logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

chapter 4

Rumit ketika remaja wanita menyimpan rasa, ketika tak mungkin mengungkapkan dan memendam terlalu melelahkan. Zea selalu berusaha menjadi remaja yang hanya fokus terhadap pendidikannya. Tapi hatinya tetap tak bisa menutupi rasanya.
"Zea...." suara evan menghentikan lamunan zea.
"Iyaaa.... ada apa? Gausah ngagetin bisa?
"Zee...zeee mentang-mentang udah ada yang digalauin pagi-pagi udah nglamun teruuus" ucap evan duduk disebelah zea
Kali ini zea tak bersama ketiga temannya. Entah apa yang membuatnya memilih sendiri kali ini zea lebih nyaman berada disamping evan.
"Ze nih ice cream. Gue tau lo lagi gaenak ati kan?"evan menyodorkan ice cream dan membukanya untuk zea.
Zea mengangguk pelan dan menerima ice cream dari evan. Ice cream kesukaannya ice cream yang selalu berhasil membuat zea tenang.
"Thank's ya van, gue gatau si gue kenapa cuma enak aja gitu disini nenangin diri"
Evan mengangguk pelan "iya ze.. gue tau lo ga bisa crita tapi gak papa gue temenin lo disini"
"Iya... pulang yuk van pusing kepalaku" zea berdiri dan berjalan ke arah parkiran sekolah
"Tas lo?" Evan sedikit berteriak dari kursi tempat nereka duduk
"Udah gue titip sama ayu" zea menjawab tanpa menghentikan langkahnya dan disusun dengan larian kecil evan.
Mereka berdua tak melnajutkan pelajaran hari ini dafa yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar membuat zea tak memiliki kekuatan untuk melanjutkan pelajaran. Zea memilih pulang dan evan pasti harus mengantar zea pulang.
"Assalamualaikum. Bunda zea pulang" ucap zea lesu
"Waalaikumsalam, kok udah pulang?"
"Gaenak badan bude" jawab evan dari arah pintu rumah zea
"Tadi suruh budan jemput aja ze.. kasian evan jadi gasekolah" ucap bunda menyentuh kening zea, mengecek suhu tubuh zea yang saat itu lumayan panas.
"Wong evan aja seneng ko tak ajak pulang" jawab zea yang dibalas senyum tulus dari evan
"Yaudah kalian makan dulu bunda udah masak"
"Iya bude evan udah laper tadi belum sempet makan udah diajak pulang sama ze" jawab evan datar
"Bun ze kekamar ya pusing banget" ucap zea meninggalkan ruang makan
"Iya nanti bunda anterin makanannya ke kamar ya ze" ucap bunda lembut
Zea adalah gadis ringkih yang setiap memikirkan sesuatu yang berat zea selalu merasa sakit entah pusing ataupun suhu tubuhnya yang panas. Bahkan pernah sampai dirawat. Dafa yang kini jarang menghubungi zea atau mengunjungi zea sedikit membuat zea luka. Bahkan janjinya untuk pergi waktu itu tak kunjung ditepati.
"Kluntiiiing...." ponsel zea tiba-tiba berdering.
Masage from dafa : "selamat malam zea sayang"
Replay to dafa : "malam"
Entah apa tujuannya pria itu kembali menghampiri zea yangbsaat ini terlalu lelah memikirkan tentangnya.
"Zeee bangun sayang ada tamu diluar buat ze" suara lembut bunsa membangunkan zea
"Siapa bun?" zea menjawab bunda tanpa membuka pintu dan tetap berada di atas kasur yang dipasangi seprei berwarna abu putih
Kamar zea di desain se aestetic mungkin dengan dominasi warna abu-abu dan putih dengan beberepa boneka berwarna pink dan disetiap mejanya terdapat 1 tanaman katus. Karena zea menyukai bunga katus.
"Temen zea bunda lupa siapa namanya tapi anaknya baik dan sopan keluar dulu ze" ucap bunda dengan lembut agar putrinya menemui dafa.
Zea membuka pintunya melanghkan kaki menuju teraa rumahnya karena sang tamu nemilih duduk didepan sambil memandangi langit katanya.
"Dafa" ucap zea mengenali tamu yang datang.
Ya, lelaki itu adalah dafa dia hanya menolehkan kepalanya ke arah zea, "eh ze lo sakit?" Tanya dafa tanpa rasa bersalah.
"Nggak cuma pusing aja" jawab zea kemuduan duduk di kursi terasnya
"Gue punya sesuatu buat lo ze" dafa menggenggam tangan zea dan menggandengnya menuju kehalaman rumahnya.
Zea hanya diam mengikuti perintah dafa.
"Lo tau nungguin lo keluar itu lama banger ze, karena lo lama gue iseng natain bintang biar rapi" ucap dafa memandangi zea memastikan bibir zea harus tersenyum. "Dan coba lo liat itu hasilnya" lanjut dafa sembari menunjuk ke arah bintang.
Zea hanya mengangguk dan tersenyum, kini rasa pening dikepalanya sedikit reda
"Sejak kapan lo bisa ngatur bintang?" Tanya zea
"Sejak tadi, soalnya lo lama keluarnya"
Zea hanya mengangguk pelan mendengar jawaban dafa
"Harusnya gue mau datengin tukang sate ze" ucap dafa antusias
"Lalu?"
"Ya gajadi, soalnya kasian kambing harus jadi korban dulu" jawab dafa dengan sedikit senyum manisnya. "Tapi gue bawain lo ini" dafa menyodorkan 1 bungkus martabak asin dan 1 vungkus nartabak manis untuj zea dan membukanya untuk zea
"Kenapa beli 2?"
"Karena gue gatau lo lebih suka yang mana, tapi keduanya sama, sama-sama spesial pake telor" ucap dafa dengan sedikit senyum untuk zea
Zea mengambil 1 potong martabak, rasanya hari imi zea puas dengan senyum dafa.
"Ze ayah mana?" Tanya dafa, karena sedari tadi tidak melihat tanda-tanda adanya ayah
"Ayah belum balik"
"Masih di kantor"
"Heem" zea mengangguk-anggukkan kepalanya cepat. "Nih buat lo, masa ze makan sendiri" lanjut zea memberikan sepotong martabak untuk dafa.
"Oiya gue juga punya sesuatu buat bunda" dafa melangkah menuju motornya mengambil barang yang dimaksut yang dicentelin di setang motor vespanya "bentar ya ze gue ke bunda dulu" lanjut dafa berjalan menuju ke dalam rumah zea.
"Bunda.. dafa punya sesuatu buat bunda" ucap dafa sambil menunjukkan daging kambing yang dia beli dari supermarker nitip adik perempuannya sore tadi.
"Apa ini?" Tanya bunda menerima bingkisan itu.
"Daging bun" ucap dafa sedikit cengengesan.
"Wah makasih lho fa, tapi ko tiba-tiba bawa daging? Ada khajatan dirumah?" Tanya bunda pemasaran.
"Nggak bun, minggu lalu dafa janji sama ze mau ngajak ze naik becak di alun-alun dan rencananya mau beli sate disana, tapi gajadi karena dafa sakit bun. Untuk gantinya dafa bawain daging aja soalnya nyari tukang sate disini susah" dafa menjawab dengan lembut dan penuh senyuman.
"Oala kamu sakit to, pantes zea murung" ledek bunda
"Jangan bilang zea ya bun" dafa menempelkan telapak tangannya dengan telapak tangan lainnya pertanda memohon.
Bunda hanya mengangguk pertanda setuju dengan permintaan dafa.
Dafa dan bunda zea sudah saling kenal sejak lama karena rumah dafa dulu bersampingan dengan rumah nenek zea. Jadi, keluarga zea dan keluarga dafa sudah saling kenal sejak lama.
"Ze gue udah ketemu bunda" ucap dafa tiba-tiba dibelakang zea.
"Udah? Ngasih apa emang?"
"Daging, buat sate" dafa tersenyum
"Buat?"
"Sate ze, besok gue kesini lagi mau makan sate"
"Emmmmm" zea mengangguk pelan sedikit berfikir keras untuk mengetahui maksut dafa.
"tujuan ku sekarang adalah buat kamu bahagia. apapun yang kamu suka asal buat kamu bahagia aku lakuin" jelas dafa lembut memandangi zea yang kini kaku menatapnya.
pertama kalinya dafa menyebut aku dan kamu dihadapannya. seolah mengisyaratkan bahea hubungan mereka semakin dekat.
"Dah malem gue pulang dulu ya cantik" dafa beranjak dari temapt duduknya.
menyadarkan tatapan zea kearahnya yang sedari tadi tiada hentinya. zea mengagumu lelaki dihadapannya lebih dari dafa yang ia kenali dulu.
"Iya gue anter sampe gerbang" zea mengikuti langkah dafa berada tepat dibelakang punggung lelaki itu.
"Pulang ya, assalamualaikum" ucap dafa dengan tersenyum tulus.
"Waalaikumsalam" ze melambaikan tangan yang dibalas dengan dafa.
Zea memandangi punggung dafa yang semakin menjauh hilang dari pandangannya.
"Rasanya kali ini dia benar-benar serius dengan kedatangannya" gumam zea dalam hati yang di imbangi dengan senyum dibibirnya.
harapan zea untuk dafa ternyata tak pernah sia-sia cinta yang pernah tumbuh 3 tahun lalu seketika hadir kembali dalam hitungan hari. perasaan yang selalu menunggu akan kepastian memiliki sosok dafa.

Bình Luận Sách (26)

  • avatar
    UlfianiNabila

    keren

    15d

      0
  • avatar
    kadekerri

    keren abiss cerita nyaa

    13/08

      0
  • avatar
    NurohmanWahyu

    cerita nya bagus keren aku dapet tip ga

    05/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất