logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 Sebuah Godaan

Pagi hari, di hari Minggu. Luvia sudah bangun pagi-pagi. Wanita bertubuh bohay itu sengaja berdandan. Niatnya hanya satu, ingin menarik perhatian sang majikan. Apalagi semenjak dia tahu, bahwa nyonya besar di rumah itu jarang pulang. Dalam pikiran Luvia, tentu laki-laki segagah Tuan Edric butuh wanita sampingan.
Walaupun terlihat manja, Luvia lebih cekatan dalam bekerja. Tentu saja Inayah tidak ada apa-apa jika dibanding dengannya. Selain itu, Luvia juga sudah pernah menjadi TKW. Punya majikan orang China membuatnya, harus bekerja keras serta cekatan.
Masih pukul 8 pagi, Luvia sudah selesai urusan dapur dan mengepel lantai. Dia pun melanjutkan kegiatan menyirami tanaman di teras rumah.
Ada pertanyaan besar di benak Luvia. Semenjak dia menjadi pembantu di rumah itu, sang majikan selalu mengingatkannya, untuk mengawasi Inayah agar tidak bekerja. Tentu saja dia menjadi heran. Luvia juga tidak suka melihat sikap sang majikan, yang selalu memanjakan Inayah.
Apa yang istimewa dengan Inayah?
Wanita bermata sedang itu berencana untuk mencari tahu. Ada hubungan apa antara Inayah dan sang majikan. Selama tiga hari tinggal di situ Luvia belum tahu, bahwa Inayah sedang hamil.
"Pagi, Tuan." Luvia menyapa Edric. Matanya tak berhenti menatap otot-otot tubuh Edric yang tampak keras dan kuat. Edric baru saja pulang dari lari pagi. Tubuh indahnya basah oleh keringat.
"Ya, pagi," jawab Edric mengangguk. Kemudian dia berlalu ke dalam rumah. Luvia menatap sang majikan sampai hilang. Jantungnya menjadi berdebar-debar, membayangkan andai bisa memeluk sang pemilik tubuh yang seksi itu.
"Kenapa, Neng?" tanya bapak satpam mendekati Luvia. Pertanyaan bapak satpam membuat Luvia segera sadar. Luvia tak menjawab pertanyaan itu, justru melanjutkan kegiatannya menyirami bunga. Kemudian, menjauh dari bapak satpam.
Laki-laki berusia empat puluh lima tahun itu pun hanya bisa berdecak kesal. "Bahenol sih, tapi sombong. Cuma bisa menikmati pemandangan indah doang," ucap bapak satpam berlalu.
Semenjak kehadiran pembantu baru di rumah itu. Pak Kardi menjadi lebih semangat bertugas. Matanya sering mendapatkan vitamin tambahan, karena Luvia selalu menampilkan keindahan tubuhnya.
Wanita berusia 23 tahun itu sering berpenampilan sesukanya. Penampilan Luvia tidak akan membuat orang percaya, bahwa dia adalah pembantu. Luvia lebih sering berpakaian modis, dengan setelan baju kaos casual dipadu dengan celana pendek di atas lutut.
Semua itu sudah menjadi kebiasaan Inayah. Suka memamerkan kemolekan tubuhnya. Kebiasaan itu semakin menjadi-jadi, ketika masuk ke rumah besar itu. Ketampanan dan kegagahan sang majikan, membuat Luvia lupa daratan. Luvia berniat untuk menggoda sang majikan.
***
Rintik hujan menyirami kota Jakarta. Membuat suasana malam menjadi syahdu. Edric sedang duduk di balkon, menatap langit gelap yang sepi tanpa kehadiran bintang. Seperti dia malam ini, Edric merasa sepi hanya ditemani oleh laptop yang masih menyala.
Besar keinginannya, agar ditemani oleh Inayah di balkon. Namun, laki-laki bertubuh atletis itu menghargai keinginan Inayah. Inayah memintanya untuk tidak terlalu sering berada di dekatnya. Edric memenuhi permintaan Inayah, walaupun hatinya berat.
Semenjak kehadiran Luvia, Edric menjadi tak leluasa lagi menemui Inayah, sesuka hatinya seperti sebelum-sebelumnya. Hal itu membuat gelisah di setiap harinya. Bagi Edric berada di dekat Inayah, menjadi suatu ketenangan sendiri. Apalagi semenjak Inayah hamil benih cinta darinya. Edric sudah tidak sabar bulan segera berganti. Dia ingin anaknya segera lahir.
Sentuhan lembut di pundak Edric membuatnya menoleh ke belakang. Rasa terkejut hampir membuatnya jatuh dari tempat duduknya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Edric kesal. Dia kesal karena pembantu barunya begitu lancang mengejutkannya, termasuk menyentuh tubuhnya.
Mental Luvia sedikit ciut, setelah melihat reaksi sang majikan. Luvia berusaha mengembalikan keberaniannya yang sempat berhamburan.
"Maaf, Tuan. Saya sudah lancang," ucap Luvia, tersenyum getir.
"Ya, ada apa, Luvi?" tanya Edric. Tatapannya sedikit terganggu oleh penampilan Luvia malam ini. Luvia berdiri di samping Edric dengan mengenakan dress. Dress sepaha yang berbelahan rendah itu, membuat keindahan tubuh Luvia menjadi lebih leluasa dilihat dan menantang. Seakan tubuh itu memanggil-manggil untuk disentuh.
"Hmm, Tuan masih banyak pekerjaan? Hmm, jika boleh, saya ingin menemani Tuan di sini," ucap Luvia, dengan ragu-ragu.
Edric tersenyum penuh arti. Dia bukan pria dewasa yang bodoh, sehingga tak tahu apa maksud Luvia yang sebenarnya. Edric cukup tahu bagaimana gelagat wanita pemalu, penggoda, atau wanita nakal.
Edric tertarik pada Inayah, karena sikapnya yang polos. Inayah cantik apa adanya, tanpa polesan make up di wajahnya. Bahkan, Edric selalu merindukan kekenyalan bibir sensual, tanpa polesan lipstik itu. Kecuali, jika Inayah pergi keluar bersama sang majikan. Dia pun akan berdandan sewajarnya. Tidak ingin membuat Edric malu.
Edric tiba-tiba ingin mengetes pembantu barunya. "Ya, saya masih banyak pekerjaan. Kamu mau menemani saya di sini?" tanya Edric, seraya memainkan alisnya.
"Ya, Tuan. Saya mau kok, menemani Tuan di sini." Luvia menjawab dengan penuh semangat. Dia berpikir, bahwa Edric mulai tertarik padanya.
"Hmm, kalau begitu saya akan sangat senang dan semakin bersemangat." Edric tersenyum, penuh misteri.
"Tuan mau tidak saya buatkan susu jahe hangat? Biar tidak terlalu dingin?"
"Boleh, tuh. Cuaca sejuk begini, sepertinya saya butuh sesuatu yang menghangatkan."
"Sebentar, Tuan. Saya akan kembali sepuluh menit lagi."
"Ya," jawab Edric singkat. Matanya kembali fokus ke layar laptop yang sudah gelap.
Luvia bersorak gembira, terburu-buru dia melangkah ke dapur. Tiba-tiba jiwa nakalnya meronta-ronta. Dia ingat stok obat perangsang yang masih disimpan. Luvia berlari ke kamarnya untuk mengambil obat itu.
Di semakin senang ketika melihat pintu kamar Inayah sudah tertutup rapat. Itu berarti rencananya akan berjalan dengan sempurna. Sudah menjadi tabiat Luvia suka menggoda laki-laki tampan. Dulu, dia pun sempat menjebak anak majikan lamanya. Hingga dia ketahuan bermain licik, lalu dipecat.
Setelah dipecat, Luvia kembali ke Indonesia. Kemudian, bekerja di sebuah kafe ilegal yang menyediakan wanita-wanita nakal. Tak jarang Luvia pun ikut berkecimpung di dunia gelap itu. Menguras dompet laki-laki hidung belang yang haus akan belaian.
Bosan bekerja seperti itu, akhirnya Luvia ingin kembali menjadi pembantu di rumah orang-orang kaya. Pada akhirnya dia berjodoh dengan rumah Tuan Edric Dawson.
Cekatan tangan Luvia mengaduk-aduk susu jahe, yang masih mengepul asapnya. Tentu saja dia sudah memasukkan bumbu tambahan. Apalagi cuaca sejuk syahdu, sangat mendukung segala rencananya.
Luvia kembali ke balkon dengan segelas susu jahe. Dia merasa sudah tidak sabar, bisa memeluk dan merasakan sentuhan sang majikan.
"Tuan, ini susu jahenya. Maaf agak lama," ucap Luvia tersenyum. Dia membungkuk di hadapan Edric. Dressnya yang berkerah rendah, menampakkan lekukan indah bagian tubuh atasnya.
"Terima kasih, Luvia. Silahkan duduk," ucap Edric, menatap sejenak pemandangan indah yang ada di depannya.
Luvia menarik kursi ke samping sang majikan. Kemudian, dia duduk menyilangkan kakinya. Paha mulus itu pun terpampang dengan sangat jelas. Laki-laki mana yang tidak tergoda disuguhkan sesuatu yang indah? Termasuk Edric tentunya.
***
Rintik hujan yang berirama syahdu, mulai berubah jadi hujan deras. Hembusan angin yang menembus kulit, membuat Edric mulai kedinginan. Melihat gelagat sang majikan, Luvia pun kembali beraksi.
"Tuan kedinginan? Sepertinya hujan malam ini begitu awet." Luvia berucap sambil mengibaskan rambut ikalnya.
"Sedikit, sepertinya saya harus kembali ke kamar," ucap Edric menutup laptopnya.
"Duh, Tuan. Habiskan susu jahenya dulu, mumpung masih hangat."
"Oh, iya, saya sampai lupa." Edric pun tersenyum. Kemudian, tangan kekarnya menggapai gelas yang ada di nampan. Dia meneguk habis susu jahe buatan Luvia.
"Terima kasih. Susu jahenya enak." Edric berkomentar.
"Jika Tuan tidak keberatan, saya bisa memijat Tuan. Pasti lengan dan pundak Tuan pegal-pegal."
"Kamu bisa memijat?" tanya Edric, mengusap pundaknya yang terasa kaku.
"Bisa, Tuan. Gimana? Tuan bersedia saya pijat?" Luvia mengulas senyum di bibirnya.
"Iya, boleh."
"Baiklah, Tuan." Luvia segera beranjak. Kini tangannya sudah berpindah ke pundak Edric.
Jantung Luvia berdebar-debar, ketika bisa menyentuh kulit tubuh sang majikan. Mulai dari pundak, pindah ke bahu, dan berujung di lengan Edric yang berotot.
Glek! Luvia menelan saliva, membayangkan bisa bercinta dengan sang majikannya. Selama ini, dia hanya mendapatkan laki-laki berperut buncit atau pun yang kerempeng.
"Kamu cuma mengelusnya, Luv." Edric menangkap pergelangan tangan Luvia.
Luvia langsung deg-degan, ketika jarinya disentuh oleh sang majikan. Tatapan Luvia menusuk ke manik biru milik Edric.
"Kenapa saya menjadi horny?" tanya Edric terus terang.
"Mungkin, Tuan memang butuh kehangatan. Saya bersedia memberikannya, Tuan." Luvia bereaksi nakal.
Edric tersenyum, kedua pergelangan tangan Luvia sudah berada dalam genggamannya. Tatapan matanya pun tak berhenti menatap keindahan tubuh Luvia. Edric bangkit, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Luvia. Bahkan, Luvia dapat merasakan hembusan nafas hangat yang menerpa telinganya.
"Apakah kamu masih virgin?" tanya Edric, berbisik pelan di telinga Luvia.
—----------
Akankah Edric membawa Luvia ke kamarnya?
Baca terus cerita ini ya, Kak. Jangan lupa subscribe, follow akun, komen, dan vote love.

Bình Luận Sách (142)

  • avatar
    MujiatunSiti

    saya mau diamond

    19d

      0
  • avatar
    SinaIbnu

    san

    04/08

      0
  • avatar
    Ahmad

    Suka ceritanya

    01/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất