logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 3. Pencarian

Part 3
Pencarian
Katakutan Arnof membuat semuanya berlari untuk menghindari kejaran hantu obor. Tanpa mereka sadari, salah seorang dari mereka telah terpisah. Ya, Upik telah terpisah dari mereka.
Setelah berhasil keluar dari hutan, mereka berkumpul kembali di rumah Aldi.
"Di, Upik mana?" tanya Ican.
"Lah, bukannya tadi bersama Alfi?" sahut Aldi.
"Gak ada, dia gak bersamaku." Alfi menyahut.
"Loh, lalu Upik bersama siapa? Bukannya tadi bersama kamu, Fi?" Supri ikut menyahut.
"Bener, swear ... Upik tidak bersamaku. Aku bersama Yayan. Ya 'kan, Yan?" ujar Alfi pada Yayan.
Yayan hanya terdiam. Dia mencoba mengingat kembali peristiwa yang baru saja terjadi. Mencari keberadaan Upik yang tiba-tiba saja lenyap tanpa mereka sadari.
"Kamera! Mana kamera yang kamu pegang tadi, Fi?" Buru-buru Yayan mencari kamera yang dibawa Alfi.
Alfi menyerahkan kamera yang diminta Yayan dengan penuh keheranan, begitu pun yang lainnya.
Sementara itu, Arnof masih terlihat ketakutan dengan apa yang baru saja dilihatnya. Wajahnya pucat dan napasnya masih ngos-ngosan. Arnof sadar kalau selama ini dia tidak pernah memercayai dunia gaib, tapi kali ini dia merasa makhluk itu sangat mengerikan.
"Oh, Shit! Makhluk itu sangat mengerikan," hardik Arnof.
"Can, aku pulang duluan. Motormu aku bawa, nanti kamu minta antar yang lain saja," ujar Arnof tanpa peduli dengan kekhawatiran yang lainnya tentang keberadaan Upik.
Tanpa mendapatkan jawaban, Arnof langsung pergi begitu saja. Sedangkan Ican hanya melongo setelah kepergian Arnof.
Sementara itu, Yayan langsung menerima kamera yang diberikan Alfi padanya dan langsung memeriksa isi dalam kamera tersebut. Yayan terkejut setelah melihat isi dalam kamera tersebut.
"Ada apa, Yan?" tanya Aldi penasaran?
"Ini!" Yayan memperlihatkan kamera yang ada di tangannya.
Terlihat dalam kamera itu kalau Upik sedang bersama seorang makhluk besar dan tinggi. Mereka lari bersama menuju arah lainnya, yang kemungkinan besar itu menuju hutan lebih dalam lagi.
"Mana, Yan? Kami melihat Upik berlarian sendiri dengan arah yang berbeda," ujar Aldi.
Ya, hanya Yayan yang bisa melihat makhluk itu, sedangkan yang lainnya, hanya melihat Upik berlari sendirian menembus gelapnya malam dalam lebatnya hutan.
Mereka kebingungan, bagaimana menjelaskan pada warga tentang hilangnya Upik. Pasti orangtua Upik akan marah besar setelah mengetahui kalau anaknya hilang di dalam hutan.
"Bagaimana ini kita jelaskan kepada orangtua Upik?" tanya Supri lagi.
Mereka termenung dengan pikiran masing-masing. Walau bagaimanapun, mereka harus bertanggung jawab atas hilangnya Upik.
"Malam ini juga kita harus mengatakan pada orangtuanya!" Yayan pun memutuskan dan mereka langsung menuju ke rumah Upik.
Malam sudah menunjukan pukul 23.05 wib, saat rombongan Aldi sampai di rumah Upik.
Tok! Tok! Tok!
Dengan sedikit ketakutan, mereka mengetuk pintu rumah Upik. Tidak berapa lama, pintu terbuka dan berdiri abahnya Upik.
"Ada apa malam-malam mengganggu tidur orang," ujar abahnya Upik tanpa memerhatikan siapa yang datang.
"Anu Mang ... itu ... Upik hilang," ujar Aldi sedikit gugup.
Abahnya Upik yang matanya masih terasa mengantuk, tiba-tiba terbelalak mendengar anaknya hilang. Dia langsung mengucek matanya dan berteriak.
"Apa! Upik hilang! Di mana?" ujarnya sangat marah.
"Di hutan," ujar Alfi ikut menyahut.
Seketika abahnya Upik menggebrak pintu rumahnya sendiri karena marah besar.
"Kenapa bisa terjadi? Apa yang kalian lakukan?" Emosi Mang Sofyan--abahnya Upik-- langsung meledak.
Tidak ada yang berani menjelaskan kenapa mereka nekat ke hutan. Hanya saja Yayan mengatakan kalau Upik dibawa makhluk hitam yang tinggi besar.
Saat keributan terjadi, dua orang warga yang sedang ronda melewati tempat itu. Mereka langsung menghampiri menanyakan sebab terjadi keributan.
"Ada apa ini?" tanya Nanang pada Mang Sofyan.
"Ini, mereka nekat ke hutan sana sehingga menyebabkan Upik menghilang," sahut Mang Sofyan sembari mengacak rambutnya menahan amarah.
"Hah! Yang benar?" tanya Nanang lagi tidak percaya.
Setelah mendapat kepastian tentang hilangnya Upik, Nanang dan teman rondanya memukul pentungan untuk mengumpulkan para warga mencari Upik yang telah hilang di hutan.
Aldi dan rekan-rekannya sudah menunggu di pos ronda menunggu para warga berkumpul yang akan membantu mencari keberadaan Upik.
Warga yang mendengar tanda bahaya itu segera berkumpul di pos ronda. Di tempat itu Yayan menceritakan apa yang telah menimpa mereka. Mendengar itu semua, warga mengumpulkan peralatan dapur untuk ditabuh saat mencari Upik di hutan.
Mereka percaya kalau menabuh alat dapur seperti panci dan wajan, bisa mengembalikan seseorang yang disembunyikan makhluk gaib.
Setelah seluruh warga sudah berkumpul di pos ronda, Mang Sofyan meminta Aldi cs untuk menceritakan asal-muasal Upik hilang.
Yayan pun maju ke depan menceritakan dengan lebih rinci tentang kejadian sebelumnya sampai Upik dibawa makhluk gaib itu.
Tanpa pikir panjang lagi, para warga langsung menuju hutan tempat Upik menghilang. Mereka masing-masing sudah membawa obor dan sebagian lagi membawa peralatan dapur.
Sesampainya di depan hutan, warga sempat terhenti menyaksikan kegelapan malam yang mengerikan berbaur dengan lebatnya hutan yang akan dimasuki.
Tanpa ada komando, mereka langsung masuk menyusuri hutan sembari menabuh panci dan wajah.
"Upik ... Upik!"
Warga saling bersahutan memanggil nama Upik, agar dia mendengar dan bisa keluar dari batas antara dunia gaib dan dunia nyata. Selain itu, mereka juga harus berhati-hati dalam melangkah, agar tidak ikutan hilang dalam mencari orang yang hilang.
Selain itu, di hutan juga tumbuh tanaman yang memiliki RACUN yang bisa mengakibatkan orang yang menyentuhnya mengalami kelumpuhan.
Sementara itu, Upik yang sedang berada di atas pohon besar mendengar suara orang-orang yang memanggil namanya.
Dia sempat melihat beberapa orang yang melintas di bawah pohon yang dia naiki, membawa obor dan wajan.
"Lah, kok bawa obor segala sih mereka? Terang begini kok bawa obor. Hahahaha ...."
Upik tertawa melihat tingkah orang-orang yang sempat melalui pohon tempatnya berada. Tanpa Upik sadari, kalau sebenarnya dia sudah berada di dunia gaib.
Upik berusaha turun, tetapi dia tidak berani karena ada makhluk yang membuatnya tidak berani turun dan dia lebih memilih menunggu di atas pohon.
Sudah hampir Subuh, warga yang mencari tidak juga menemukan keberadaan Upik. Sedangkan sang Ibu yang menunggu di rumah sudah menangis dan sangat mengkhawatirkan nyawa anaknya.
Lalu, sang Ibu teringat saat Upik akan keluar dari rumah, kalau sebelumnya dia menginginkan sesuatu.
"Tunggu, jangan-jangan Upik kepuhunan sesuatu sehingga dia tersesat di alam gaib," ujar acil Jannah--ibunya Upik.
Mereka yang menemani Acil Jannah di rumah, terkejut mendengar penuturan itu. Gegas mereka bertanya apa yang diinginkan Upik sesaat sebelum dia keluar dari rumah.
"Apa yang diinginkan Upik saat itu, cil Jannah?" tanya Saidah, adik Ican.
"Upik menginginkan mie yang digoreng dengan nasi," ujar acil Jannah dengan lesu.
Sontak semuanya kaget dan menyuruh Acil Jannah untuk menggorengkan mie yang dicampur nasi sebelum waktu subuh tiba.
.
Sampit, 14 September 2022
_________________________

Bình Luận Sách (227)

  • avatar

    Sangat bagus,saya suka.

    2d

      0
  • avatar
    rmscarlos

    the best👍

    27/07

      0
  • avatar
    tnsrynAgs

    seru sekali

    28/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất