logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 14 Mimpi

“Sepertinya aku harus memecat si keparat itu,” maki Ellard seraya menerima uluran tangan Peter untuk membantunya naik ke atas. Mendengar ancaman Ellard, Peter hanya menanggapinya dengan tertawa. Ia tahu Ellard tidak akan pernah melepaskan seorang Edward dari sisinya. Ibarat kata jika Edward adalah wanita, Ellard tidak akan menunggu lama untuk menikahinya. Ya, Ellard sangat membutuhkan Edward dan Peter tahu itu.
“Aku akan meminjamkan kamarku dan meminta seseorang mengantarkan pakaian baru untukmu,” Peter menuntun Ellard berjalan menuju kamarnya.
“Kapan terakhir kali aku mengunjungi kamarmu.” Ellard mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan kamar. Ini pertama kalinya ia memasuki kamar Peter setelah pria itu membeli rumah yang pria itu tempati sekarang.   “Terlihat berbeda dan sedikit feminim. Kau mempunyai kekasih?” Ellard melepaskan jas, dasi dan kemeja yang ia kenakan.
Peter tergelak mendengar pernyataan Ellard. Pasalnya dulu ia memang hanya tinggal disebuah apartement. Peter juga bukan tipikal pria yang sangat gila akan  kebersihan. Cukup ruangannya tidak berbau busuk dan amis, itu tidak menjadi masalah baginya. Peter tetap saja bisa tidur dengan nyenyak dan ya, Peter juga bukan pria jorok yang berantakan.
Kesuksesannya dalam satu tahun terakhir ini mampu membuatnya membeli  sebuah rumah yang sangat megah dan indah. Peter dalam masa keemasannya. Namanya juga sering disebut di dalam media.
“Beberapa teman wanitaku menawarkan diri untuk mendekornya dan beberapa dari mereka menawarkan diri untuk membersihkan. Kau tau aku tidak akan kuasa untuk menolak.” Peter mengerling jenaka.
“Lalu bagaimana dengan lukisan yang di sana?” Ellard menunjukkan sebuah lukisan abstrak yang mempunyai arti tersendiri untuknya. Ellard memandanginya dengan sorot mata sendu. Kesedihan, penyesalan dan kerinduan sangat jelas tersirat di kedua manik matanya. Lukisan yang sangat diinginkan oleh Naura, namun si pelukis tidak bersedia menjualnya saat itu dan juga tidak menerima tawaran saat Ellard memintanya untuk melukis sebuah lukisan yang sama meskipun Ellard membayar mahal.
Naura tetap saja merengek meminta lukisan tersebut. Begitulah Nauranya, jika sudah jatuh hati pada sesuatu benda, ia bersikeras ingin memilikinya.
Ellard memohon agar pelukis itu berbaik hati menjualnya hingga akhirnya si pelukis luluh dan menawarkan negosiasi. Lukisan yang ia buat adalah permintaan anaknya. Dan satu minggu lagi adalah ulang tahun anak dari si pelukis. Ia akan memberikan hadiahnya kepada anaknya dan si pelukis itu menyarankan agar Ellard memintanya langsung kepada anaknya. Ellard dan Naura menyetujuinya dan mereka berjanji akan bertemu satu minggu lagi di tempat yang sama dan di jam yang sama.
Sayangnya Ellard melupakan janji tersebut, ia pergi keluar kota melakukan perjalanan bisnis dan Naura terlambat datang. Si pelukis sudah tidak ada di sana saat ia datang ke tempat tersebut.
Peter menoleh dan mengangkat sebelah alisnya. “Aku membelinya dari seorang anak kecil yang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan ayahnya yang sedang dirawat di rumah sakit. Jika kau suka, kau bisa mengambilnya.” Peter menawarkan.
Ellard tersenyum tipis seraya menggelengkan kepala. “Aku tidak terlalu menyukai lukisan.”
***
“Sebaiknya kau mandi air hangat, aku khawatir kau akan demam.” Edward dan Emily sudah sampai di kediaman Ellard. Edward memanggil Rosalinda untuk membantu Emily membersihkan tubuhnya dan juga menyarankan agar memberikan Emily obat demam karena suhu tubuh wanita itu mulai hangat. Di dalam perjalanan, Emily menolak saat Edward menawarkan untuk membelikan pakaian ganti untuk mereka. Alhasil, baju keduanya hampir kering sepanjang perjalanan.
“Dan istrirahatlah setelah mandi dan minum obat. Aku permisi dulu,” pamit Edward. Meskipun ia sangat peduli terhadap Emily, namun ia juga tahu batasannya. Emily adalah istri dari sahabatnya walau hubungan keduanya terdengar sangat rumit, namun fakta akan ikatan sakral antara keduanya tidak terbantahkan. Tidak mungkin baginya untuk mengantar Emily sampai ke kamar wanita itu. Ia hanya menuntun Emily sampai batas ruang utama. Selain menghormati Emily, Edward juga sangat menghargai persahabatan antara dirinya dengan Ellard.
“Terima kasih, Ed.” Ucap Emily dengan tulus. “Aku akan mengembalikan jasmu setelah aku mengeringkannya.”
“Ya,” jawab Edward singkat dan memberi isyarat melalui matanya kepada Rosalinda agar segera membawa Emily ke atas.
Sesuai perintah Edward, Rosalinda membantu Emily menghangatkan airnya, menyediakan pakaian hangat untuknya yang memang sudah disediakan Ellard di dalam lemari. Ya, saat ia memutuskan untuk menikahi Emily, Ellard memanggil beberapa desain ternama untuk memenuhi isi lemari pakaian dengan ukuran tubuh Emily.
Emily hanya berendam sebentar, kemudian mengenakan piyama yang disediakan oleh Rosalinda. Wanita itu pun meminta izin untuk mengambilkan makanan namun Emily menolak dan meminta wanita itu untuk mengambilkan obat saja.
Setelah meminum obat, tidak butuh waktu lama bagi Emily untuk terlelap tidur. Tidak ada waktu baginya untuk mengingat kejadian memalukan dan memuakkan di pesta penyambutan Peter. Fikirannya lelah, tubuhnya juga letih dan meriang. Ia butuh istirahat untuk mengumpulkan tenaga agar kuat menghadapi kenyataan hidup yang begitu pahit.
“Ya, mulai besok hidupku akan lebih sulit,” Emily mengigau dalam tidurnya.
Disaat Emily sudah terlelap dalam tidurnya dan melewatkan jam makan malamnya, Ellard baru pulang setelah jam menunjukkan angka 00.15. Wajahnya terlihat kacau. Bau alkohol tercium dari tubuhnya.
Malam ini harusnya menjadi malam indah penuh sejarah bagi sepasang suami istri yang  baru saja menikah tadi siang. Tapi bagi Ellard, hari ini adalah hari  terburuknya. Selain ia harus terpaksa menikahi Emily-wanita yang sangat dibencinya, hari ini kenangan tentang Naura selalu mengusiknya dan itu sangat menyiksanya seakan kenangan itu memberikan protes kenapa ia harus menikahi wanita itu. Bayang-bayang Naura menghantuinya sepanjang malam. Bahkan beberapa kali ia berhalusinasi melihat sosok Naura hadir di tengah pesta.
Ellard berjalan sempoyongan, mengangkat sebelah tangannya tatkala beberapa pelayan mendekat untuk membantunya. “Kembalilah ke kamar kalian masing-masing.” Perintahnya.
“Kau mabuk? Akan kubuatkan teh untuk meredakannya,” Rosalinda tetap mendekat ke arahnya dan membantu Ellard untuk duduk di sofa.
“Tidak Ros. Kembali lah ke kamarmu. Aku baik-baik saja.” Ucap Ellard dengan suara parau.
Rosalinda menatapnya haru. Sudah sejak lama Ellard tidak memanggil namanya. Dan memang saat-saat tidak sadarkan diri seperti inilah Ellard bisa dekat dengannya.
Rosalinda adalah pengasuhnya sejak kecil. Wanita itu sangat menyayangi Ellard. Rosalinda juga tahu penderitaan seperti apa yang sudah dilewati Ellard saat ia masih kanak-kanak hingga beranjak dewasa. Tapi entah sejak kapan Ellard menjaga jarak terhadap dirinya. Mereka tidak sedekat dulu lagi.
“Dengarkan aku, Ros.” Ellard merebahkan tubuhnya di sofa, Rosalinda segera beranjak dan mengangkat kaki Ellard ke atas sofa.
Rosalinda tersenyum tatkala mendengar dengkuran halus dari mulutnya. “Aku selalu mendoakan kebahagianmu, Nak.” Ucapnya sembari mengusap kapala pria arogant itu sebelum akhirnya pergi kembali ke kamarnya.
***
“Tidak Ibu...Tidak Ibu..Aku mohon jangan memukulku, jangan mengunciku di ruangan gelap ini. Aku takut ibu..ibu tolong aku ibu..aku salah..aku salah..aku mohon ampun ibu...” Ellard meracau dalam tidurnya. Keringat dingin sebesar kurma membajiri tubuhnya.
Emily yang berjalan kesusahan, mendekat ke arah sumber suara. Ia panik, ia tidak tahu harus bagaimana. Beberapa kali ia terjatuh karena menabrak benda yang ada di depannya. Yang bisa ia lakukan hanya menajamkan pendengarannya. Suaminya terdengar begitu tersiksa dan ketakutan.
Suara Ellard terdengar semakin jelas Emily pun semakin mempercepat langkahnya. Setelah mendapat beberapa luka memar di kakinya, akhirnya Emily dengan ajaib sampai di hadapan Ellard.
Emily meraba sofa sebagai pegangan dan mengitari sofa tersebut hingga tangannya tidak sengaja memegang kepala Ellard. Rambut pria itu sudah basah oleh keringat.
Emily pun duduk di lantai, meraba untuk mencari tangan Ellard. “Hei, ada apa denganmu? Tenanglah. Itu hanya mimpi buruk. Buka matamu dan bangunlah. Kau baik-baik saja.”
Ellard tersentak dan terbangun. Refleks, ia duduk dan menarik Emily ke atas pangkuannya dan memeluk erat tubuh wanita itu.

Bình Luận Sách (618)

  • avatar
    CitraSandra

    aku suka banget ceritanya. di bab2 hampir akhir membuatku hampir mellow. top banget👍

    14/01/2022

      2
  • avatar
    Della Ira

    aku suka

    12/08

      0
  • avatar
    ANGGRIANAMAWAR

    keren

    22/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất