logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chapter 2

Lyla, diam memandang penuh kebencian terhadap Mark yang selalu saja mencari kesempatan untuk melakukan hal yang begitu tidak berguna. Merasa dipandang Lyla dengan tatapan yang begitu dalam dan tajam, membuat Mark hanya diam menikmati raut wajah Lyla yang mungkin sedikit mengejutkan bagi dirinya karena selama ini Lyla sama sekali tidak pernah menunjukkan tatapan seperti itu.
Mark diam menunggu respon Lyla dan dirinya sama sekali tidak keberatan jika harus tidak mengikuti kelas saat ini, karena saat ini Mark benar-benar ingin melihat bagaimana Lyla melawan dirinya. Secara bagi dirinya, Lyla hanya debu tak berarti baginya. Mark tertawa seolah menghina Lyla yang sama sekali tidak kunjung melakukan sesuatu padanya, hingga pada akhirnya Mark dibuat terkejut dengan respon meringis pelan saat Lyla yang selama ini hanya diam mendorong Mark hingga terpojok ke tembok. Mark sama sekali tidak takut dengan tatapan mata Lyla, malah saat ini dirinya begitu menikmati raut wajah Lyla yang jelas menggambarkan rasa kekesalan.
"Jika kamu ingin menganggap dirimu hebat karena uang, maka mari kita bertukar posisi!" Mark seketika tertawa dengan apa yang dikatakan Lyla baru saja, perempuan di depannya benar-benar terlalu banyak memikirkan hal yang begitu konyol, Mark sama sekali tidak akan pernah bertukar posisi dengan Lyla yang hanya serpihan debu bagi dirinya.
Lyla sangat begitu merasa Mark semakin memuakkan, tidak ada hari tanpa laki-laki itu membully dirinya, entah apa yang melakukan hal itu pada dirinya. Lyla yang saat ini begitu merasa amarahnya telah sampai di puncak segera mengambil buku novel yang sama dengan yang telah diberikan Rania padanya, milik laki-laki itu kemudian melemparkannya begitu saja pada tempat sampah dan memberikan tatapan tajam pada Mark yang dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan Lyla baru saja.
"Kamu!" Decih Mark dengan begitu emosi langsung mencekik leher Lyla dan langsung memojokkan Lyla tepat pada dinding bawah tangga, sehingga hal itu memungkinkan orang-orang tidak akan melihat apa yang saat ini dilakukan oleh Mark.
"Aku benar-benar muak melihat wajahmu itu, akan baik jika kau pergi dan segera lakukan mimpi itu lagi, yang kamu minta kita bertukar kehidupan. Itu tidak akan mungkin, kamu debu dan aku berlian!" Mark bicara dengan penuh penekanan membuat Lyla terdiam, tanpa bicara sepatah katapun Lyla segera mendorong Mark dan pergi meninggalkan Mark yang jelas kesal dengan respon Lyla. Kemudian, Mark segera berjalan untuk segera mengambil buku novel miliknya kemudian segera dirinya pergi ke kelas.
Begitu sampai di flat sederhana tempat tinggalnya, seketika tubuh Lyla merosot dengan begitu lemah bersandar pada pintu flat miliknya, saat ini Lyla tidak bisa menghentikan air matanya untuk jatuh. Terkadang dirinya bertanya-tanya apa yang membuat dirinya mengalami hal ini, apa menjadi seorang introver dan seorang mahasiswi penerima beasiswa adalah hal yang salah? Kadang Lyla memiliki keinginan besar untuk membuat orang-orang yang telah melakukan pembullyan pada dirinya menerima sebuah ganjaran.
Cukup lama Lyla diam bersandar pada pintu, dirinya kemudian mengeluarkan ponselnya dengan senyum yang begitu jelas tidak suka akan hari ini sekalipun hari ini adalah hari ulang tahunnya. Lyla segera berjalan kedalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya serta mengganti bajunya dengan baju rumahan miliknya, dan membuat dirinya seolah baru saja bangun tidur. Segera setelah melakukan hal itu Lyla berjalan kearah depan dan dirinya yang diam menatap canggung Rania yang terlihat berdecak pelan karena sedari tadi Rania mengetuk pintu flat tempat tinggal Lyla. Namun, pemilik tempatnya tidak merespon sama sekali.
"Apa yang sedang kamu rasain, aku harap bedebah itu tidak melakukan hal yang gila!" Rania berbicara begitu saja, ketika duduk di atas tikar yang begitu sederhana.
Lyla diam, menatap Rania dan tanpa bicara sama sekali sudah pasti Rania tau apa yang telah terjadi, karena sebelumnya Rania telah pergi ke kelas Lyla untuk memberikan cake ulang tahun untuk Lyla dan ketika dirinya bertanya pada teman sekelas Lyla sama sekali tidak ada yang menjawab. Selain hal itu Rania sudah mengerti akan apa yang dilakukan oleh Mark pagi ini, dengan mengosongkan isi tempat sampah tepat di atas kepala Lyla. Rania, yang masih kesal dengan yang dilakukan oleh Mark yang begitu keterlaluan sangat begitu menginginkan dirinya menceburkan isi otak kepala Mark yang begitu tumpul, pada koslet kamar mandi.
"Aku rasa, sangat baik jika aku berhenti kuliah!" Baru saja Rania akan meminum air dingin, setelah mendengar hal itu seketika membuat Rania diam menatap tidak percaya apa yang dikatakan Lyla, saat ini tatapan mata Rania seolah mendesak Lyla untuk segera bicara. Tetapi hanya ada keterdiaman di antara mereka, Lyla sama sekali tidak tau harus bicara bagaimana karena saat ini di otaknya hanya diisi oleh keinginan besarnya untuk segera pergi.
"Jangan berpikir gila, untuk orang sedangkal dia. Akan baik jika, tidak mendengar ocehan tidak bergunanya itu!" Sudah begitu jelas dari pancaran mata Rania, jelas Lyla melihat aura kebencian dan kekesalan dari mata Rania untuk Mark, tapi apalah daya mereka.
"..." Rania menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan meminta Lyla untuk segera berbicara karena sudah begitu yakin, jika terjadi sesuatu pada Lyla sampai membuat Lyla yang selama ini diam dan menganggap angin lalu apa yang dilakukan Mark mendadak memiliki keinginan untuk keluar dari dunia perkuliahan, apalagi ini sudah tahun ketiga mereka masuk akan sangat disayangkan sekali, jika Lyla sampai melakukan hal bodoh seperti itu.
"Katakan saja apa yang dia lakukan pada kamu, aku tidak ingin kamu gagal hanya untuk si gila itu!" Rania bicara dengan nada bicara yang begitu jelas terdengar dalam, tentunya hal itu hanya membuat Lyla semakin terpuruk untuk terus diam. Lyla benar-benar lemah, sama sekali tidak pernah bisa membela dirinya sendiri.
Rania diam mengamati raut wajah Lyla yang saat ini begitu diam, memikirkan sesuatu. Tentunya apa yang dilakukan Lyla tersebut membuat Rania diam, tidak mungkin bagi diri Rania memaksa Lyla untuk menjelaskan semuanya karena sudah begitu jelas Rania tau bentul bagaimana sikap Lyla, jika berpikir mengenai masalahnya.
"Bisakah aku bertukar posisi dengan dia?" Rania diam ketika Lyla secara tiba-tiba bicara hal itu begitu saja, sedangkan Lyla sendiri hanya diam dan dirinya sama tidak ingin menjelaskan apa yang telah terjadi setelah Mark merusak dan membuang kado pemberian dari Rania. Lyla, tidak akan bisa memaafkan Mark semudah itu setelah merusak hari yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk dirinya.
"Aku tidak tau, mungkin biar takdir saja yang menjawab!" Lyla tersenyum kecut begitu mendengar jawaban dari Rania, kemudian Rania tersenyum sembari sedikit menepuk bahu teman baiknya itu.
"Apa yang ingin kamu lakukan ketika kamu bertukar posisi dengan dia?" Lyla bingung harus jawab bagaimana, jika dirinya ingin menjawab balas dendam itu bukanlah prinsipnya, tetapi memberikan pelajaran adalah hal yang tidak buruk juga.

Bình Luận Sách (60)

  • avatar
    Faisal MubarakDevin

    he bat

    4d

      0
  • avatar
    Abdul Rizal

    bagus ceritanya

    27d

      0
  • avatar
    Sarlita Karel

    sangat bagus ceritanya

    13/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất