logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

chapter 5

Harini zea sudah bisa berangkat ke sekolah, yang seperti biasa zea dijemput oleh sepupu tampannya, evan.
"Zea..." teriak evan dari halaman rumah
"Iya. Pagi-pagi gausah teriak bisa kaliii" ucap zea sedikit kesal "yuk berangkat" lanjut zea setelah menaiki motor cb evan.
Diperjalanan evan dan zea tak banyak perbincangan. Seperti biasa evan selalu mengendari motornya dengan kecepatan tinggi.
"Zea" panggil ayu dari lantai atas. Ruang kelas zea berada dilantai 2 jadi untuk memanggil zea ayu barus sedikit berteriak
Zea mendangak ke arah ayu "oy heran hari ini semua orang kenapa hoby teriak" saut zea.
"Cepet naik, ada kabar gembira buat lo" ucap ayu antusias, disusul dengan langkah kaki zea secepat mungkin menuju ke arah ayu.
"Gimana gimana ada apa" tanya zea penasaran.
"Ze, dafa pindah sekolah disiniiiii" ucap livi antusias dibarengi dengan tepuk tangan kecil dari kedua teman lainnya ayu dan lia
Zea hanya terdiam dan sedikit mlongo karena terkejut.
"Sadar lo ze dimasukin cicak tau rasa lo" lia mencubit pipi zea bermaksut agar temannya tidak terlalu lama diposisinya saat itu.
"Auwh... sakit liiaaa" teriak zea merasa kesakitan karena cubitan temannya itu. "Tapi ini serius? Kalian serius?" Lanjut zea masih tak percaya.
"Iyaaa nesya azearena putri sutrisno" jawab ayu dengan suara sedikit melengking.
"Seneng kan lo, bisa deket sama gebetan" ledek livi kemudian meninggalkan ketiga temennya menuju ruang kelas
Zea hanya tersenyum dengan pipi yang sedikit kemerahan "yuk gais masuk kelas bentar lagi bu guru tercinta masuk" ucap zea berdiri dengan tegas dan menggandeng kedua temannya.
Sepanjang pelajaran zea hanya memikirkan dafa, laki-laki yang kini sangat dekat dengannya berada satu sekolah dengannya. Entah ruang kelas mana, satu kelas dengan siapa dan alasan apa dafa pindah kesekolah zea membuat zea hampir pusing memikirkan semuanya.
"gais kalian kekantin duluan gak papa, gue mau ngumpulin buku bentar" zea memperlihatkan tumpukan buku di atas meja yang harus diantarnya keruang guru matematikanya.
"oke, lo mau makan apa biar kita pesenin dulu" ucap lia.
"bakso aja deh seperti biasa tapi kali ini nasinya dobel ya soalnya belom sarapan tadi"
"oke deh kita duluan ya ze"
zea mengangguk mengiyakan pernyataan temannya dan melanjutkan tugasnya.
"assalamualaikum bu" ucap zea didepan pintu ruang bu lila. bu lila adalah guru matematika dikelas mereka sekaligus guru yang sangat mengandal zea dalam matapelajarannya.
"waalaikumsalam, masuk ze taruh dineja ibu aja ya"
"oh iya bu, permisi ya bu" zea menaruh tumpukan buku hasil mengerjakan seluruh teman sekelasnya.
bu lila merespon zea dengan senyuman tulusnya dan memberikan zea kotak bekal yamg berisi sald buah-buahan yang tentunya hasil olahan bu lila sendiri
"nih buat zea dari ibu karena sudah sering bantuin ibu, jangan lupa temen-temennya dibagi ya ze" lanjut bu lila.
"terimakasih bu" ucap zea dengan tersenyum dan sedikit menunduk "zea pamit dulu bu, assalamualaikum" lanjut zea.
sesampainya dikantin zea bertemu teman-temannya dan menyantap makanan yang sudah dipesankan temannya.
"ze gue liat dafa tadi" cletik lia disela makan mereka
"dimana"
"disini, tapi sama venia"
"venia?"
"iya ze serius, makan bareng berdua doang" jawab ayu lebih serius
zea hanya diam tanpa merespon apa-apa toh dafa bukan siapa-siapanya. venia adalah anak kelas ipa 1 yang juga satu angkatan dengan zea yang memiliki paras tak kalah cantik dengan zea hanya saja dia tak terlalu pintar dan sedikit nakal.
pelajaran hari ini selesai lebih awal karena guru sekolah mereka akan ada pertemuan dan silaturahmi sore ini.
"Zee" suara dafa memanggil zea dari arah parkiran.
Zea menoleh mencari asal suara yang jelas itu suara dafa "iya" jawab zea sedikit datar.
"Pulang bareng gue, evan tadi nganter sasa pulang" ucap dafa dan menyodorkan helm untuk zea
Zea hanya menuruti permintaan dafa, tanpa menjawab dengan sepatah katapun. Kini keduanya terasa lebih dekat.
"Ze gue mampir rumah lo, soalnya ada janji sama bunda" ucap dafa ditengah perjalanan
"Oh ya?" Jawab zea sedikit tak percaya
Dafa hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan zea. Dafa yakin zea suka dengan rencanya
"Assalamualaikum bunda" ucap zea didepan pintu rumahnya
"Waalaikumsalam" saut bunda dari ruang tv yang kemudian menyusul ke arah zea dan dafa.
"Eh dafa masuk dulu dong bunda udah masakin"
"Bun yang anak bunda kan zea kenapa masakin dafa" tanya zea sedikit cemberut
Bunda tak menghiraukan pertanyaam putrinya itu, "yuk duduk dulu" lanjut bunda menggandeng dafa untuk duduk di ruang tamu rumah zea.
"Yaudah zea ganti baju dulu" ucap zea sedikit sebel.
Bunda beranjak kedapur menyiapkan makanan untuk dafa dan zea.
"Ze makan dulu ditungguin dafa nih" ucap bunda dari dapur
"Iya" zea melangkahkan kakinya menyusul bunda dan dafa yang sudah siap dengan hidangan didepannya "tumben bunda beli sate emangnya jam segini ada yang jual? Tanya zea mengambil satu tusuk sate dan mengunyahnya
"Bunda buat sendiri dagingnya dafa yang bawain" ucap bunda sembari memandangi dafa
Dafa hanya tersenyum mendengar pembahasan ibu dan anak itu
"Buat?" Tanya zea menuju ke arah dafa.
Dafa meletakkan sendok makannya menelan makanan didalam mulutnya dan menjelaskan tujuamnya, "ze kemarin gue sempet janji kalo gue mau ajakin lo naik becak sambil makan sate. Karena suatau hal dan gue gabisa nepatin janji gue beli daging buat kita makan bareng soalnya nyari sate disini susah banget"
Zea hanya mengangguk-anggukakn kepalanya mendengarkan penjelasan dafa.
"Bun dafa pamit pulang dulu ya sudah sore takut dicariin mama soalnya dafa gak pamit" dafa mencium tangan bunda
"Iya ati-ati ya" lanjut bunda dengan tulus
"Yuk gue anterin sampe depan" lanjut zea melangkahkan kakinya menuju halaman rumahnya
"Gue pulang dulu ya ze, assalamualaikum" ucap dafa sembari mengenakan helm dikepalanya
"Waalaikumsalam" jawab zea dengan senyum indahnya.
"Sering-sering kesini daf" gumam zea yang mungkin terdengar oleh dafa. Dafa hanya tersenyum karena hal itu.
bagi zea dafa adalah kebahagiaan. apa yang sudah zea harapkan kini sudah berada dihadapannya. entah waktu smp terlalu kecil bagi dafa untuk dekat zea atau memang waktu itu dia tak memiliki rasa apapun dengan lawan jenisnya, jelasnya saat ini dafa justru yang mendekatinya. sekalipun hubungan keduanya tidak memiliki kejelasan apapun. tetapi tak bisa rasanya jika mereka tidak disebut sepasang kekasih.

Bình Luận Sách (26)

  • avatar
    UlfianiNabila

    keren

    15d

      0
  • avatar
    kadekerri

    keren abiss cerita nyaa

    13/08

      0
  • avatar
    NurohmanWahyu

    cerita nya bagus keren aku dapet tip ga

    05/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất