logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 3 KKN DI TANAH SUNDA

"Beb sebentar aku lagi pake sarung tangan dulu,"
"Lama banget sih nanti telat loh, kita kumpul jam tujuh kan,"
Pagi hari dengan tergesa-gesa Devina dan Reyhan mengendarai motor menuju ke titik kumpul yang berada di sebuah lapangan militer. Kampus memperbolehkan maksimal dua motor di tiap kelompok untuk memudahkan akomodasi. Karena Reyhan adalah ketua kelompok di kelompoknya, maka ia pun membawa motor untuk menunjang mobilitasnya dalam melaksanakan program kerja nantinya.
Sesampainya di titik kumpul keberangkatan, Devina dan Reyhan pun segera bersiap untuk berangkat dengan cara konvoi bersama mahasiswa yang mengendarai motor juga. Selebihnya mahasiswa yang lain berangkat dengan mobil angkut TNI, namun ada pula yang di antar oleh keluargannya.
Sepanjang perjalanan mereka tak banyak bicara dan hanya menikmati pemandangan sejuk memanjakan mata. Tak ada perasaan takut atau aneh seperti hari kemarin saat survei. Hingga pukul sepuluh pagi harinya, rombongan konvoi motor dan dosen pun telah tiba lebih dulu dari pada rombongan truk TNI yang mengangkut mahasiswa lainnya.
"Hhhhuuuuuffftt,"
Devina meniup2 tangannya karena udara yang begitu dingin terasa menusuk seluruh badannya. Berbeda dengan saat survei, dingin kali ini benar-benar menggigilkan badan mereka.
"Selamat datang di desa X, dingin ya neng?" tanya seorang perangkat desa yang menyambut di sebuah alun-alun desa tersebut.
"Hehe iya pak," jawab Devina masih merapatkan tangannya.
Setelah kira-kira menunggu lima belas menit, satu persatu truk TNI yang mengangkut mahasiswa berdatangan. Mereka semua di kumpulkan di depan sebuah aula untuk melakukan apel pembukaan KKN. Namun hanya masing-masing dua orang perwakilan tiap kelompok dan para dosen yang masuk sebagai peserta pembukaan. Devina dan Putri lah yang di tunjuk kelompoknya untuk mewakili.
Sambutan kepala desa dan jajarannya membuka pembukaan pagi itu. Semua mahasiswa mendengarkan dengan seksama arahan-arahan yang beliau sampaikan.
Hingga pada satu momen Devina sedikit heran saat pak kepala desa memberi tahu sesuatu yang janggal.
"Dan yang terakhir himbauan dari saya, jika adek-adek mahasiswa di sini ada yang mendengar suara adzan yang berbeda, tolong hormati saja jangan di permasalahkan,"
Kalimat itu aneh di telinga Devina, pasalnya hanya di desa yang ia tempatilah yang di beri himbauan seperti itu. (Di dalam cerita aslinya di jelaskan secara detail perubahan suara adzan tersebut, namun demi menjaga privasi desa tersebut saya tidak menuliskannya dengan jelas).
Pembukaan pun di tandai dengan ketukan palu kepala desa sebagai tanda resminya KKN 2017 itu di laksanakan. Segera mereka membubarkan diri menuju posko masing-masing menggunakan dua motor yang di bawa oleh tiap-tiap kelompok.
"Bang, malah mojok di sini," ujar salah satu dosen menyapa Reyhan. yang tengah duduk di samping Devina menunggu motor jemputan yang bergiliran.
Alhasil mereka mengobrol lumayan lama karena memang jarak dari alun-alun menuju desa mereka lumayan jauh. Devina yang di jemput terakhir oleh Fauzan.
"Yok Dev, kloter terakhir kamu," ujar Fauzan meledek.
Devina yang memang menunggu sendiri hanya bisa mengeluh lemas karena lelah. Sepanjang jalan mereka tak banyak berbicara dan hanya sesekali menatap kanan kiri ketika melewati posko-posko teman mereka.
Sekitar lima belas menit sampailah mereka di poskonya. Terlihat sudah ada seorang dosen yang tengah berbincang dengan pemilik rumah yang tak lain ketua rt setempat.
"Assalamualaikum," ucap Devina.
"Walailaikumsallam,"
"udah semua ya kumpul, ini ibu nggak bisa lama-lama, kebetulan pak Sanip belum bisa hadir jadi ibu yang gantikan, nanti untuk kunjungan berikutnya beliau yang jadi dosen pamong kalian ya," ujar bu dosen.
Di karenakan hari pertama tinggal, mereka belum ada kegiatan dalam maupun luar posko. Devina mengintruksikan untuk semua beristirahat dan akan di adakan rapat di malam harinya.
"Toiletnya di mana Put?" tanya Devina.
"Di luar Dev, kamu pasti terkejut, yuk aku anterin," ucap Putri.
Di desa ini memang hampir semua rumah toiletnya berada di luar. Dengan segera aku mengikuti Putri dari belakang.
"Aku tungguin di luar ya, udah ada air dikit kok di dalem," ucap Putri.
Devina hanya bengong melihat kenyataan bahwa kamar mandi itu terdapat sumur di sebelahnya sebagai satu-satunya sumber air mereka.Dan keadaan kamar mandi yang hanya memakai terpal sebagai pintunya.
"Buruan malah bengong," Putri hanya tersenyum kecil melihat keterkejutan Devina.
"Ii..iya,"
Devina memerhatikan sekitarnya yang ternyata wc tersebut tidak tertutup sempurna, bangunan semen itu hanya menutup se dadanya. Hingga jika ada orang yang melalui wc itu terlihat jelas jika kita sedang berdiri.
"Udah Dev?" tanya Putri yang masih terkekeh.
"Udah, jadi ini kalo kita mau mandi harus nimba dulu?" Devina sedikit terbelalak menunjuk ke arah sumur di sampingnya.
"Ya begitu lah," jawab Putri.
Sore itu semua anggota kelompok Devina beristirahat dengan Devina, Putri dan Dela tidur di dalam kamar yang di sediakan. Dan para lelaki tidur di ruang tamu yang sudah di sulap persis seperti posko bencana yang tengah menampung pengungsi.
Hingga maghrib tiba satu persatu mereka terbangun untuk bergantian menjalankan salat maghrib. Tak lupa makan malam seadanya yang telah di siapkan Putri malam itu.
Musyawarah pun di gelar setelah semua kegiatan mereka selesai. Pembagian tugas masing-masing telah di atur oleh Devina. Seperti jadwal masak, bersih-bersih dan jadwal mobilitas ke desa untuk menjalankan proker.
"Oke malam ini sepertinya cukup rapatnya, kita mulai kegiatan besok ya temen-temen, jangan begadang biar nggak bangun kesiangan, besok yang tugas mobile ke desa pulangnya ke SD dulu ya buat izin prokernya," ujar ketua kelompok.
Sekitar pukul sebelas malam, beberapa teman Devina telah tertidur pulas di ruang tamu tengah yang di sulap menjadi tempat tidur. Sepuluh teman lelakinya tertidur berjajar di sana. Putri, Dela dan Devina tidur di dalam kamar yang hanya satu-satunya. Dengan selimut yang alakadarnya, mereka saling meringkuk untuk menepis dinginnya malam.
"Bbbrrr mmmhhh bbbrr ggrrttaakk ggrrttakk,"
Terdengar suara menggigil dari Devina yang tertidur di ujung dekat jendela. Gemertak giginya membangunkan Putri dan Dela. Segera mereka menghampiri Devina untuk memastikan keadaannya.
"Dev, kamu kenapa?" tanya Putri.
Tanpa menjawab apapun Devina hanya meringkuk menahan rasa dingin yang menusuk tulangnya. Putri memegang dahinya dan ternyata Devina mengalami demam tinggi.
"Waduh hipo kayaknya nih, Del ambilin sendok di dapur," pinta Putri pada Dela.
Karena kegaduhan mereka, beberapa teman lelaki terbangun dan ikut mengecek keadaan Devina. Dikumpulkan lah beberapa selimut untuk membungkus badan Devina.
"Besok gue pulang dulu deh bawa SB tambahan, sekalian nyari oksigen buat jaga-jaga," ujar ketua kelompok.
Setelah kondisi terkendali, Putri dan Dela tidur memeluk Devina agar ia merasa hangat. Keadaan mulai hening malam itu. Semua orang di rumah tersebut sudah terlelap. Tiba-tiba ketika waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, Dela terbangun.
"Ssshhhh,"
Dela seperti menahan sesuatu, namun ia tak berani bicara.
"Del, kamu kenapa?" tanya Devina.
"Aku... aku kebelet pipis," jawabnya.
Sialnya malam itu hanya Devina yang terbangun. Seperti yang di ketahui bahwa mereka harus menimba terlebih dahulu untuk mendapatkan air. Ditengah kebingungan mereka, Devina memberanikan diri mengantar Dela ke kamar mandi yang terletak di samping rumah.
Bersambung ...

Bình Luận Sách (193)

  • avatar
    ramadaniAlya

    lanjut kk

    04/08

      0
  • avatar
    fitrianihestiani20

    keren

    18/07

      0
  • avatar
    ToroBejo

    bagus sekali

    15/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất