logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Dumbfounded

Pagi-pagi sekali Monica datang ke rumah Lexy, ia berjalan seperti nyonya besar "Dimana Lexy?"
tanya Monica tegas dengan salah satu pelayan.
"Masih dikamar." Jawab pelayan itu ramah, lalu Monica melangkahkan kaki berniat menuju
kamar Lexy "sebaiknya nyonya jangan kesana." langkah kaki Monica terhenti lalu berbalik
badan kemudian mendekati pelayan tersebut dan menamparnya. "Apa hak mu melarangku?"
bentaknya.
"Betul apa yang dikatakannya." seru Herman sembari menyuruh pelayan tersebut pergi "dan
pastinya kamu tidak mau melihat siapa yang ada dikamar Lexy." jelas Herman “dan...jangan
memperlakukan pelayan Lexy dengan seenaknya sendiri. Lexy bisa marah jika tau kamu
menampar pelayannya.” Monica tidak megubris, ia malah berjalan cepat menuju kamar Lexy.
Tap, tap, tap, berjalan mendekati tempat tidur Lexy. Meski ada wanita sedang tertidur pulas
dibalik selimut, Monica tanpa tanggung-tanggung mengecup pipi Lexy sampai terbangun.
"Monic???" sapa Lexy sembari membuka mata yang terasa berat.
Wanita disamping Lexy cukup kaget mendapati ada orang lain dikamar. Ia menarik selimut
sembari memandangi Monica penasaran.
"Bagaimana rasanya tadi malam?" tegur Monica kepada Lexy tetapi matanya memandang sinis
wanita itu.
"Apa yang kamu lakukan disini, honey?" sela Lexy tanpa memperdulikan suasana disekililingnya.
"Ouh, aku hanya mau memberikan ini." Menyerahkan kotak yang berisi memori card "ini
rekaman cctv percakapan Markus dengan Johan." lanjut Monica menyadarkan Lexy.
"Gimana kamu bisa mendapatkan ini?" tanya Lexy terbangun.
Monica melirik wanita yang masih disamping Lexy berbalut selimut "Aku tidak suka disini,
sebaiknya aku tunggu kamu di kolam." melangkah keluar menuju pintu.
******
Penjelasan dan isi dari cctv yang telah diberikan Monica menjadi senjata ampuh untuk
mengahncurkan Markus. Tidak percuma Lexy menemui Frengki sampai malam, karena banyak
informasi penting dari rekaman cctv ini.
Ketika Lexy berjalan di basment bawah mencari mobilnya yang terparkir di apartement Frengki,
tiba-tiba dari belakang ada seseorang menggunakan penutup wajah memukul Lexy dengan
balok kayu yang cukup besar tepat mengenai kepalanya.
Kemudian ditambah lagi pukulan dari botol kaca, tepat mengenai kepalanya juga hingga pecah
botol itu. Seketika tubuh Lexy tersimpuh, tangan kanannya menahan ke tanah agar tidak
ambruk sementara tangan kirinya memegangi bekas pukulan yang sangat terasa sakit, pela-
pelan darah mulai menglir keluar. Dan lagi pukulan botol kaca itu mengantam dibagian kepala
depan hingga akhirnya tubuh Lexy tumbang ke tanah.
Kondisi Lexy berubah parah, darah bercucuran dari kepala, dan pandangannya kabur. Dia
melihat ada orang lima yang sedang berdiri sembari menertawainya. Pelan-pelan tangan
kanannya berusaha meraih jam tangan yang melingkar dipergelangan kiri, namun belum
sempat teraih salah seorang pria bertopeng menarik tangan kirinya dan melepas jam tangan
tersebut.
"Keren juga jam tangannya." semua memperhatikan jam tangan.
Dengan nafas terengah-engah, Lexy mengambil kontak mobil disaku jas lalu menekan tombol
alarm mobil agar tau dimana posisi mobilnya.
Serentak bunyi alarm itu mengangetkan para pria bertopeng. Dan ternyata mobilnya cuma
berjarak tiga mobil dari Lexy terkapar.
Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, ia segera bangkit dan berlari sembari menekan tombol
kunci terbuka menuju mobil.
"Kejar dia!! jangan sampai lolos!!" teriak salah satu dari mereka dan dua orang berusaha
mengejar, sisanya mengambil mobil mereka.
Saat Lexy berhasil membuka pintu dan akan masuk mobil, dari belakang botol melayang
kearahnya dan tepat mengenai kepalanya lagi. Tentu sengatan dasyat seakan menyetrum saraf
otaknya. Tubuhnya hampir ambruk tak berdaya tetapi ia masih berusaha menahan rasa sakit
hingga berhasil masuk kedalam mobil, menutup pintu dan menguncinya sebelum menancap
gas.
"SIALAN!! dia sangat kuat!" seru si pelempar botol itu penuh emosi, karena terlihat jelas kondisi
Lexy sangat mengenaskan tetapi masih bisa melarikan diri. Tak lama mobil datang lalu pria itu
masuk kedalamnya untuk mengejar Lexy.
Sementara keadaan Lexy di tengah jalan, ia banting setir kanan, banting kiri, menghindari
kendaraan yang ada didepan. Dan harus menahan rasa sakit yang amat dasyat. Pandangan
mulai kabur ditambah lagi sorotan dari lampu-lampu malam yang menyilaukan, apalagi kondisi
tubuhnya mulai melemah sementara dari belakang pasti para pria pertopeng itu masih
mengejarnya.
Rasa marah, jengkel, dan muak berkecamuk dihatinya. Dia memukul setir didepannya dengan
keras berkali-kali sampai rasa sakit dikepalanya menyetrum kesekujur tubuhnya yang tak bisa
menahan lagi.
Kondisinya semakin buruk, bahkan sangat parah. Ia tidak bisa lagi memaksa dirinya untuk
mengendarai dalam kondisi seperti ini. Akhirnya, ia memutuskan keluar jalan raya kemudian
belok ke jalan yang lebih kecil, ia masuk sebuah jalan dipinggiran kota. Suasananya terlihat sepi,
mungkin semua orang sudah tertidur pulas.
Tiba-tiba kepalanya diserang lagi oleh rasa sakit yang sangat amat menyiksa sampai-sampai ia
tidak memperhatikan jalan dan mobilnya menabrak sebuah pohon.
Asap pun keluar dari mesin. Dengan sempoyongan Lexy berusaha keluar dari mobil sebelum
orang-orang itu menemukannya tidak berdaya.
Dengan sekuat tenaga, Lexy berjalan menyusuri jalan berharap ada jalan keluar. Darahnya telah
mewarnai pakaiannya yang mahal, pandangannya pun semakin kabur.
Dari kejauhan dia melihat pintu yang baru saja tertutup. Mungkin ia bisa masuk didalam sana
untuk berlindung sementara.
Setelah susah payah mendekati pintu tersebut, akhirnya sampai juga. Ia putar handle pintu
berharap tidak terkunci. Glek.
Benar. Pintu belum terkunci. Segera Lexy masuk kedalam lalu bergegas menutup pintunya
kemudian bersandar dipintu menahan rasa sakit yang sudah tidak terbendung lagi. Namun
beberapa saat kemudian, ketenangannya terganggu saat mendengar suara seorang wanita.
"Sekarang aku bisa pulang." Keyren berjalan menuju pintu yang belum dia kunci tadi.
Saat melihat kearah pintu, matanya seketika terbelalak dan menutup mulutnya yang ternganga
dengan kedua tangannya. "Oh, my God!" kejutnya setengah mati mendapati seseorang duduk
bersandar di pintu dengan kepala dan baju berlumuran darah.
Mengerti apa yang akan terjadi jika Lexy tidak segera bertindak. Ia pun dengan sisa-sisa tenaga
yang ada mulai bangkit dan berusaha berjalan kearah wanita itu meski tubuhnya sempoyongan
sebelum wanita didepannya ini berteriak dan membangunkan yang lain.
Jantung Keyren benar-benar sedang diuji sekarang, ia takut setengah mati, bahkan matanya tak
berkedip sama sekali karena jika berkedip, ia takut pria itu akan menyakitinya. Tanpa sadar ia
melangkah mundur ketika pria itu berjalan kearahnya. "Oh God...stay away...stay away..."
perintahnya terdengar gemetaran.
Namun tidak digubris oleh Lexy, tetapi malah terus mendekat hingga jarak diantara mereka
kurang lebih satu meter. Sementara Keyren ingin sekali berteriak tetapi lidahnya seakan keluh
dan membeku. Suaranya tiba-tiba menghilang ketika pria itu sudah begitu dekat dengannya.
Sesaat mata basah Keyren bertemu dengan mata yang berlumuran darah.
"Jangan panggil ambulan atau polisi..." ucap Lexy begitu lemah kemudian tubuhnya ambruk
menimpa Keyren yang belum siap menerima tompangan sehingga ia terjatuh dengan beban
yang cukup berat.
******
Pelan-pelan Lexy membuka mata dan mendapati ruangan yang belum pernah ia lihat. Matanya
mengarah pada kemeja putih yang masih sama saat terakhir dipakai, bahkan masih ada bekas
darah disana. Sesaat ia mengernyitkan keningnya merasakan rasa sakit dikepala yang sudah
terbalut perban.
"Jangan paksakan diri dulu. Istirahat saja." suara seorang wanita yang sedang mengecek
kantong darah yang terhubung dengan punggung tangan kirinya.
Bahkan Lexy tidak mengenal wanita disampingnya, apa mungkin dia hilang ingatan?
Terlihat jelas pada raut muka Lexy yang kebingungan. Wanita itu tersenyum ramah lalu
memperkenalkan diri. "Hai, aku dokter Selly. Teman Keyren." Ucapnya.
Keyren?? Siapa? Pikirnya sembari mengerutkan kening tidak mengerti.
Beberapa saat kemudian, Keyren masuk membawa sekantong plastik yang berisikan
perlengkapan medis. "Sel, ini yang lo butuhin udah gue belikan semuanya dan..." ucapannya
terhenti ketika cowok misterius itu menatapnya.
Melihat Keyren yang membawa perlengkapan medis untuknya, tidak malah berterima kasih
tetapi justru membalasnya dengan sikap dingin. Karena ia ingat betul siapa wanita itu.
"Kamu?" kejutnya tak menyangka ternyata ia ditolong dengan wanita yang tempo hari
mencubitnya dan memberikan bekas lebam di lengannya hingga berhari-hari.
Sedangkan Keyren yang masih mematung di tengah ruangan hanya terbengong dan masih
terheran dengan sikap pria yang sudah ia tolong.
"Sekarang bagaimana aku bisa membunuhmu, kalau ternyata kamu yang menyelamatkan
nyawaku." suara parau itu terdengar dingin dan sangat kurang sopan, sampai-sampai mulut
Keyren ternganga mendengarnya dan bahkan Selly langsung melempar pandangannya kearah
laki-laki disampingnya dengan terheran-heran lalu ganti melihat Keyren yang tak kalah kagetnya
dengan ucapan pria itu.
"Oh ya?" Keyren pun tersulut emosi "seharusnya aku membiarkanmu mati malam itu!" serunya
kemudian melempar kantong plastik kearah Lexy dan pergi dari kamar itu dengan penuh
sumpah serapah. Dasar tidak tahu terima kasih.
Sementara Lexy yang masih tidak percaya, ia malah membuang bungkusan itu ke lantai dengan
kasar. Entah apa yang harus dilakukan, dilain sisi ia sudah berjanji untuk membunuh
perempuan yang baru saja pergi itu tetapi disisi lain perempuan yang sama, justru sudah
menyelamatkan nyawanya.
Selly yang melihat adegan tak terduga itu menghela napas lalu dengan rendah hati mengambil
bungkusan tersebut dari lantai.
"Dua hari ini Keyren menjagamu dengan baik." Selly memecahkan suasana yang hening.
Apa? Ternyata sudah dua hari Lexy tidak sadarkan diri. Tentu, Lexy terkejut mendengarnya.
Pasti orang-orangnya bingung mencari keberadaan dirinya.
"malam-malam dia datang ke rumahku dan meminta tolong agar aku datang kemari." lanjut
Selly tanpa ada respon balik dari Lexy. "jika kamu tidak merasa mual lagi, infusnya akan aku
lepas nanti." Tambahnya lagi mengalihkan pembicaraan sebelum akhirnya Selly berniat keluar
dari kamar.
Sementara di dapur, Keyren menyibukan diri setelah anak-anak sarapan dan berangkat sekolah.
Dari membereskan meja makan, hingga mencuci piring.
"Apa kamu kenal sama laki-laki itu?" sambar Selly begitu saja.
Menoleh, lalu Keyren manggukin kepala sekali. Ia sudah ingat dengan seseorang yang beberapa
hari lalu sudah menabrak mobilnya dan hampir membunuhnya juga karena membawa mobil
dengan sangat ugal-ugalan.
"siapa dia?" Selly melipat kedua tangan ingin tahu. Sejenak Keyren berpikir sesaat lalu
mengangkat bahunya karena tidak yakin dia ingat betul siapa laki-laki itu. Selly mengernyitkan
kepala "kamu tadi manggukin kepala?"
Keyren pun berhenti mengelap meja lalu menfokuskan pandangan pada Selly. "Kalau aku nggak
salah tebak, mungkin dia cowok yang hampir bunuh gue tempo hari, yang sudah bikin mobil
gue hancur meski udah diganti rugi." Jelas Keyren
Bunuh. Selly semakin tertarik mendengar kelanjutan ceritanya "Gimana bisa?"
Melanjutkan lap meja "karena dia mau bunuh gue." Selly tambah mengernyitkan kening
tambah tak mengerti. Kenapa hanya kata 'bunuh' yang didengar dari tadi.
"Gue masih belum paham dengan semua ini." Selly menyerah dan tak mau membahasnya lagi,
karena terlalu ekstrim jika membawa-bawa kata ‘membunuh’ lebih baik membahas yang lain
saja. Pikirnya. "lo berangkat kuliah jam berapa?"
"Gue nitip absen hari ini."
"Why?" Selly penasaran.
"Cĺeo lagi nggak enak badan, dia mau aku menemaninya..."
"Gue kira lo tambah betah aja disini..." goda Selly tersenyum jahil. Mata Keyren menyipit penuh
sidik mencari maksud dibalik ucapan temennya ini "Kalau gue masih lajang, pasti gue bakal
nikahin tuh laki." lantur Selly mengangkat berkali-kali kedua alisnya "Bener-bener waow. Marah
aja tetep kelihatan cakep, apalagi kalau senyum..."
Mendengar ucapan ngelantur sahabatanya, ia pun menonyol kepala Selly supaya sadar "Suami
lo bisa-bisa kesedak terus kalau lo ngelirik cowok lain." Sengat Keyren yang dibalas dengan
senyum nakal Selly.
“You know what. He is so hot.” Tambah Selly yang membuat mata Keyren melebar tak
menyangka Selly begitu genit.

Bình Luận Sách (306)

  • avatar
    LuthfiLuthfi

    seru juga

    15d

      0
  • avatar
    YyyNnn

    novel ini menarik saya penasaran dengan pembacaanya

    20/08

      0
  • avatar
    Asrul Gea

    aku mau 💎 diakun Facebook aku udah like dan sucribe

    23/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất