Sinar matahari yang hangat berlahan membangunkan tidur panjang Juliet. Baru saja matanya terbuka, ia sudah mendapat serangan pada kepala. Bahkan sempat dirinya meringis kesakitan memijit ringan disana. Pusing sekali. Seketika ia terduduk dari tempat tidur size king yang bernuansa putih setelah sadar seutuhnya bahwa ia sedang tidak berada di kamarnya sendiri. Dimana sekarang?! Kejutnya bertanya-tanya dalam hati sembari menoleh ke kanan kiri menyebarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Tidak sampai disitu saja terapi jantungnya. Hati Juliet semakin menciut ketika ia sadar mengenakan kemeja putih yang bukan miliknya. Bukan ini pakaian terakhirnya. Ingatannya berusaha memutar kembali apa yang telah terjadi dengannya. Terekam jelas ketika semalam dirinya sedang menikmati alunan musik, tiba-tiba dikerumuni sekumpulan pria lalu mendesak tubuhnya dan dipaksa meminum sebotol minuman yang terasa panas di kerongkongan. Saat itu Juliet berusaha membentengi diri sambil mencari sesosok Derrick, tapi sayangnya pria tersebut tidak ada ditempat. Hingga entahlah, Juliet tak bisa mengingat lagi apa yang terjadi. Matanya mulai berkaca-kaca turun dari tempat tidur. Dengan mengenakan kemeja yang kedodoran sampai sebatas paha, ia keluar dari kamar mencari jalan keluar. Rasanya jantungnya akan lepas jika ternyata sesuatu yang buruk menimpa dirinya. Napasnya terasa berat dan kakinya gemetar tak sanggup menerima kenyataan jika benar semalam terjadi sesuatu. "Kamu sudah bangun?" Sapa Derrick di meja pantri menyiapkan sarapan. Set. Langsung Juliet menoleh sigap. Ia mematung di tengah ruangan menatap Derrick penuh tanya. "Makanlah dulu sebelum pergi." Ujar Derrick begitu enteng tak memperhatikan Juliet yang berdiri kaku disana karena sedang sibuk dengan olahan omlet. "Aku sudah membuatkan kopi. Itu bisa mengurasi pusing di kepala mu." Tambahnya sembari fokus dengan penggorengannya. Dan tetap, Juliet yang tercengang masih terpaku sambil meremas kerah kemejanya. Sadar tak ada respon, Derrick pun melempar pandangan kearah Juliet. Baru ia sadar kalau gadis itu dalam keadaan tertekan. Suasana menjadi hening sesaat, mereka saling menatap dengan pandangan berbeda. Kemudian Derrick menghela napas sebelum akhirnya ia mematikan kompor lalu mengambil secangkir kopi panas dan berjalan kearah gadis itu. Seperti ada ketakutan dalam diri Juliet, tanpa sadar kakinya melangkah mundur ketika Derrick semakin mendekatinya. Dan Derrick menyadari hal itu, tetapi ia tidak peduli. Ia terus saja berjalan mendekati Juliet. Sampai akhirnya tubuh Juliet menabrak sebuah meja hingga tidak bisa lagi kemana-mana. Wajah takut Juliet terpampang jelas pagi ini. Bahkan suara detakan jantungnya seakan terdengar sampai ke telinga. Sementara Derrick hanya diam menatap gadis dihadapannya ini dengan wajah datar. Bibir Juliet sedikit ternganga seakan tak mampu mengeluarkan suara. Tetapi ia harus bertanya untuk mengetahui semua. Ia pun berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertanya. "Apa- apa yang terjadi semalam?" Mata Juliet mulai berkaca-kaca lagi mengeluarkan suara gemetar. Melihat reaksi tersebut membuat Derrick memutar otak agar gadis ini tidak lagi mengganggunya. Ia kemudian menghela napas lalu meletakkan cangkir kopi di meja belakang Juliet kemudian mendekatkan dirinya lebih dekat dan berbisik. "Yang sudah terjadi, biarlah terjadi." Plak! Seketika Derrick mendapat sarapan layangan tangan yang cukup kuat dari Juliet. Betapa terkejutnya Derrick ditampar oleh gadis ini. Sungguh pergerakan yang tidak terduga. Sampai dirinya terpaku tak menyangka. "Ap-apa kamu yang mengenakan ini kepada ku?" Derrick tidak menjawab, ia hanya melirik kesal sembari mengelus-elus bekas tamparan itu. "Katakan!" Juliet meninggikan nada suaranya. Sesaat Derrick memandang kearah Juliet lalu berkata. "Habiskan makanan mu sebelum pergi." Derrick membalikkan badan lalu menjauh dari tubuh Juliet. "Aku harus pergi sekarang." Tambahnya mengambil jas dan mengabaikan Juliet yang masih tertegun bingung. "Hapus wajah merengek mu itu." Lanjutnya sembari menatap kesal gadis itu sebelum akhirnya menuju pintu keluar. "Dan." Langkah kaki Derrick terhenti kemudian berbalik badan mengarah ke Juliet. "Jangan pernah datang lagi ke De'luxury. Ingat itu." Ucapnya memberi peringatan lalu ia menghilang dibalik pintu meninggalkan Juliet sendiri Sementara Derrick menggerutu kesal karena tamparan itu. Didalam lift dirinya terus saja mengumpat kesal, rasanya tangan Juliet masih membekas di pipinya. Seharusnya ia tidak perlu membawa gadis itu ke apartemennya. Sesal Derrick. Biar saja gadis itu pulang dalam keadaan mabuk semalam supaya orang tuanya tahu perilaku anaknya. Dasar tidak tahu terima kasih. * Di kantin, ketika semua sedang menikmati jam istirahat tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan Juliet yang cukup mengejutkan. "Aaaaa!!!" Seketika Hannah dan Amanda langsung melempar pandangannya ke arah Juliet. Tidak hanya mereka berdua, semua penghuni kantin yang mendengar teriakan itu turut menoleh kearah Juliet sesaat. "What happen, Juliet?" Cemas Hannah. "Are you okay?" Sambung Amanda. Dengan wajah cemberut, Juliet merasa sangat kecewa sudah menampar Romeo-nya. "Stupid. Stupid. I am so stupid." Juliet malah menyumpahi dirinya sendiri. Bagaimana tidak, beberapa saat setelah ditinggal Derrick ada suara bel berbunyi. Mau tidak mau, Juliet harus membuka pintunya dan menemui seorang wanita dengan membawa baju hitam yang sangat jelas ia kenal. Tentu saja Juliet penasaran ingin tahu bagaimana bisa bajunya dibawa wanita ini. Lalu dia bercerita kalau semalam Derrick memanggilnya untuk menggantikan gaun hitam basah milik Juliet dan menggantinya dengan kemeja putih milik Derrick. Sangking menyesalnya, Juliet mengacak-acak rambutnya sendiri dengan rasa malu yang sangat amat dalam. Sedangkan Hannah dan Amanda saling memandang bingung mendapati temannya seperti itu.
"Juliet, are you okay?" Tanya Amanda sekali lagi. Dengan wajah cemberut Juliet menggelengkan kepala sedih. Pasti Romeo-nya marah sekarang. Dan saat ini Juliet tak punya nyali untuk menghubungi pria itu. * Suara desahan seorang wanita sudah tak tertahan lagi ketika Derrick semakin memberikan dorongan kepadanya. Bayangan akan tamparan itu masih membekas jelas di memori. Maka dari itu, ia memilih bercinta dengan wanita bayarannya untuk melampiaskan kekesalannya tadi pagi. Semakin wanita itu mendesah, semakin gencar Derrick menggenjotnya. Gairahnya kian memuncak ketika merasakan remasan dari jemari lentik wanitanya. Ketika ditengah-tengah puncak nikmat yang sangat menggairahkan. Tiba-tiba suara bel berbunyi. Awalnya Derrick mengabaikan suara tersebut dan tetap terus menggenjot wanitanya penuh nafsu dan gairah. "Emmp...ad..ada yang datang..." Ucap wanita itu yang terhanyut dalam nikmat yang sangat besar. Tetapi Derrick tidak mendengarnya ia masih saja gencar mendorong-dorong pada lubang nikmat disana. Bukannya suara bel itu seharusnya berhenti karena tidak ada yang membukakan pintu, tetapi malah semakin berbunyi tanpa henti. Dan akhirnya membuat Derrick benar-benar terganggu. Lalu ia pun dengan penuh sumpah serapah turun dari ranjang kemudian mengenakan boxer sebelum menuju pintu dan menemui tamu yang tak tahu diri itu. Dengan kasar Derrick membuka pintu dan berniat langsung memakinya. Namun, belum sempat itu terjadi matanya melebar ketika tahu yang datang adalah Juliet. Tidak munafik, perempuan mana yang tak tergiur ketika melihat seorang laki-laki tampan bertubuh atletis memamerkan perut bak roti sobek yang terdapat bekas luka membelah perutnya yang sixpack, dengan celana boxer yang menonjolkan bagian vitalnya. Sungguh, Juliet dibuat ternganga olehnya.
"What are you doing here?" Tegur Derrick terdengar kesal membubarkan alam bawah sadar Juliet. "Emph...aammh.." Juliet sampai tidak bisa mengeluarkan suara karena sangking terpesonanya. "Pulanglah." Derrick berniat menutup pintu. "I am sorry." Seru Juliet berusah menahan pintu agar tidak ditutup. "I am so sorry. Please, forgive me." Derrick tidak menjawab, ia hanya diam menatap gadis gila didepannya yang sudah sadar akan kesalahannya. "Please..." Pinta Juliet supaya dimaafkan. Derrick menghela napas lalu berkata. "Ok." Dan senyum sumringah pun langsung terpancar dari wajah cantik Juliet. Rasanya lega sekali sudah dimaafkan. Syukurlah, dirinya masih bisa melanjutkan perjuangannya mendapatkan hati Romeo-nya. "Sekarang, pulanglah. Ini sudah terlalu malam buat gadis seumuran kamu." Ujar Derrick kemudian menutup pintu sebelum sempat Juliet berpamitan. Ia masih tertegun didepan pintu yang sudah tertutup karena masih terbayang jelas bentuk tubuh Derrick. "So hot." Kagumnya semakin tergila-gila. Sementara Derrick yang baru saja menutup pintu diam sejenak menyandarkan diri di pintu. Sejenak ia berpikir sungguh gila gadis itu sampai-sampai datang kesini larut malam dan mengganggu dirinya yang sedang bercinta. "Kenapa lama sekali...?" Tanya wanita bayaran itu yang mengintip di balik tembok. Rasanya Derrick sudah kehilangan gairahnya dan tak ingin melanjutkan hubungan seks-nya. "Pulanglah." "Tapi..." Sahut wanita itu tidak setuju. "Aku sudah mentransfer bayaran mu. Jadi pulanglah saja." Jelas Derrick tidak bisa ditawar lagi. Dengan berat hati wanita itu pun menghilang dibalik tembok dengan rasa kecewa. Tapi bagaimana pun itu wanita bayaran tetaplah wanita bayaran yang akan mengikuti aturan main pria yang sudah membayarnya meski tidak membuat puas.
Cảm ơn
Ủng hộ tác giả để mang đến cho bạn những câu truyện hay
good novel
12/08
0Bagus👍
14/05
0keren
02/04
0Xem tất cả