
"Waaaah... Akhirnya kau bisa datang ke tempat ini juga!" ucap wanita itu dengan bersemangat menggandeng lengan kanan Eiliyah erat.
"Annisa?" tanya Eiliyah tidak percaya.
"Nah, just call me Ann, I prefer that.." ucap Annisa menarik lengan sahabatnya agar berjalan bersamanya. Eiliyah menarik tangannya dari perempuan itu dan memandang Annisa dengan wajah yang penuh tanda tanya.
"What's happened to you? Kemana hijabmu?" tanya Eiliyah dengan nada tegas memprotes keras penampilan baru dari kawan baiknya itu.
"Aah... Don't mention it! I don't want to talk about that in our first meeting" kata Annisa sambil mengangkat keduanya tangannya dan menunjukkan ekspresi wajah malas mendengarkan topik pembicaraan Eiliyah. Pertanyaan sahabatnya itu benar-benar merusak mood baiknya. Dia tidak mau bersitegang dengan Eiliyah di saat pertama kali mereka saling bertemu setelah sekian lama.
Annisa telah berkuliah di Amerika sejak pertama kali dia melanjutkan studi s1 nya. Latar belakang keluarganya yang kaya membuat wanita itu dengan mudah melanjutkan kuliah dimana saja berbeda dengan Eiliyah yang masih harus menunggu program beasiswa untuk melanjutkan studinya. Namun Eiliyah tidak menyangka sekian tahun yang dihabiskan sahabatnya di negara itu malah mengubahnya menjadi orang yang jauh berbeda.
"Tapi An... Penampilan mu ini sungguh keterlaluan, apakah kau tidak merasa malu? Apakah orangtuamu tahu tentang ini? Apakah kau mau menyeret kedua orang tua mu ke dalam neraka karena pakaianmu yang seperti ini?" Eiliyah mulai mengomel dan memperingati kawannya dengan tegas.
Ya, Eiliyah tidak pernah bisa berkompromi dengan hal-hal yang melanggar batas syariat terutama jika berhubungan dengan orang-orang terdekatnya. Annisa nampak memutar matanya, merasa gerah dan malas mendengar ceramah dari temannya itu.
"Stop with your nonsense Eil, you would understand me after you live here. You can't blame me for this, this is Amerika ~~" ucap Annisa sambil mengarahkan kedua tangannya ke arah tubuhnya, seolah mengindikasikan bahwa penampilannya itu adalah hal yang sangat wajar dan lebih diterima di negara itu. Eiliyah hendak memprotesnya lagi, namun Annisa menghentikannya sambil mengangkat kedua tangannya.
"Just let's go" ucap Annisa mengambil koper Eiliyah dan menyeret tas itu pergi, meninggalkan wanita berjilbab itu sendirian di tempatnya.
Eiliyah menatap punggung Annisa dengan nanar, dadanya bergemuruh karena amarah yang menguasainya. Kemana perginya sahabat sholihahnya Annisa? Kenapa dia bisa berubah seperti itu sekarang? Wanita itu mulai takut jika dia akan ikut terjerumus ke jalan maksiat yang menimpa sahabatnya. Apakah pilihannya untuk datang ke tempat ini benar-benar hal yang tepat?
Meskipun hatinya berat namun dia tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti langkah kaki Annisa, tidak ada jalan kembali untuknya. Dia tidak mungkin kembali ke negara asalnya ketika dia baru saja sampai di tempat ini.
Eiliyah hanya bisa memantapkan hatinya dan berdoa, memohon perlindungan dan petunjukNya agar dia tidak tersesat di negara ini. Bagaimanapun juga dia harus menghadapi apapun konsekuensi dari pilihan yang dia buat dan harus mempersiapkan hatinya untuk mengatakan... Halo California....

Bình Luận Sách (131)

  • avatar
    OctaEldo

    senang

    16d

      0
  • avatar
    LestariAyu

    cerita nya sangat bagus sekali

    10/08

      0
  • avatar
    TansaniLia

    kerennn bagus ceritanya menarik

    23/04

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất