logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 KKN DI TANAH SUNDA

Dari ujung jalan terlihat seorang ibu-ibu paruh baya tengah menenteng sebuah celurit di tangannya. Mungkin ibu itu akan pergi mencari rumput batin Devina.
"Bu permisi mau tanya, kalau rt dua belas di sebelah mana ya?" tanya Reyhan.
"Oh masih jauh a, terus aja lurus ikutin jalan gede ini," ujar ibu itu menunjuk jalan.
"Oh makasih ya bu," ucap mereka.
Terus dan terus Reyhan memacu motor trailnya hingga tanpa sadar mereka masuk ke arah hutan di kaki gunung desa tersebut.
"Kayaknya kita nyasar ini, puter balik lagi," ucap Devina sedikit panik.
Beberapa saat kemudian Rayhan memastikan lagi pada seorang bapak-bapak yang tengah duduk di teras depan rumahnya.
"Permisi pak numpang tanya, kalo rt dua belas di sebelah mana ya?" tanya Reyhan.
"Wah kelewatan a, harusnya tadi di sana sebelum rt ini," ujarnya sembari menunjuk ke arah belakang kami.
Kesabaran Devina mulai habis dengan berputar-putarnya mereka di desa tersebut. Reyhan pun menenangkan dengan berhenti di sebuah warung.
"Aku bilang juga apa, nyasar nih kita," ujar Devina sedikit kesal.
Reyhan tak banyak berbicara dan hanya diam. Terlihat sesosok kakek tua berjalan menghampiri mereka. Kakek itu mengenakan celana pangsi hitam dan baju hitam lengkap dengan ikat kepalanya.
"Jang, mau ke mana?" tanya kakek itu menggunakan bahasa sunda.
"Ini kek mau ke rt dua belas, tapi dari tadi nyasar nggak ketemu," jawab Reyhan.
"Ini rt dua belas jang, mau aki antar ke rumah rw nya itu dekat di sana," ujarnya.
"Wah makasih banyak ki,"
Akhirnya mereka di antarkan ke rumah pak rw setempat. Terlihat sudah ada beberapa teman Reyhan yang berada di sana dengan tujuan rt yang berbeda-beda.
Setelah menyampaikan maksud dan tujuan di rumah pak rw, mereka segera menuju ke rt masing-masing. Beda halnya dengan rt mahasiswa lain yang berdekatan dengan rt Reyhan, pak rw mengantarkan mereka ke rumah pak rt dua belas.
Sesampainya di rumah beliau, Devina dan Reyhan di persilahkan duduk di lantai yang beralaskan tikar. Memang semua rumah di desa itu berbentuk rumah panggung dengan kayu dan anyaman bambu. Segeralah Reyhan menyampaikan maksud dan tujuan dengan menggunakan bahasa sunda yang halus.
Devina yang tidak begitu paham hanya menangkap jika Reyhan meminta izin untuk mengadakan KKN sekaligus mencari rumah yang akan di tinggali selama sebulan nanti.
"Sudah di sini saja tinggalnya, nanti bapak sama ibu akan tinggal di rumah belakang," ujar pak rt.
Dengan melihat kondisi rumah yang memang terlihat kecil dengan hanya dua kamar di sana. Tanpa mengurangi rasa hormatnya Reyhan menyampaikan lagi maksudnya.
"Maaf pak, bukannya kami menolak, tapi kami ini KKN ber tiga belas, sepertinya kalo di sini tidak akan muat pak, kira-kira ada solusi rumah lain pak?" tanya Reyhan.
Terlihat gerak-gerik pak rt dan pak rw yang saling berbisik seolah tengah mendebatkan sesuatu.
"Oh ini ada sebenernya rumah pak Taufik, cukup luas tapi orangnya sudah pindah ke bandung, dan rumahnya yang di sini nggak di isi udah bertahun-tahun, yang ngurusnya juga jarang paling sebulan sekali, terus di samping rumahnya juga ada budi daya jamur," jelas pak rt.
"Oh nggak apa-apa pak, nanti untuk urusan beres-beresnya saya sama temen-temen lain bisa beresin," jawab Reyhan.
"Ya sudah mari kami antar, kebetulan nggak jauh itu di bawah rumahnya," ujar pak rt.
Mereka yang di dampingi rt dan rw setempat pergi ke homestay yang di maksud. Rumah itu berada tepat di tengah-tengah persawahan yang benar-benar tak ada jalan lain selain jalan setapak. Namun kesan pertama yang Devina rasakan justru tempatnya sangat asri dan indah.
"Ini rumahnya, kalau mau lihat dalamnya bapak tanyain dulu kuncinya ke yang jaganya di rumah sana," ucapnya menunjuk ke arah belakang rumah.
"Makasih banyak pak," jawab Reyhan.
Devina dan Reyhan sempat berfoto di area pekarangan rumah tersebut yang memang memiliki halaman cukup luas. Tak berselang lama pak rt datang kembali dengan penjaga rumah. Di bukalah rumah tersebut dan terlihat memang sedikit pengap karena jarang di bersihkan.
Terdapat tiga kamar di sana dengan satu kamar utama yang memiliki pintu sedangkan dua lainnya hanya berpintukan hordeng berwarna biru. Ruang tamu yang lengkap dengan meja dan kursi kayu menambah ke estetikkannya. Sebuah lemari kaca besar di ruang tengah menunjukkan bahwa pemilik rumah cukup berselera tinggi dalam furnitur. Lebih masuk ke dalam terdapat ruangan besar yang terhubung dengan dapur lengkap dengan kompor dan peralatan masak lainnya.
"Pak sepertinya kami fix rumah ini saja, pasti teman-teman saya juga pada setuju," ujar Reyhan.
"Oh siap a, nanti saya bersihin dulu," ujar penjaga rumah.
Karena hari sudah mulai petang akhirnya Reyhan segera pamit untuk melanjutkan perjalanan kembali. Devina yang mulai sedikit kesal karena tujuannya untuk survei ternyata tidak membuahkan hasil hanya pasrah terdiam.
"Beb, tadi kata Rizki dari desa kan ke arah kanan ya kalo dari sini?" tanya Reyhan memastikan.
"Iya," jawab Devina.
Reyhan menghentikan motornya tepat di pertigaan menuju ke arah homestay Devina. Rimbunnya pohon bambu di sertai suara adzan magrib menambah ketakutan mereka untuk lanjut atau tidak.
"Beb, gimana sekarang, mau tetep lanjut apa lurus pulang?" tanya Reyhan.
"Mm," Devina menatap jauh ke arah jalan menuju rt nya.
Nyalinya seketika menciut saat melihat hamparan luas kebun teh berjajar di sebelah kiri jalan.
"Pulang aja deh," Devina memeluk erat.
Tanpa pikir panjang Reyhan segera memacu motornya meninggalkan tempat tersebut.
|
|
|
|
Malam harinya di grup line angkatan kampus, Rizki mengirimkan foto-foto hasil surveinya ke beberapa rt di sana. Ternyata ia telat untuk datang menemui kami di desa di karenakan menyurvei terlebih dahulu agar tidak memakan waktu. Devina yang merasa bersalah segera meminta maaf padanya.
Dikirimkannya foto homestay Devina di dalam grup angkatan tersebut. Namun hanya di foto tampak depan saja. Sebuah rumah bercat oranye dengan kanan kiri hamparan kebun.
"Guys, gimana kalo kita ada yang berangkat duluan, kan kita belum tau posko kita dimana nih," ketik Cepi di grup whatsapp.
"Boleh tuh, siapa yang mau ke sana?" tanya Dela.
"Udah gue aja, gue bawa mobil sekalian bawa koper duluan, ada yang mau nitip nggak?" balas Cepi menawarkan.
"Ya udah semua aja, kita kumpulin di kampus kopernya," balas Fauzan.
Akhirnya dengan kesepakatan bersama semua anggota kelompok mengumpulkan barang bawaan masing-masing di parkiran kampus untuk di bawa oleh Cepi, Fauzan dan Ahmad.
"Buset gede banget koper lu Dev, mau pindahan?" ledek Ahmad.
"Kampret lu," jawab Devina.
"Nitip ya bro, besok ketemu di sana," ujar Reyhan.
"Siap bang,"
Cepi, Fauzan dan Ahmad bergegas menuju ke desa tersebut di sore hari. Rencananya Fauzan dan Ahmad akan menginap di sana karena memang mereka ingin sekalian beradaptasi di sana. Cepi yang membawa mobil pun kembali pulang dan hanya menaruh kasur bulunya.
"Mantap wwwoohooo keren lu dapet rt nya Dev," ketik Ahmad di grup whatsapp di malam harinya.
"Seriusan, coba kirim foto Mad," balas Putri.
"Hai guys, kita lagi ngopi nih, warungnya jauh loh.. besok nyusul ya,"
Terlihat Fauzan dan Ahmad membuat video memperlihatkan mereka tengah berada di sebuah warung mengenakan sarung.
Bersambung...

Bình Luận Sách (193)

  • avatar
    ramadaniAlya

    lanjut kk

    04/08

      0
  • avatar
    fitrianihestiani20

    keren

    18/07

      0
  • avatar
    ToroBejo

    bagus sekali

    15/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất