logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 Wahyu senopati

Tubuh Sitija yang terbungkus lapisan es mengambang di antariksa lapisan es itu semakin menebal dan menebal. Wisanggeni, Wisangkantha Antasena dan Srenggini segera menyusul tubuh itu Wisanggeni melaju lebih dulu mendorong gulungan es dengan kecepatan tinggi melewati planet -planet mendekatkannya kearah Matahari. lalu tiba -tiba Wisanggeni pun melepaskan perlahan -lahan tubuh Sitija kearah sang surya dan dia menyatukan kembali kedua tangannya. seketika itu juga tubuh nya membesar dan terus membesar melebihi Matahari. Wisanggeni membentuk dirinya menjadi Raksasa terbesar berambut api,bertaring bara mencuat diantara mulutnya, berliurkan lahar dan bernafas api yang bernama Dahana Geni. Dahana Geni pun memungut gumpalan es yang didalamnya terdapat tubuh Sitija lalu memasukkan gumpalan es itu kearah Matahari dengan genggamannya. Dahana geni membenamkannya ke dalam Matahari. lalu sang dahana geni menyimpangkan sebelah tangannya kearah dada sambil memejam.
Dari berbagai penjuru arah Para Dewa yang dipimpin oleh Batara guru pun mendatangi Sang Dahana. Mereka melemparkan semua senjata yang dipegangnya kearah tubuh Sitija yang dibenamkan dalam lahar panas matahari oleh Dahana Geni .mereka membagikan kekebalan pada Sitija.
"Anakku Sitija atas ketulusan hatimu diatas kayangan alang alang kumitir ini kuanugerahkan padamu PANCASONA Ilmu kekuatan yang bersumber dari Bumi dan seisinya disamping kau memiliki kekuatan dahsyat dan kecepatan seperti kilat seperti resi Waraha dan resi Narasinga aku juga akan memberimu juga kecerdasan tanpa batas,dan kusatukan pandanganmu dengan seluruh hewan buas di bumi. aku juga memberimu umur sepanjang bumi,pergunakanlah apa yang kuberikan padamu ngger jadilah pengayom atau penengah bumi jadilah engkau pembelaku sang wiji sejati di arcapada ini Kuangkat Engkau Sitija menjadi Mahasenopati bumi dan seluruh takdirmu ada dalam genggamanku"seru suara sang hyang wenang lantang menggelegar memecahkan arcapada
lalu semua para dewa pun mengangkat tangannya dan dari tangan itu keluar sinar yang berpendar. dan sinar itu menuju matahari tempat Sitija dibenamkan.sinar itu masuk didalam lahar panas Sang Dahana yang masih memegang tubuh Sitija pun menarik genggamannya dia melihat Sitija yang hanya seperti debu masih tergeletak lemas dan pingsan tanpa selembar benang menempel di tubuhnya. lalu tubuh Dahana mendadak mengecil kembali ke wujud semulanya yaitu Raden Wisanggeni yang menggendong tubuh sang kakak sepupunya itu lalu dia terbang mendekati para Dewa
lalu mereka menutupi badan Sitija dengan memberikan selendang dan setelah mendekati antasena, srenggini, dan wisangkantha. wisanggeni yang menggendong sang kakak melesat meninggalkan arcapada dan kembali ke bumi kearah kayangan ekapratala
Dengan kecepatan tinggi wisanggeni terbang diikuti oleh ketiga saudaranya menepis awan menuju kearah sebelah utara gunung jamurdipa. dan tanpa terasa mereka berlima pun memasuki wilayah hutan ekapratala wisanggeni memelankan kecepatan dan akhirnya berhasil mengambang di udara begitupun dengan yang lainnya. tiba -tiba hutan ekapratala terbuka dan terlihat istana yang megah. tampak diluar istana para Yaksa penjaga gerbang istana yang memberi hormat lalu wisanggeni dan lainnya pun masuk kearah halaman istana sambil tetap menggendong sang kakak yang masih pingsan. lalu dia mendarat dengan pelan di halaman istana yang luas. ternyata kedatangan wisanggeni dan lainnya memang sudah ditunggu oleh Sang narendra khrisna, sang istri Dewi pratiwi, Sang Batara ekapratala, dan seorang apsari Dewi yadnyawati yang kelihatan sangat cemas dengan keadaan kekasihnya. Raden Sitija pun digendong sampai ke kamar istana dengan diikuti semua yang berada disitu. lalu wisanggenipun membaringkan tubuh kakang sepupunya diatas hambal istana. Dewi yadnyawati berlari menghampiri tubuh sitija. Dewi pratiwi pun berusaha. menyusul tapi tangannya lalu dipegang oleh sang suami narendra khrisna
"sabarlah dinda biarkan yang muda dulu melepas rindunya..."
"Tapi kanda sss....."mulut sang dewi dikunci dengan lembut oleh jari telunjuk sang suami
"ayo kita berdua berjalan dibelakang mereka "sambung sang narendra khrisna dengan bijak
akhirnya Sang dewi pun menuruti kata suaminya
keempat mahasenopati jagad masih berada disitu menunggu Raden Sitija siuman dari pingsannya. sementara dewi yadnyawati menangis tersedu -sedu sambil merangkul dan memangku tubuh kekasihnya yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Sitija....bangunlah ini aku "kata sang dewi sambil air matanya berderai membasahi pipinya
"Sitija.....kau pernah berjanji padaku bahwa kau akan bersamaku sampai di swargaloka nanti bangunlah sayang.....Sitija.."sang dewi berusaha membangunkan kekasihnya sambil mengusap dan menepuk halus pipi sang kekasih sembari menciumi wajahnya.
"kau bibi kangen berat ya sama aku....."
tiba -tiba tawa pun meledak disepanjang ruangan itu
ketiga mahasenopati jagad terpingkal -pingkal sedang wisanggeni hanya tersenyum sambil menggeleng -gelengkan kepalanya.
seketika itu juga dewi yadnyawati menghempaskan badan Sitija lalu dia berusaha mengusap air matanya. sambil mencubit pinggang kekasihnya
Sitija pun meringis sambil menggaruk -garuk kepalanya.
"kamu betul -betul laki-laki jahat. ..sitija..."katanya dengan muka merona karena malu menambah kecantikannya.
dan tertawa pun meledak lagi diseluruh ruangan itu
wisanggeni hanya bisa geleng -geleng kepala melihat ulah kakak sepupunya. ..
Tiba -tiba Sitija seperti mengingat sesuatu dia berlari menuju istal istana. ...disana dia tidak menemukan wilmuna. ....sahabatnya
"Wilmuna...dimana kau? "kata sitija diikuti oleh yang lainnya. ..
lalu sitija terduduk dan menunduk mengingat sahabatnya itu. diikuti oleh dewi yadnyawati yang menggandeng lengannya sambil bersandar di bahunya. sitija pun mengelus rambut kekasihnya.
"Wilmuna ma'afkan aku,. sahabatku..."
"ma'afkan aku..."
sitija melihat tali kekang wilmuna yang bertengger di kandangnya lalu dia mengambilnya dan menciuminya. yadnyawati pun merengkuh tangan Sitija dan mengajaknya beranjak dari tempat itu
"cah ayu yadnyawati....istirahatlah tidurlah di ranjang adikmu sundari. ..cah ayu "kata dewi pratiwi dari kejauhan
"baik kanjeng ibu. .."jawab yadnyawati
"tunggu sebentar. ...."kata sitija sambil memegang lengan kekasihnya
"sejak kapan bibi memanggil kanjeng ibu sama ibuku?"Tanya Sitija heran. .
"bukankah bibi dulu memanggil ibuku dengan sebutan kakang mbok?"
"lusa nanti aku akan memanggilmu kanda juga.."kata yadnyawati dengan tersenyum sambil berlari -2kecil menuju Dewi pratiwi dan mereka berdua pun masuk kedalam istana
sitija bingung sambil menggaruk -garuk rambutnya
"kok kakang panggil dia bibi trus lusa dia panggil kakang kanda, kakang bingung ya?"kata antasena
"iya. ...ada apa ini terus bibi yadnyawati itu adalah apsari tapi kok tidak balik ke suralaya?"tanya sitija
"loh memang saya tau begitu kakang?"jawab srenggini
"bukan kamu. ...ugh kalian berdua ini menyebalkan seperti si bangsat guritno..."
mereka bertiga pun tertawa terbahak -bahak melihat kelakuan sang kakak yang bingung. ..kecuali wisanggeni yang tetap tersenyum dan menggeleng -gelengkan kepala melihat tingkah laku ketiga kakak sepupunya dan adiknya. .
Lalu tiba -tiba di angkasa ada suara lengkingan panjang. ..suara burung elang yang bersaut sautan. Sitijapun mengenali suara itu. ..dia berlari ke halaman istana dan akhirnya diikuti oleh ketiga adik sepupunya. ..
"Itu Wilmuna...dan Wildata..."katanya sambil menunjuk keatas langit. ..
"mana kakang kami belum mendengar apa -apa..."
"tidak. ..aku mendengarnya"
"lihat itu. ...!!"tunjuk sitija kearah langit
"aku yakin itu suara Wilmuna dan Wildata"
dewi pratiwi dan dewi yadnyawati berlari menyusul dan mengikuti sitija dan adik sepupunya
"ada apa ngger?"tanya sang ibu
"Sebentar Kakang aku akan melihatnya keatas sana"ujar wisanggeni lalu dia terbang kearah yang dituju Sitija kakaknya
"ngger wisanggeni hati-hati, sebentar lagi langit akan gelap.....!!"teriak dewi pratiwi
wisanggeni hanya mengangguk lalu mencari asal lengkingan suara itu berasal. ..dia melesat kearah atas dan mengelilingi seluruh daerah di istana ekapratala. .tapi memang tampak bayangan dua ekor burung raksasa yang ditunggangi oleh dua orang wanita cantik sedang menggendong anak kecil. dan seorang lelaki yang memakai pakaian dengan lambang bintang didadanya.
wisanggeni mendekati mereka
"Kakang atmaja apakah itu kamu...?"teriak wisanggeni
"iya adi wisanggeni ini aku...."kata gatotkaca dari kejauhan
gatotkaca dan kedua wanita serta anaknya yang menunggangi kedua burung itu meluncur pelan kearah bawah menuju tempat Sitija beranjak bersama Dewi pratiwi, dewi yadnyawati, antasena, srenggini, dan wisangkantha kedua burung raksasa itu mendarat dengan pelan persis di depan mereka
antasena dan srenggini segera memapah turun kedua wanita yang membawa kedua anak kecil itu.
Sitija lalu menghampiri mereka sambil menyatukan kedua tangannya
"nimas pregiwa dan nimas suryawati..."
lalu Sitija menggendong anak kecil yang digendong oleh Dewi pregiwa...
"lihat ini ponakanku, kamu naiki tunggangan uwakmu ini tapi kamu tidak pernah mencium pipi uwakmu ngger meskipun uwakmu ini sowan ke pringgodani, cah bagus Sashikirana"kata Sitija menggoda ponakan kecilnya
lalu si kecil menepuk -nepuk pipi pamannya. dan mencium nya seketika mereka pun tertawa melihat kedua putra sang gatotkaca itu
"Sini Arya kaca ikut eyang....."kata dewi pratiwi
"biar kukenalkan sama calon bibimu "
"calon kanjeng ibu?"
"iya lusa kau akan jadi suami Ngger, Sitija"
"kalo begitu aku akan memanggilmu dinda bukan bibi lagi"sahut Sitija pada yadnyawati yang berada disebelah ibunya
seketika pipi yadnyawati memerah dia tersipu -sipu menggendong tubuh kecil arya kaca sambil membawa masuk ke dalam istana
seketika tawa mereka pecah lagi. tawa kebahagiaan sebuah keluarga yang terkumpul

Bình Luận Sách (487)

  • avatar
    ChannelM.H.S

    Terimah kasih

    06/08

      0
  • avatar
    YansyahArdi

    bener an bisa di tarik gaess

    29/07

      0
  • avatar
    Marina Nurasyifah

    sangat bagus ceritanya

    29/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất