logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Throughout the Wound

Throughout the Wound

Black Angel


Chương 1 Raina Almahera Abraham

Sampai kapan rasa ini akan selalu ada dalam hati, kapankah penantian ini akan berakhir, beginikah caranya mencintai dia. Menunggu… dan terus menunggu namun tiada akhir. Atau kah Dia harus pergi dan tak akan kembali lagi, membawa luka ini. Entah bisakah sembuh seiring berjalannya waktu. Hati yang telah hancur berkeping-keping, apakah bisa utuh kembali untuk menerima cinta yang lain. Hatinya telah membeku bak es batu, kapan kah akan mencair…
“Cuaca hari ini sangat panas, badanku basah karena keringat. Namun pekerjaan ini harus selesai secepatnya. Aku tak mau dimarahi lagi oleh guru yang menyebalkan itu” keluh Raina.
Orang yang mendengarnya hanya diam saja tanpa komentar apapun, yang membuatnya sedikit kesal…
“Hei, Luna kamu dengar aku” omel Raina.
“Raina, aku nggak budek kali. Terus aku harus jawab apa, kamu pasti sudah tahu jawabannya tanpa harus aku jawab” balas Luna.
“Iya juga sih, pasti kamu jawab gini. Sudah kerjain aja kamu mengeluh juga tidak ada gunanya. Iya kan” ujar Raina.
“Iya, itu kamu tahu. Ngomong-ngomong guru itu, ganteng juga walau galak gitu” balas Luna senyum-senyum sendiri.
“Luna, kamu salah makan pagi ini. Ngomong guru itu ganteng, aku nggak salah dengar” tanya Raina.
“Nggak, aku lagi bayangin kalau dia jadi suami aku. Pasti senang rasanya” balas Luna.
“Terserah kamu aja, aku males dengerin kamu menghayal yang tidak-tidak sama tu guru” ujar Raina.
Setelah satu jam berkutat dengan buku, tugas mereka pun selesai. Karena lelah Raina pun rebahan di lantai kamar, di temani oleh Luna sahabatnya, o iya namanya Raina Almahera Abraham, tapi dia merahasiakan marga keluarga. Sehingga yang orang lain tahunya, dia lahir dari keluarga biasa aja tak ada yang istimewa. Mereka berdua adalah seorang siswi SMA kelas X. Di saat teman-teman seusianya sedang asik pacaran, Raina memilih sendiri. Dia punya prinsip yang menurut orang lain ketinggalan zaman, ya aku tidak ingin pacaran tepatnya tidak ingin jatuh cinta. Karena baginya itu tidak ada gunanya hanya akan buang-buang waktu saja. Padahal itu bukanlah alasan yang sesungguhnya, masih banyak alasan kelam di balik itu semua.
“Raina, kamu nggak lapar. Aku lapar banget nih” keluh Luna.
“Sama aku juga lapar, gara-gara guru favorit kamu tuh kita jadi lupa makan” balas Raina.
“Kok kamu salahin dia, kita sendiri yang lupa makan. Iya kan” ujar Luna.
“Iya deh, kita yang salah. Enaknya kita makan dimana” balas Raina.
“Kita makan di luar saja, kita ke Kafe om kamu saja” usul Luna.
“Baiklah. Aku juga kangen sama tante Sila, jadi sekalian aja deh. Kita pakai mobill aku aja” balas Raina.
“Iya, kalau bukan mobil kamu kita mau pakai apa. Kamu lupa kalau mobil aku ada di bengkel” kesal Luna.
“Iya maaf aku lupa. Ayo kita berangkat” balas Raina.
Keduanya pun berangkat bersama, Raina yang menyetir sedangkan Luna memainkan hpnya. Tak membutuhkan waktu lama, keduanya pun tiba di Kafe.
“Mau pesan apa mbak” tanya teteh Sari.
“Saya pesan pasta dan orange jus, kamu Lun” balas Raina.
“Makanannya sama dan minumnya jus alpukat” lanjut Luna.
“Baiklah saya ulangi ya mbak, pasta 2 dan orange jus 1 dan jus alpukat 1. Ada tambahan mbak” tanya Sari.
“Itu aja mbak, terima kasih” balas Raina.
Pelayan pun meninggalkan meja keduanya. Setelah menunggu beberapa menit, pesanan keduanya pun datang.
“Ini pesanannya mbak, selamat menikmati” ujar Sari.
“Makasih mbak” balas Luna.
Pelayan pun pergi, dan keduanya mulai menyantap makanan yang telah di pesannya.
Raina makan dengan nikmat, baginya ini adalah momen yang menyenangkan. Makan berdua dengan sahabat yang dia punya satu-satunya.
“Lun... setelah ini kamu masih ada rencana nggak. Mau ke mana gitu” tanya Raina.
“Nggak ada sih, kamu mau ke suatu tempat. Aku punya rekomendasi yang bagus” balas Luna.
“Di mana... di mana” antusias Raina.
“Nanti aku tunjukkan, sudah selesaikan” tanya Luna.
“Sudah, aku bayar dulu” balas Raina.
Sesuai dengan janji Luna kepada Raina, sekarang mereka sudah tiba di tempat tersebut. Taman bunga tulip, yang sangat indah. Ada banyak bunga tulip, yang beragam warnanya. Raina sangat senang, dan bersyukur bisa menikmati keindahan yang ada di hadapannya kini.
“Kamu suka Rai...” tanya Luna.
“Suka... aku suka. Asal kamu tahu ya tulip adalah bunga kesukaanku. Satu-satunya bunga yang aku suka” balas Raina.
“Syukurlah... kalau kamu menyukai tempat ini Rai. Nggak salah deh aku bawa kamu ke sini” ujar Luna.
“Makasih ya Lun... karena membawaku ke sini” ujar Raina Tulus.
“Sama-sama Rai” balas Luna.
Keduanya sibuk mengabadikan kegiatannya di taman, berbagai model yang mereka peragakan.
Untuk baju yang di gunakan keduanya pun cukup simpel dan elegan sih, menurut kalian bagaimana???
Raina memakai kemeja hijau dengan di padukan rok bermotif simpel. Memakai sandal tali berwarna senada dan tas tangan berwarna putih.
Luna memakai kemeja putih dan di padukan dengan rok kuning. Memakai sepatu weges berwarna senada dan tas berwarna putih.
So simpel, namun tetap elegan tidak???
“Eh... pulang yuk Rai, udah sore nih” ujar Luna kepada Raina.
“Iyakah... sampai lupa waktu nih. Ayolah” balas Raina.
Kami pun meninggalkan taman tersebut. Dan tiba di apartemen dengan selamat setelah menempuh perjalanan selama setengah jam.
“Mau nginap aja Rai...” tanya Luna pada Raina.
“Nggak deh Lun, lebih baik aku pulang aja. Bye Lun” balas Raina.
Raina pun mengemudikan mobil ke kediamannya. Kediaman Abraham, tak ada yang tahu dengan ini. Karena Raina menutupinya, dari semua orang termasuk sahabatnya sendiri.
“Baru pulang non” tanya pak Amin, satpam rumah.
“Iya pak, mereka sudah pulang pak” balas Raina.
“Tuan dan nyonya belum pulang non, kalau den Aga dan Agi ada kok di dalam” ujar Amin.
“Ya sudah, saya masuk pak” pamit Raina.
Raina pun melangkah masuk ke dalam rumah. Belum juga kakinya menginjak tangga pertama. Suara dajjal eh maksud nya abangnya memanggil.
“Dari mana aja, baru pulang jam segini. Bukannya tadi pulang cepat ya, kemana dulu kamu” tanya Aga.
“Bukan urusan anda” jawab Raina formal.
“Kalau ditanya ya jawab, ngelunjak ya loe lama-lama” ujar Agi.
“Suka-suka saya lah, masalah buat anda” balas Raina malas.
“RAINA ALMAHERA ABRAHAM... begini kah cara kamu bersikap sama abang-abangmu” tanya Aga dengan emosi.
“Abang... kalian menganggap aku sebagai adik. Bukannya selama ini nggak ya” ujar Raina.
“Loe... keterlaluan Rai. Asal loe tahu, hidup kita berdua nggak akan sengsara seandainya loe nggak masuk di tengah-tengah keluarga berbahagia ini. Keluarga ini dulunya penuh dengan kedamaian, namun semuanya berubah setelah loe masuk. Loe menghancurkan semuanya. Dasar JALANG nggak tahu diri” balas Agi.
“O ya... jika seperti itu, kenapa kalian biarkan gue hidup. Kenapa nggak membunuh gue. Lebih baik mati dari pada hidup ditengah-tengah kalian. RAINA lelah, selalu disalahkan dan tak dianggap. APA SALAH RAINA, APA SALAH RAINA PADA KALIAN SEMUA” ujar Raina kemudian berlalu dari hadapan keduanya.
Raina memasuki kamar, mungkin nggak cocok di katakan kamar sih. Ini adalah gudang, ya gudang. Selama ini Raina tinggal di sini.
“Mengapa harus aku yang di salahkan, kenapa ya Allah. Aku juga nggak mau hidup seperti ini” batin Raina menjerit.
Sekarang kalian tahukan alasan Raina merahasiakan identitasnya selama ini. O iya, soal mobil yang Raina gunakan sehari-hari. Itu adalah mobil pribadi, yang dia menangkan saat mengikuti balap liar beberapa tahun lalu.
Di garasi banyak mobil maupun motor, tapi Raina tidak berhak menggunakannya, ya dia harus tahu diri.
Lelah menumpahkan semuanya, Raina pun memilih untuk tidur, dan berdoa kepada Allah. Agar sekiranya hari esok jauh lebih baik dari pada saat ini.
Makan malam pun tiba, seperti biasa tak ada yang membangunkan Raina. Seperti hari-hari sebelumnya, Raina akan makan setelah mereka menyelesaikan makan malamnya.
“Sudah jam 9, mereka pasti sudah selesai. Lebih baik aku turun” ujar Raina.
Beginilah nasib Raina, anak yang tak dianggap kehadirannya. Raina hanya berhak untuk makan makanan sisa mereka. Terkadang hanya makan nasi dengan kuah sayur, bahkan hanya tersisa nasi saja.
Namun kali ini, mungkin keberuntungan untuknya. Di meja, tidak hanya ada nasi. Masih ada beberapa lauk seperti ayam bakar dan juga ikan goreng.
“Alhamdulillah, aku makan enak malam ini. Terima kasih atas reseki yang telah kau beri Ya Allah” batin Raina.
Raina pun mulai menyantap hidangan sisa tersebut. Tak membutuhkan waktu lama, dia pun menyelesaikan makannya.
Raina membereskan semuanya, dan tak lupa mencuci alat makan yang kotor. Setelah semuanya beres, diapun kembali ke kamarnya.
Setelah menyiapkan segala keperluan sekolah, Raina pun memutuskan untuk tidur. Jujur saja, badan rasanya remuk semua malam ini.

Bình Luận Sách (189)

  • avatar
    Tian Renhoar

    bagus banget 😁

    5d

      1
  • avatar
    RevaYuke

    lumayan

    25/08

      0
  • avatar
    DarmanQila

    aku ingin iphone

    20/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất