logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

3. Tough when tormented

"Kau tau kenapa Appa menyuruh mu menemui Appa?". Tanya sang appa dengan wajah seriusnya. sementara yang ditanya hanya diam, tidak ingin menjawab, hanya terpancar wajah ketakutan.
"Apa kau sungguh tidak tau?". Tanya Abrar mengulangi pertanyaannya.
"Mianhae appa, Alesya sungguh tidak tau". jawab Alesya dengan kepala menunduk.
Plaak!
"kau sungguh hanya benalu, kau hanya bisa membuat aku susah, apa kau sungguh tak sadar kesalahan mu?". dengan menampar Alesya dengan keras yang membuat sudut bibir gadis itu berdarah, abrar kembali menanyakan pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya.

Alesya terus berpikir, mengingat apa suatu hal yang membuat Appa nya begitu marah padanya.
"Mianhae Appa". ucap Alesya dengan susah payah, dengan menahan perih di sudut bibirnya.
Dugh!
Dengan Abrar menendang perut anak sulung nya dengan keras, menyebabkan anak sulung nya terpental mebentur dinding.
"Akhhh". Erangan kesakitan keluar begitu saja dari mulut Alesya. tapi Appa ya bahkan tidak memperdulikan itu, Abrar menarik paksa tubuh anak sulung nya untuk berdiri menghadap nya.
"bertambah lama, kau bertambah menyusahkan, kau lupa kau telah mengacaukan usaha ku, kenapa kau bisa kehilangan investor dari jepang?, apa kau tau investor itu merupakan investor yang sangat berpengaruh untuk salah satu perusahaan appa di korea ?, ujar Abrar dengan panjang lebar dengan wajar marah nya.
Alesya terdiam membeku ditempat nya pasalnya, Alesya bingung harus menjawab apa, memang semua ini kesalahan Alesya, Alesya mengaku Alesya sangat teledor waktu itu. melihat mulut Alesya yang bungkam membuat emosi abrar meledak.
"kau sungguh tidak bisa menjawabnya, baiklah lebih baik kau keluar, sebwlum aku berbuat sesuatu yang sangat menyakitkan untuk mu, aku tidak mau ke tiga anak ku tau, KELUAR SEKARANG". kata abrar dengan suara yang melengking, ekspresi wajah yang sangat marah.
Mendengar suara appa nya yang marah, serta melihat emosi sang appa, membuat Alesya pergi dengan cepat meninggalkan ruangan Appa nya, dengan memegangi perut bagian kiri nya yang nyeri, serta sudut bibir yang perih.
~~~~
"eonnie kenapa Alesya eonnie lama sekali?". tanya Alika dengan wajah bertanya-tanya
"Molla, eonnie juga tidak tau, tapi pasti appa dan Alesya eonnie sedang membahas pekerjaan". jawab Caroline dengan wajah biasa saja. pasalnya tidak mengherankan lagi jika abrar appa mereka memanggil eonnie mereka ke ruang kerja, pasti mereka membahas pekerjaan.
"Huppp!, eonnie Alika sudah mengantuk". ujar Alika adik pertama Caroline dengan tangan menutup mulut yang menguap.
"kajja, lebih baik kita tidur duluan pasti eonnie bakalan lama". ujar Caroline sambil menggandeng kedua tangan adiknya menuju kamar mereka masing-masing di lantai dua.
Di arah yang berlawanan ada Alesya yang ingin menuju kamar nya, untuk segera istiharat juga mengobati luka yang di sebabkan oleh appa nya.
Tap Tap Tap!!
Terdengar bunyi suara langkah kaki, sontak saja Alesya bersembunyi di samping lemari, disamping itu Alesya merasa takut, bagaimana jika seandainya ke tiga adik mengetahui mengenai kondisi Alesya yang seperti sekarang, pasti akan ada banyak ribuan pertanyaan yang keluar dari mulut ke tiga adik nya, karna itu lah Alesya memilih bersembunyi hingga beberapa menit berlalu, ketiga adiknya sudah berada di kamar mereka masing-masing.
Dengan pelan tapi pasti Alesya dengan cepat memasuki kamar nya yang berada di sebelah kamar Caroline. setelah sampai Alesya menutup pintu dan bergegas untuk segara membersikan luka dan juga mengobati luka nya.
"Akhhh". Di saat alesya mengobati luka nya,suara erangan keluar dari mulut Alesya, Alesya berusaha menahan sakit dan perih.
Clekk
Alesya terkejut mendengar suara pintu kamar nya, terbuka di lupa mengunci pintu kamar nya, dengan cepat Alesya menyimpan kotak P3k.
"nak Alesya mari bibi bantu untuk mengobati luka nya". ujar Pembantu Alesya dengan menghampiri Alesya.
"Hupp, bibi membuat Alesya terkejut, tidak usah bi, yang ini luka nya hanya kecil, Alesya bisa mengobatinya sendiri, lebih baik bibi istirahat saja. jawab Alesya dengan senyuman yang terukir di bibirnya.
"sebelumnya maaf nak bibi buat Alesya terkejut, tapi biar bibi bantu untuk mengobati luka Alesya, lagi pula bibi tidak lelah". jawab pembantu di mansion Alesya yang bernama bibi Yanti dengan senyuman.
" Baiklah sebelumnya terimakasih bi, maaf Alesya selalu merepotkan bibi". jawab Alesya dengan wajah merasa bersalah.
"iya nak sama-sama". jawab bi Yanti dengan wajah tulusnya. Tanpa menunggu lama lagi bi Yanti segera mengambil kotak P3K, di bawah ranjang tempat tidur Alesya, setelah nya bi Yanti mulai membersihkan luka Alesya, dimulai dengan yang di bibir, hingga di bagian perut sebelah kiri Alesya, di saat yang bersamaan terdengar suara ringisa Alesya menahan pedih. setelahnya bi Yanti memberikan salep untuk menghilangkan memarnya dan juga bekas luka nya.
" sudah nak". ujar bi Yanti sambil menyimpan kembali kotak P3k tersebut.
"Terimakasih ya bi, sekali lagi maaf Alesya selalu meyusahkan bibi".jawab Alesy, karna bi Yanti selalu ada untuk Alesy, dan juga selalu membantu mengobati luka-luka Alesya, yang di sebabkan oleh appa Alesya.
" Nak Alesya jangan sungkan dengan bibi, bibi sudah menganggap nak Alesya itu seperti putri bibi sendiri, tapi nak Alesya kenapa tidak ke kamar bibi tadi?". ujar bi Yanti dengan pertayaa di akhir ucapannya.
"Hmm, yang ini lukanya tidak parah bi jadi Alesya bisa mengobatinya sendiri, sekali lagi terimakasih ya bi".jawab Alesya dengan menatap mata bi Yanti.
" luka seperti bagaiman bisa nak Alesya bilang tidak parah, ya sudah lain kali parah atau tidak nak Alesya harus ke kamar bibi ya, bibi tidak mau terjadi apa- apa dengan nak Alesya, kalau begitu bibi kembali ke kamar bibi ya, nak Alesya segera istirahat". ujar bi yanti yang hendak kembali ke kamarnya tapi sebelum itu bi Yanti terlebih dahulu menarik selimut Alesya sampai ke dada Alesya, agar Alesya bisa segera tidur.
***************
"selamat pagi Appa, Eomma". ujar ketiga putri keluarga parl serempak dengan segara menduduki kursi mereka untuk menyantap sarapan mereka.
" Pagi sayang ". ujar Sandra dan Abrar serentak.
Melihat Alesya tidak ada di kursi, Caroline berniat beranjak ingin ke kamar Alesya untuk melihat Alesya. Mengetahui Caroline yang ingin ke kamar puri sulungnya, abrar dengan cepat mencegahnya.
"Caroline mau kemana?". tanya Abrar, sebenarnya Abrar sudah tau , tapi Abrar hanya berpura-pura.
"eoh Caroline ingin melihat Alesya eonnie di kamarnya, mungkin Alesya eonnie belum bangun, karna lelah setelah membahas pekerjaan tadi malam bersama apa". Jawab Caroline dengan senyuman.
"Tidak usah Caroline, Alesya eonnie sudah bangun dan Alesya juga sudah pergi ke kantor, jadi lebih baik kamu habiskan sarapan mu dan segera pergi ke kampus, nanti kamu telat". Ujar Abrar dengan menahan tangan Caroline, yang hendak pergi menuju kamar Alesya.

Bình Luận Sách (60)

  • avatar
    Aidil wahadaAidil wahada

    wow bagus Kak buat cerita taennie

    29d

      0
  • avatar
    WULANDARIJULLIA

    bagus

    13/08

      0
  • avatar
    MuclisohEuis

    trimakasih

    12/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất