logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

The Secret of Devil

The Secret of Devil

Mamita


Chương 1 The Devil

Suasana rumah mewah bernuansa putih dengan pilar-pilar yang berdiri kokoh disekitar
bangunan menambah aura kekuasaan yang begitu kuat. Para pelayan dan penjaga bertebaran
seperti lebah melindungi sarang. Disebuah ruangan yang tertutup tertata rapi dan elegan duduk
seorang lelaki yang mengenakan jas hitam pas dengan ukuran badannya itu nampak begitu
serius didepan laptop-nya. Mata tajam dan dingin itu begitu fokus tenggelam dalam pikirannya.
"Lexy." Panggil Herman masuk kedalam ruangan namun tak sedikitpun lelaki yang dipanggil itu
bergeming. "Ada dua kabar hari ini." Lanjut Herman, asisten yang selama ini selalu berada
dipihaknya. Meski Lexy tidak terlihat meresponnya tapi Herman tahu bahwa lelaki yang duduk
didepannya itu tidak pernah meninggalkan informasi sekecil apapun. "Yang pertama, Paul
mencoba memanfaatkan kita. Dia berani membeli barang kita untuk menggali informasi
tentang kita, dan dia jual informasinya ke Markus."
Mata tajam itu terpejam sembari menyatukan masing-masing jemarinya didepan laptop.
Seperti air tenang yang tidak tahu apa yang ada didalam sana. Suasana seakan menjadi hening
bak pemakaman.
Herman menghela napas karena kabar berikutnya akan membuat Lexy lebih marah lagi, bahkan
murka. Apapun itu, Herman harus memberitahunya.
"Dan...” Saat Herman tidak melanjutkan ucapannya, mata Lexy terbuka dengan pandangan
seperti pedang yang siap merobek-robek apapun didepannya “dan salah satu gudang kita
tertangkap polisi." Lanjut Herman lagi memberanikan diri.
"APA YANG MEREKA LAKUKAN DISANA?!" Lexy megebrak meja sambil bangkit dari duduk.
Matanya seakan memmercikan api didalam sana bahkan tersirat wajah ingin membantai siapa
saja dihadapannya.
Jauh dari dalam diri Herman cukup ada rasa takut ketika menerima amarah dari lelaki
didepannya itu, meski usianya Lexy lebih muda tapi kekuasaan dan kekejaman yang dimiliki
melebihi seorang iblis. Meski begitu Herman berusaha tetap terlihat tenang dan tegar lalu
melanjutkan ucapannya "Kita tidak tau betul siapa yang membocorkan semua ini. Yang pasti,
kerugian kita cukup besar."
Herman terperanga kaku saat Lexy tiba-tiba melempar pisau kearahnya, untung saja pisau itu
mengenai papan yang berada dibelakang. "Pisau itu bisa menembus mata mu, kalau kamu tidak
bisa mendapatkan informasi siapa yang sudah membocorkan lokasi gudang kita." kecamnya
tanpa belas kasihan. "Dan...dan aku mau Paul yang mengganti semua kerugianku." Tambahnya
sembari berjalan mendekati jendela dan melihat seorang wanita berambut ikal dikawal oleh
anak buahnya, dengan mengenakan rok diatas lutut wanita itu berlenggak-lenggok bak model.
"Apa ada tamu?" tanya Lexy penasaran.
"Tidak ada."
"Lalu siapa wanita itu?" kepala Lexy mengarah keluar jendela. Herman yang penasaran, ikut
menengok keluar jendela.
"Oh, bukan. Dia akan bekerja dengan kita. Dia akan menjadi pelayan baru disini"
Lexy menoleh kearah Herman. "Bawa dia kesini, sekarang."
"Tapi, dia..."
"aku suka." Potong Lexy yang tidak bisa ditawar lagi.
******
Di sebuah ruang tertutup, Lexy yang duduk di meja besar sedang menutup koper yang berisi
emas batangan. "Gimana Paul? Kamu tertarik?" tawar Lexy.
Tentu, manusia mana yang tidak tergiur dengan tumbukan emas murni tersebut. Bahkan mata
Paul terlihat jelas tak berkedip sedikit pun melihat koper berisi kilauan emas batangan itu.
"Ini tawaran yang begitu jarang aku lakukan. Karena kamu termasuk patnerku yang paling
menguntungkan." Lexy memainkan jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya.
Sangking tergiurnya, Paul belum juga menjawab tawaran Lexy. Dan membuat lelaki muda itu
berniat melenggang. "Oke, kalau kamu tidak mau. Aku pergi sekarang." Lexy berdiri dari tempat
duduknya, dan sudah dipastikan ia tahu apa yang akan terjadi.
"Tidak, tidak. Aku terima tawaran ini."
Senyum lancip pun terukir diwajah tegas itu, matanya yang dingin menatap pria setengah baya
yang tak bisa lagi menahan diri untuk memiliki emas-emas tersebut "Tunjukan uangnya" Lexy
kembali duduk sementara Paul menelpon anak buahnya untuk membawakan uang dalam
jumlah yang besar.
Lexy berdiri lalu memberikan koper yang berisi emas itu. "Aku suka kerja sama denganmu,
Paul." Ia kemudian mengulurkan tangan berniat berjabat tangan dan Paul menerima uluran
tangan Lexy. Tak lama kemudian, asisten Paul masuk membawa sebuah koper. Dengan tetap
berjabat tangan Lexy bertanya "Apa itu uangnya?"
"Tentu."
Lexy tersenyum kecut sembari meremas tangan Paul. "Bukan uang itu yang aku maksud."
Tekannya.
Paul merasa sakit ditelapak tangan serasa tertusuk jarum lalu dia melepas tangan Lexy sembari
menahan nyeri di telapak tangannya. Dengan perasaan mulai cemas, pria tersebut berjalan
mundur beberapa langkah sambil melihat kondisi telapaknya lalu duduk lemas di kursi
kebesarannya.
Asisten Paul mengambil pistol dibalik jas lalu menodongkan pistol kearah Lexy. Bukannya takut,
Lexy justru tertawa lebar lalu berkata. "Kalau kamu masih peduli dengan nyawamu, singkirkan
pistolmu dari wajahku" seperti malaikat pencabut nyawa.itulah yang tergambar dari sesosok
lelaki itu sekarang.
Apa boleh buat, asisten Paul tentu tidak berdaya. Ia meragu dan tidak berani mengambil resiko
yang bisa membahayakan nyawa-nya, kemudian ia memutuskan menurunkan pistolnya.
Beberapa saat anak buah Lexy masuk lalu mengamankan Paul termasuk asisten-nya yang
berada dalam satu ruangan.
"Paul...Paul...Paul...” berjalan mendekati Paul yang sedang duduk dengan napas terengah-
engah. “Kita cuma punya waktu tiga puluh menit sebelum racun itu menyebar keseluruh
pembuluh darahmu." Paul mulai merasakan nafasnya semakin berat, dia berusaha membuka
laci meja berniat mengambil pistol. Sedangkan Lexy hanya memperhatikannya dengan rasa
sedikit kasihan, tapi sebenarnya tidak.
"Ck, ck, ck, buat apa pistol itu?" geleng-geleng kapala duduk di meja yang berhadapan langsung
dengan pria sekarat itu "Kamu mau menembakku? Iya? Wuu, aku takut sekali." bergaya
ketakutan. "Tapi ingat Paul. Jika kamu menembakku. Maka tidak akan ada lagi penawar racun
untukmu, karena aku yang bisa membunuh racun yang mulai mengeringkan kerongkonganmu."
tambah Lexy begitu tenang tetapi mematikan.
"Ap, apa mau kamu, Lexy?" Paul mulai berkeringat duduk dikursinya. Sementara Lexy berjalan
memutari Paul dan berbisik.
"Informasi apa yang kamu jual ke Markus?" mata Paul mengecil dan Lexy kembali duduk di
meja menghadap kearah laki-laki sekarat itu "Apa yang harus aku lakukan Paul kalau rahasiaku
dijual ke musuhku."
"Plis, Plis Lexy berikan penawar racunnya. Aku mulai susah bernapas." Suara Paul mulai tidak
jelas.
"Dimana kamu menyimpan semua uangmu?"
"Ap, apa maksud kamu?"
"Kamu butuh penawar racun, aku butuh semua uang mu."Jelas Lexy sembari melihat jam
tangannya "waktu kamu tinggal dua puluh menit" tambah Lexy.

Bình Luận Sách (306)

  • avatar
    LuthfiLuthfi

    seru juga

    15d

      0
  • avatar
    YyyNnn

    novel ini menarik saya penasaran dengan pembacaanya

    20/08

      0
  • avatar
    Asrul Gea

    aku mau 💎 diakun Facebook aku udah like dan sucribe

    23/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất