logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 5. Telur Rebus

Part 5
Telur Rebus
"Bangun, Nof! Ayo kita ke rumah Upik."
Pak Hasan datang mengajak Arnof untuk melihati keadaan Upik, agar Arnof tahu mitos itu memang nyata adanya di tanah Kalimantan.
"Hah! Emang ada apa dengan Upik?" Arnof terkejut.
"Emangnya kamu gak tahu kalau Upik hilang saat kalian berburu hantu?"
"Gak, Om, saya gak tahu."
"Subhanallah ... 'kan kalian bersama-sama tadi malam."
"Ican belum pulang?"
"Astaghfirullah, Arnof ... hampir semua warga mencari Upik tadi malam. Beruntung dia bisa ketemu. Ayo cepat kita ke sana menghadiri selamatan tolak bala."
"Ah, Om, selamatan apa lagi itu sih. Aneh banget deh."
"Sudah, jangan banyak tanya. Ayo cepat, ikut Om!"
Dengan terpaksa Arnof menuju dapur untuk mencuci muka di kamar mandi. Saat menyalakan keran, lampu tiba-tiba padam. Arnof terkejut melihat bayangan putih berdiri di depannya. Secara refleks, gayung yang berada di tangan langsung terlempar, dan Arnof langsung berlari.
"Astaghfirullah ... ada apa Arnof?"
"Ada hantu, Om, di kamar mandi."
"Ah, masa, sih. Kan kamu sendiri yang tidak percaya hantu."
Perkataan Pak Hasan membuat wajah Arnof merah menahan malu.
Benar kata pak Hasan, selama ini Arnof tidak pernah percaya akan hal gaib. Tetapi, sekarang malah takut dengan hantu. Arnof kembali berpikir, jangan-jangan ini adalah akal-akalan mereka untuk menakutinya.
Arnof pun mulai memikirkan kejadian demi kejadian yang menurutnya semua itu adalah akal-akalan untuk membuatnya harus mempercayai adat mereka.
Dalam benak Arnof, dia ingin membuat mereka yang percaya mitos itu akan beralih tidak mempercayainya lagi. Karena hal semacam itu hanya sia-sia dan membuang waktu saja.
"Nof, ayo kita berangkat!"
Arnof dan pak Hasan berangkat ke rumah Upik yang mana di sana sedang mengadakan acara selamatan membuang sial.
Warga yang hadir di selamatan itu lumayan banyak, karena kebetulan saat itu sebagian dari mereka pulang dari shalat Subuh dan sebagian lagi masih bertahan melihat perkembangan kondisi Upik setelah pulang dari alam gaib.
Upik masih terlihat lemas dan bengong. Sebagian warga mengatakan kalau separuh nyawa Upik masih berada di alam gaib. Oleh sebab itu, diadakan selamatan untuk mengembalikan sepenuhnya diri Upik agar tidak lagi berada di dunia gaib.
Arnof yang ikut menghadiri selamatan tersebut hanya geleng-geleng melihat acara yang dipikirnya hanya membuang waktu, tenaga, dan biaya.
"Om, banyak juga, ya, yang percaya tahayul aneh itu," bisik Arnof pada pak Hasan.
"Sssstttt ... jaga bicaramu, jangan sampai warga marah nantinya." Pak Hasan pun mulai kesal dengan Arnof.
Pak Hasan sudah kehilangan akal untuk menasihati Arnof agar menghormati pantangan dan larangan yang berlaku di daerah setempat.
Acara dimulai dengan melantunkan ayat suci. Setelah selesai pak Ustaz pun membacakan doa tolak bala untuk semua. Selanjutnya, makanan pun dihidangkan.
Berhubung saat itu keinginan Upik sesaat sebelum hilang adalah mie di campur nasi, maka makanan yang dihidangkan sesuai dengan makanan itu.
Acara sudah selesai, sebagian warga sudah pulang dan melakukan aktifitas seperti biasa. Sedangkan Ican dan teman-teman, masih bertahan di rumah Upik untuk mendengar cerita dari mulut Upik sendiri tentang dirinya saat berada di dunia gaib. Kebetulan Upik sudah terlihat lebih baik setelah acara selamatan tadi berakhir. Dia juga diberikan air penawar untuk diminum dan di semburkan ke seluruh badan dan wajah.
"Pik, apakah benar kamu tidak merasa pergi dengan makhluk gaib?" tanya Alfi dengan hati-hati.
"Iya, Fi. Aku kira kau yang bersamaku. Tetapi aku bingung, setelah melewati pohon beringin tetiba hari sudah terang dan kamu sudah tidak ada."
"Lah, apa kamu gak merasa aneh kalau hari langsung berubah siang?" Supri ikut bertanya.
"Ya mana aku sadar, Supri."
"Iya, nih, Supri be*go amat," sahut Alfi yang disambut tertawa riuh mereka.
Canda tawa mereka untuk menghibur Upik agar tidak shock setelah selamat dari maut, diartikan lain oleh Arnof. Arnof berprasangka, candaan Alfi itu benar kalau sebenarnya mitos itu tidaklah ada dan hanya akal-akalan warga.
Arnof masih diam mendengar cerita teman-teman Ican tentang kejadian itu. Dia tidak percaya dengan cerita yang didengarnya.
"Pik, saat kami mencarimu, apakah kau melihat kami?" tanya Aldi.
"Iya. Aku melihat warga yang memanggil namaku. Bahkan aku juga memanggil nama mereka, tetapi mereka tidak mendengar. Aku juga bingung melihat kalian membawa obor sedangkan aku merasa hari sudah terang benderang."
"Ah, masa seperti itu, sih?" ujar Arnof mulai menampakan ketidakpercayaannya tentang cerita itu.
"Iya, bahkan ada dua ekor harimau yang menunggu di bawah pohon tempatku beristirahat."
"Kok bisa kamu naik pohon, sih, Pik?" Ican penasaran.
"Saat kita lari dikejar hantu obor itu, aku terpisah dari Alfi pas melewati pohon besar. Nah, saat itu aku mendengar suara gemuruh hentakan kaki seperti ada serdadu yang akan melewati tempatku berdiri. Aku ketakutan dan langsung naik ke pohon. Suara hentakan kaki terasa sangat dekat, tetapi tak ada satu pun penampakan yang aku lihat. Aku terkejut ketika tiba-tiba dua harimau sudah berada di bawah pohon."
"Hiiii ... serem amat, Pik. Emang kamu gak lihat saat serdadu itu?" Alfi bergidik dan kembali bertanya.
"Iya, Di. Mereka tidak ada. Bahkan aku sempat melihat ada beberapa makhluk aneh yang ingin mendekatiku. Tetapi, tidak sempat karena suara kalian terdengar sangat bising." Upik bercerita sembari bercanda agar teman-temannya tidak merasa tegang mendengar pengalaman mistisnya.
"Huh, ini to yang kalian anggap mitos yang ternyata hanya kelakaran belaka!" ujar Arnof sedikit menyindir.
"Bang Arnof, bukankah Abang sendiri melihat hantu obor itu dan lari terlebih dulu dari kami." Ucapan Ican membuat Arnof tersinggung dan merasa malu. Arnof pun mencoba membalikan cerita seolah dia sedang dikerjai oleh Ican dan teman-temannya.
"Ya jelaslah aku lari, karena kalian sudah merencanakan sebelumnya. Obor twrbang yang aku lihat saat itu hanyalah akal-akalan kalian 'kan? Hayo ngaku!" Arnof ngotot menuduh Ican dan teman-temannya.
Sebenarnya Aldi sangat jengkel melihat sikap Arnof yang menuduh mereka serta tidak percaya dengan mitos yang sering terjadi. Ingin rasanya Aldi memberikan pelajaran untuk Arnof, tetapi merasa tidak nyaman. Karena Arnof Abang sepupu Ican.
Arnof tidak juga merasa jera setelah Yayan membuatnya bisa melihat makhluk gaib. Bahkan Arnof mengatakan itu hanyalah rekayasa saja.
"Sudahlah guys, untuk apa kalian percaya hal seperti itu. Come on, ini zaman modern, Man. Gak mungkinlah ada hal semacam itu. Itu hanya bulshit." Arnof mulai mengatakan pendapatnya.
Pembicaraan semakin memanas saat Arnof mengatakan mitos yang sudah dipercaya secara turun temurun adalah omong kosong. Untungnya saat itu warga lain sudah pulang. Kalau tidak, mungkin Arnof akan diusir karena telah melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan.
Melihat situasi yang tidak memungkinkan, Ican mengajak Arnof untuk pulang ke rumah.
"Pamit dulu, guys. Mau tidur nih, udah ngantuk berat. Nanti kita sambung lagi." Ican beralasan agar bisa membawa Arnof pulang.
"Bang, ayo kita pulang. Bang Arnof mau ikutan mancing gak, di SUNGAI dekat sawah ujung sana?" ujar Ican sembari menunjuk arah selatan.
"Abah sedang menunggu di rumah, ntar kita ditinggal," tambah Ican lagi.
Mereka gegas pulang.
Benar saja, pak Hasan sudah akan berangkat membawa alat pancingan dan *tempirai.
"Bah, tunggu, kami ikut."
Ican langsung mengambil joran yang berada di belakang rumah. Setelah itu menyusul abahnya yang diikuti Arnof.
Memancing di SUNGAI yang airnya agak kecoklatan, membuat apa yang berada di dalam air itu tidak kelihatan. Apakah ikannya ada atau tidak.
Selain memancing memakai Joran, pak Hasan meletakan tempirai di air biar ikan bisa terperangkap di dalamnya. Tak di sangka, ikan yang pak Hasan pancing ternyata sangat banyak. Pak Hasan pun begitu bersemangat untuk memancing, sebab penghasilan yang banyak itu bisa dijual pada warga lainnya.
Tanpa mereka sadari, akhirnya pak Hasan dan Ican terpisah. Ican bingung mencari abahnya, sebab tidak terlihat di mana pun di sekitar tempat itu. Akhirnya Ican dan Arnof memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon ketapang.
"Loh, mana tas pinggang yang aku bawa tadi," ujar Arnof pada Ican.
"Tadi aku lihat terbawa Abah, Bang. Emang kenapa?"
"Di tas itu ada beberapa telur rebus kesukaanku. Yeah, gak jadi makan telur rebus dong, padahal udah laper," ucap Arnof.
Namun, berbeda dengan Ican. Wajahnya berubah pucat menegang setelah Arnof berkata bahwa dia membawa telur rebus.
.
.
.
.
______________________
Penasaran gak apa yang terjadi dengan pak Hasan abahnya Ican? Lalu apa hubungannya dengan telur rebus?
__________________________
*Tempirai : alat penangkap ikan dari bambu
_____________________

Bình Luận Sách (227)

  • avatar

    Sangat bagus,saya suka.

    2d

      0
  • avatar
    rmscarlos

    the best👍

    27/07

      0
  • avatar
    tnsrynAgs

    seru sekali

    28/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất