logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 SINCE FIRST SEE

Delota masuk kedalam mobil dengan wajah muram sembari melipat kedua tangannya.
"Seharusnya aku tidak sekolah disini." Protes Delota setelah mobil mulai melaju.
Derrick tidak merespon hal tersebut, ia hanya menoleh sekilas sembari fokus dengan
kemudinya.
"Aku benci mereka semua."
Mendengar itu membuat Derrick menghela napas.
"Delota, kamu ingat tujuan kakak menyekolahkan kamu disini?" Delota tertunduk diam. "Listen.
Mereka adalah kekuatan untukmu. Jangan pernah menyerah meski mereka terus melawan mu.
Dan kamu harus membuktikan bahwa kamu layak mendapatkan impian mu." Tutur Derrick
memberi semangat adiknya yang menganggukkan kepala.
"Ok, kalau begitu kakak akan melakukan sesuatu agar mereka tidak berani mem-bully kamu
lagi."
"Tidak. Tidak perlu. Aku bisa mengatasi mereka sendiri." Tolak Delota, karena ia hapal betul
sikap kakaknya.
Meski Derrick bukanlah kakak kandungnya tetapi dia begitu sayang kepada Delota. Selama di
panti asuhan Derrick selalu melindunginya dari orang-orang yang berbuat jahat kepadanya.
Hingga kini, bahkan rasa sayangnya tak berkurang sedikit pun walaupun Derrick sudah tak
tinggal di panti lagi setelah mendapatkan pekerjaan dan membuatnya seperti ini sekarang.
Derrick pun tersenyum mendengar ucapan itu keluar dari bibir adiknya. "Lalu kapan kamu
tinggal di apartemen kakak?" Derrick mulai mengganti topik setelah suasana hati Delota
membaik.
Adiknya tak langsung menjawab, sebab jawabannya akan sama. "Aku tetap ingin tinggal di
panti, kak."
Derrick menarik napas lalu tidak lagi bertanya. Karena pasti jawabannya tetap sama juga.
"Mulai sekarang, kakak akan menjemput mu pulang sekolah."
Seketika Delota menoleh kearah Derrick dengan tatapan ingin protes tidak menyetujui
keputusan Derrick.
"Untuk kali ini kamu tidak bisa menolak." Sahut Derrick sebelum Delota protes lagi. "Kakak akan
selalu menjemput mu pulang sekolah selama kamu tidak punya teman disana."
Mata Delota melebar dengan bibir monyongnya, mengekspresikan bahwa dirinya tidak setuju
dengan hal tersebut, tetapi sepertinya Derrick tidak bisa dibantah lagi. Ya sudahlah. Delota
ganti menghela napas pasrah.
*
Derrick tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dan sekarang, ia sudah menunggu Delota
di luar gedung sekolah.

Pantatnya bersandar pada badan mobil supaya ia tidak terlalu lelah menunggu adiknya.
Juliet yang sedang tertawa lepas bersama dua temannya itu baru saja keluar dari gedung.
Mereka terlihat begitu seru menceritakan sesuatu.
"Hahahahaha, dia seperti cacing kepanasan." Juliet harus memegang perutnya karena
sangking kram-nya dibuat ketawa tanpa henti.
"Pasti tidak ada yang mendengarnya sekarang." Hannah berusaha menahan tawa disana.
"Aku yakin, dia akan menginap disini semalaman. Hahahahaha." Tambal Amanda tak kalah
serunya.
"Hotel bintang tujuh. Hahahaha" tandas Juliet.
Merekapun terlihat begitu riang berjalan sampai tak sengaja Juliet melihat pria itu. Lagi.
Langkahnya terhenti dan matanya tak berkedip menatap pria tersebut.
"What happen?" Sambar Amanda melihat Juliet lalu memberi isyarat kepada Hannah yang
mengangkat kedua bahu tak mengerti juga.
Dalam diam, Juliet memutar otak mencari akal supaya bisa mendekati pria itu. Otak encer yang
dimilikinya pun bekerja dengan baik dan cepat. Segera ia menyuruh temannya pulang.
"Kalian berdua pulang duluan aja. Cepat pulanglah." Juliet mendorong-dorong tubuh kedua
temannya yang bingung sendiri.
"Ada apa?" Tanya Amanda tetapi Juliet tidak menjawabnya. Dan merekapun meninggalkan
Juliet sendiri.
Derrick yang masih dengan sabar menunggu tiba-tiba terganggu dengan kedatangan Juliet.
"Hai." Sapa Juliet yang hanya direspon dengan tatapan mata dingin Derrick sedangkan gadis
itu tetap memamerkan senyum manisnya.
"Lagi nunggu siapa? Aku?" Tanya Juliet begitu percaya diri.
"Bukan." Jawab singkat Derrick.
Cukup kecewa juga mendengar jawaban singkat nan dingin itu. Tetapi Juliet tidak patah
semangat. Ia pun mencoba dengan pertanyaan selanjutnya.
"Pasti nunggu seseorang." Derrick yang beberapa saat memperhatikan gadis didepannya
memberi jawaban dengan anggukan kepala.
Hati Juliet sedikit tergores sekarang. Ia berasumsi bahwa pria ini sudah beristri. Ah masa?
Tidak ada guru yang cantik disini. Tidak mungkin.
Derrick merogoh sakunya untuk mengambil ponsel dan menghubungi Delota. Sayangnya tak
ada jawaban dari sana.
"Anda tahu. Kalau aku ini bisa meramal." Seru Juliet membuat Derrick menatap aneh dirinya.
"Coba tunjukan kedua tangan anda. Akan aku ramal." Tambahnya begitu antusias.
"Pulanglah. Orang tua mu akan mencemaskan dirimu." Derrick berusaha mengusir lembut.
"Aku akan pulang setelah melihat kedua tangan anda." Sahut gadis itu menatap penuh harap.
Derrick hanya bisa menghela napas dan menunjukkan kedua tangannya daripada gadis ini
tidak pulang-pulang.
Sesaat suasana menjadi hening ketika Juliet memperhatikan jemari-jemari Derrick. Dan entah
kenapa Derrick seakan ikut menanti-nanti ramalan apa yang keluar untuknya.
"Hemmph..." Juliet mengelus-elus dagunya seolah-olah mengerti garis tangan milik Derrick.

"What?" Derrick ikut penasaran.
Bola mata Juliet pun menatap Derrick lalu berkata. "Aku yakin anda belum menikah." Huuft,
syukurlah pria ini belum menikah. Leganya setengah mati. Hatinya pun tak lagi tergores. Ia
malah kembali bersemangat.
"Wh-what?" Derrick membuang muka kesal karena ia seperti terlihat bodoh dengan menuruti
permainan gadis ini lagi.
Juliet terseringai bahagia dan berkata. "Iya. Tak ada cincin melingkar di jari mu."
Oh God, maunya apa gadis ini. Derrick geleng-geleng tak percaya sembari memijat ringan
keningnya. Lalu ia pun kembali menghubungi nomer Delota agar bisa cepat-cepat pergi dari
sini. Dia bisa gila kalau berlama-lama dengan gadis didepannya ini.
Tentu saja tidak akan pernah terjawab telepon tersebut. Sebab, tas Delota ada di kelas
sementara Delota sendiri terkunci di toilet. Dan sudah jelas siapa dalang dari semua ini kalau
bukan Juliet dan kedua temannya.
Beberapa kali Delota teriak minta tolong dan menggedor-gedor pintu tetap tak ada yang
mendengar.
Sementara Derrick sudah kehabisan kesabaran menanggapi gadis dihadapannya ini.
"Sebaiknya kamu pulang." Tegurnya.
Sepertinya doa Derrick telah dikabulkan dengan sangat cepat karena tak lama ada suara
klakson yang ternyata itu adalah mobil jemputan Juliet.
Ah, kenapa harus datang sekarang. Terlihat Juliet merasa berat hati harus pergi. Melihat mimik
wajah gadis cantik itu membuat Derrick mengerti.
"Jemputan mu sudah datang. Pulanglah."
Dengan sedikit kesal Juliet pun mulai beranjak pergi. Tetapi tiba-tiba ia menepuk jidat.
"Ya ampun. Aku lupa dimana ponsel ku." Serunya tapi tak digubris oleh Derrick. "Bisa aku
pinjem ponselnya. Orang tuaku bakal ngomel-ngomel kalau aku menghilangkan ponselku."
Jelas Juliet memelas.
Melihat mata memohon itu membuat Derrick lagi-lagi menuruti permintaan gadis ini. Ia pun
memberikan ponselnya dan Juliet mengetik nomernya di layar ponsel tersebut.
Beberapa saat kemudian terdengarlah nada dering didalam tas Juliet. Mata Derrick pun
menoleh ke sumber suara itu. Dan Juliet pun cengengesan sembari mengembalikan ponsel
milik Derrick.
"Hehehehe, ternyata di tas. Ok, thanks. Bye." Ucap Juliet sekalian pamit dan masuk kedalam
mobil. Sedangkan Derrick hanya bisa geleng-geleng kepala.

Didalam mobil, Juliet masih belum bisa berpaling dari pria itu. Dirinya masih dibuat penasaran
setengah mati.
"Siapa yang dia tunggu?"
*
Sepertinya gedung sudah sepi tetapi Delota tak kunjung keluar. Kemana anak itu. Pikir Derrick
memutuskan untuk masuk kedalam kelas. Tanpa memutus sambungan teleponnya, ia jadi bisa
mendengar nada dering ponsel Delota.
Sayangnya, sesampai di kelas hanya ada tasnya saja. Derrick berpikir sejenak. Lalu mengambil
tas tersebut sembari keluar kelas. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan adiknya itu. Lalu ia
pun mulai mencari Delota. Dan hebatnya Derrick adalah memiliki insting yang sangat kuat.
Tempat pertama yang ia cari adalah toilet. Dan benar, ia mendengar suara gedoran pintu dan
suara samar minta tolong. Oh astaga, Delota. Derrick segera membuka pintu toilet tersebut.
"Kak Derrick?" Kejut Delota saat mengetahui siapa yang telah menolongnya.
"Are you ok?" Cemas Derrick melihat kondisi Delota dari ujung kaki hingga kepala. "Siapa yang
lakuin ini?"
Delota tak menjawab, ia hanya menghela napas dan melangkahkan kaki menuju pintu keluar.

Bình Luận Sách (82)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    12/08

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus👍

    14/05

      0
  • avatar

    keren

    02/04

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất