logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

04

21.59 wib
_Besok Hira berangkat_
Mata ini aku sulit sekali untuk terpejam, memikirkan hari esook , muncul banyak pertanyaan yang selalu menghantuiku,
Apa aku betah,???
Gimana rasanya jauh dari orang tua???
Apakah keputusan ku sudah benar??? Dll.
Ya Allah ..
Semua perlengkapan dan keperluan ku sudah masuk kedalam mobil, tadinya rara ingin ikut mengantar ku ke pesantren, tadi ada tes mendadak yang tidak bisa ia tinggalkan,
“Nduk tadi Rara kasih sesuatu loh di atas meja makan, udah di bawa belum” ucap ibu yang hampir saja lupa dengan titipan Rara.
“Hira ambil dulu ya Bu” sebuah paper bag berwarna pastel, Bukanya nanti aja deh di pesantren, batinku Aku buru buru mengunci pintu dan masuk kedalam mobil,
Jujur aku tidak sabar ingin segera melihat tempat aku berjuang demi ibu ayah, tapi di sisi lain, aku belum siap jauh dari ibu ayah,
Sepanjang perjalanan ibu menggenggam tangan ku sambil membaca doa yang tak ku ketahui, wajahnya seperti belum siap jauh dari anak perempuan satu satunya, matanya berkaca kaca, beda dengan ayah yang begitu semangat, dan selalu menyemangati ku dari kemarin .
Tapi ketahuilah hati ayah juga jauh lebih sedih, karna putrinya yang selamanya akan menjadi gadis kecilnya itu akan jauh, dan jarang untuk berjumpa seperti biasa. Aku pun sama seperti ayah mencoba agak tidak menetes airmata ini.  Perjalanan kamu cukup jauh, sekitar 4 jam 30 menit untuk sampai di sana.
“Ante Mondo nya jauh ya?” Tanya Jeje keponakanku satu satunya usianya baru 4 tahun.
“Iya sayang, ante mau mondok nya jauh, Jeje doain ante ya biar betah terus dapet ilmu yang banyak, nanti Jeje ante kasih” seketika Jeje langsung memelukku mencium dari kening dan pipi kanan kiri.
“Nanti kalo Jeje main tempat uti gak ada ante Jeje sedih” sedikit tapi mampu membuatku tak kuat membendung air mata lagi.
“Buna ante gak boleh Mondo, ante di rumah aja sama Jeje buna, uti ante Ra ga boleh mondok” tangis Jeje mulai banjir aku memeluknya tapi ia berusaha melepas pelukan ku, (buna adalah panggilan ibu menurut Jeje, uti sebutan untuk nenek, apak sebutan untuk kake)
“Kan nanti ante pulang , nanti kita main lagi ,oke Jeje ponakan ante yang paling tampan Sholeh pokonya”
Aku ingat sekali caption gua Zahid pada postingan terakhir nya sekitar 1 bulan yang lalu. “Jika langkah mu saat ini penuh air mata, ketahuilah ada penghujung bahagia untuk mu disana”
~~~
Aku sudah memasuki gang pondok pesantren, di sambut dengan baliho besar yang bertuliskan “SELAMAT DATANG SANTRI PUTRA DAN PUTRI PONDOK PESANTREN SAFINATUN NAJAH”
Detak jantungku semakin berdebar tak menentu,
Antara bahagia dan takut jauh dari ibu ayah dan keluarga, tapi bismillah ini keputusan yang terbaik. Seusai kak Rey memarkirkan mobilnya, kami berjalan menuju tempat penyerahan data calon santri baru dan sambil melihat aku berada di kamar mana. Antrian nya cukup panjang, aku memperhatikan sekeliling ku, semua asing.
“Mba santri baru juga ya?” Tanya seorang wanita yang berada di belakang ku. Aku mengangguk dan tersenyum ramah
“Kenalin mba , aku Kanaya, santri baru juga” sahutnya sambil mengulurkan tangan, aku pun membalas uluran tanganya.
“Aku bahira, panggil aja Hira, Oia kamu udah dapet kamar?” Tanyaku
“Belum mba, masih nunggu, tapi kayanya kita sekamar mba, soalnya kita ngasih datanya bareng tadi, aku di belakang mba” aku tersenyum lega, setidaknya aku sudah kenal dengan salah satu dari ribuan orang disini. Dan aku berharap aku dan Kanaya bisa 1 kamar. Karna aku tipe wanita yang susah untuk ramah dengan orang yg belum di kenal.
Tak lama ada petugas PSB (penerimaan santri baru) yang datang dan memberi tahu kalau aku berada di kamar arofah 3 dan Alhamdulillah Kanya juga sama dengan ku .
Aku ,ibu, dan kak Nabila, istri kak Rey, membawa barang barang menuju kamar Arofah 3, ibu, kak Rey ,dan Jeje tidak boleh memasuki asrama putri, disusul dengan Kanaya beserta ibu dan 2 kakanya. Kami berjalan beriringan.
Ya Allah santrinya banyak banget, semoga nanti Hira betah ya Allah, bismillahirrahmanirrahim. Batinku.
Kamarku berada di lantai 2, namanya 9 kalau lantai 1 khusus untuk santri Tsanawiyah yang kelas 2 dan 3, kalau lantai 2 khusus untuk santri Aliyah kelas 1 dan Tsanawiyah kelas 1, kalau lantai 3 khusus kelas 2 dan 3 Aliyah. Sedangkan bangunan 2 lantai yang berada tepat berhadapan dengan asramaku itu khusus untuk maha santri (yang sudah kuliah), santri ndalem, para pengurus dll.
~~~
Kamarku berkapasitas untuk 30 orang, sudah ada almari yang cukup, 32 ranjang bertingkat. Ada kipas angin besar, dan sudah di sediakan wadah makan beserta sendok, dan gelasnya.
“Semoga kita betah di sini ya Kanaya” sahutku sambil menatap ke arah Kanaya yang berada di sebelah ku.
“Aminn” jawab Kanaya, disusul ibuku dan ibunya Kanaya, Kaka Kaka kita juga.
“Pokonya kalian harus betah ya, fokus mengaji, oke” lanjut ibunya Kanaya, yang terlihat begitu welcome dengan aku dan keluarga. Begitu pun ibu yang menyambut baik sekip keluarga Kanaya.
Bay the way, aku dan Kanaya di tempatkan di kamar yang khusus salaf terlebih dahulu, walaupun kami ber2 mendaftar di bidang tahfidz, karena aturan disini sebelum menghafal kita harus di bekali ilmu fiqh, tajwid, tauhid, nahwu, dan shorof.
Jadi bukan hanya hapal Al Qur’an saja, but kita juga harus paham apa makna tiap ayat Alquran menggunakan ilmu nahwu dan Sharaf, membaca Alquran dengan baik dan benar seperti ilmu tajwid, mengenal lebih dekat siapa yang menciptakan ayat ayat yang indah dengan mempelajari ilmu tauhid, dan yg terakhir ilmu fiqh yang dari kita bangun tidur sampai tidur lagi ilmu fiqh selalu kita pakai, dan itu wajib kita pahami.
.
.
Keluarga ku berpamitan untuk pulang karna hari sudah menunjukan pukul 15.00, perpisahan di iringi air mata kembali terjadi, ibu memeluku erat.
“Yang betah ya nduk, kalo butuh apa apa telpon, jaga kesehatan” aku mengangguk pelan dalam dekapan ibu.
“Pokonya anak ayah harus betah, jadi perempuan yang sukses dunia akhirat” ucap ayah sambil mengusap lembut kepalaku.
“Jaga kesehatan ya sayang, baik baik” lanjut kak Nabila sambil mencium kedua pipiku.
Kali ini tak ada Jeje, karna ia tertidur di mobil, mungkin kalau dia ada, dia yang menangis paling kencang.
“Yaudah kita pamit ya Ra, inget pesan ibu ayah sama kak Nabila ya, “
Seusai sholat asar berjamaah di masjid, aku dan Kanaya memutuskan untuk membereskan almari, menyusun barang barang,
Hari ini tak ada kegiatan pesantren karna belum semua santri baru atau pun lama datang, jadi hanya menyiapkan kebutuhan masing masing.
“Besok pagi ada tes jurusan loh” celetuk kanaya sambil menyusun buku buku kedalam almari.
“Oh ya?? Kamu mau ambil jurusan apa?” Tanya ku
“ Aku sih niatnya ambil jurusan IAI ilmu agama Islam”
“Aku mau ambil itu juga ,semoga kita lolos ya, biar bisa sekelas, terus sebangku” Kanaya tersenyum ceria sambil aku membalasnya juga.
Kamar ku sudah mulai ramai. Disini sudah terisi 25orang yang sisanya masih di perjalanan karna kebetulan rumahnya ada yang di luar kota.
21 orang Aliyah santri baru, 2 orang Aliyah sebagai Kaka senior untuk membantu memberi arahan santri barunya, namanya mba Izza dan mba Fatimah, sisanya 7 Tsanawiyah,
Seusai membereskan almari, aku membuang sampah ke depan kamar yang sudah di sediakan untuk sampah kering. Aku melihat seorang gadis seusiaku sedang menangis di depan kamar, aku menghampiri berniat menghibur dan berkenalan
“Hai” aku mendekat ke arahnya, ia dengan Pelang menghapus air matanya, wajahnya sangat cantik, seperti keturunan orang arab.
“Aku Hira, “ucapku sambil mengulurkan tangan dan duduk di sebelahnya.
“Aku Atika” ia membalas uluran tangan ku.
“Kamu kangen ya?” Tanyaku memulai pembicaraan, ia hanya mengangguk, sambil memeluk lututnya
“Kita masuk yuk, beres beres barang kamu, biar kamu gak sedih, yuk aku bantu” tanpa jawaban iya berdiri pelan aku pun juga ikut berdiri dan masuk kembali ke kamar.
Duduk di sebelah aku dan Kanaya, aku memilihkan lemari yang berada di sebelah Kanaya, supaya kita lebih dekat.
“Haii aku Kanaya”
“Aku Atika” balasnya dengan nada sendu.
“Kita sama sama anak baru kok, sama sama jauh dari orang tua juga, jadi kamu jangan merasa sendiri, yaa” lanjut kanaya menghapus air mata Atika.
Ku perhatikan tingkah laku Kanaya 11 12 dengan Rara, orangnya humble, mudah akrab sama orang, humoris juga, cantik dan pintar
“Makasih ya kalian udah mau berteman sama aku” ucap Atika
Aku dan Kanaya mengangguk dan tersenyum membalasnya.
Semua sudah rapi, sikat gigi, cuci muka, wudhu pun sudah, waktunya untuk istirahat karna perjalan yang cukup jauh membuat tubuh ini sangat lelah, aku tidur di ranjang bawah ,Atika di ranjang yg berada di atasku, dan Kanaya ranjang sebelah ku.
Mata ini sulit terpejam, padahal jam telah menunjukan pukul 23.30, Kanaya dan teman teman di kamarku sudah terlelap, hanya aku yang belum tertidur . Tapi aku paksa untuk terpejam mataku walau sulit.
Jiwa ku masih di rumah, masih belum terlepas dari kebiasaan rumah, bayang bayang ibu ayah Rara dan yang lain masih menghantuiku, termasuk dia, pria uang menghilang begitu saja setelah mengungkapkan perasaanya.
~~~
Barisan rapih dengan mukenah seragam akan menjadi pemandangan rutinitas ku tiap subuh. Tak pernah terbayang jika aku akan menjadi bagian dari mereka. Hanya bahagia yang tak mampu ku jelaskan oleh kata2 .
Mengantri untuk mengambil sarapan, akan menjadi kebiasaan ku tiap pagi. Semua akan ku jalanin dengan mengantri. Dari mulai mandi sampai makan.
“Oia mba Izza, kita kan nanti mau tes jurusan, terus tes jurusannya dimana ya mba” tanya Kanaya yang sudah kenal dengan mba senior di kamar.
“Nanti bareng mba aja berangkatnya, mba yang ngawas kok” jawab mba Izza sambil memakai jilbab dengan sangat rapi, walaupun tanpa make up mba Izza terlihat begitu terlihat cantik.
Memang peraturan disini santri putri dilarang menggunakan make up berlebihan hanya di perbolehkan menggunakan bedak ,lip blam, celak, dan parfum, Kecuali jika ada acara acara tertentu.
Seusai makan aku, Kanaya, Atika ,dan mba Izza bersiap pergi ke tempat tes yang di sebut dengan gedung B atau gedung bawah. Melewati asrama putra, koperasi, lapangan upacara, danau buatan, taman, ndalem kyai, indosantri (tempat perbelanjaan kebutuhan santri). Barulah sampai gedung B ,disana sudah mulai ramai ada santri putra dan putri.
“Kalian langsung masuk lokal A11 aja ya, itu yang khusus aliyah, nanti klo udah selesai pulang duluan aja ya, soalnya mba masih harus bantu bantu disini”
“Oke mba, makasih ya, doain kita ya semoga lancar” sahut ku
“Pasti dong, bismillah ya cantikkk” senyum mba Izza yang begitu khas ada 1 gingsul yang membuatnya terlihat lebih manis.
~~~
Kami mulai memasuki ruangan, beruntung belum terlalu ramai, jadi kami bisa belajar terlebih dahulu, Yap aku membawa buku dari mba Izza untuk belajar karna aku bukan lulusan pondok pesantren beda dengan Kanaya dan Atika, jadi aku harus belajar setidaknya aku bisa masuk kelas IAI untuk menggali lebih dalam lagi tentang dunia pesantren.
Bedanya jurusan IAI dengan yang lain adalah sistem belajarnya, jika jurusan MIPA (matematika ilmu pengetahuan alam), IIS (Ilmu ilmu sosial), lebih ke formal, belajar tentang agamanya hanya 4 dan di jadikan satu, karna jurusan MIPA dan IIS fokus di bidangnya tertentu, and 1 lagi jika di jurusan MIPA dan IIS tidak di wajibkan untuk menghafal hadis dan Al-Qur’an, tapi di jurusan IAI di haruskan. 1 ruangan hanya terisi 33 orang. Laki laki dan perempuan di jadikan 1 karena sesuai dengan nomer urut ketika mendaftar.
Tak lama pengawas datang, seorang laki laki putih, cukup tampan,. Ia membagikan kertas kepada semua calon siswa dan siswi baru.
“Waktu mengerjakan 90 menit” Semua calon siswa dan siswi mengerjakan dengan tenang tanpa ada yang mencontek,

Bình Luận Sách (84)

  • avatar
    FitriyahSyifaul

    masyaallah ❤️

    19d

      0
  • avatar
    Zainap Putry

    bagus

    11/07

      0
  • avatar
    Ridho yasinMuhammad

    enak ya membacaya

    10/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất