logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

P 200 J Bab 7

Mengetahui aku datang bulan, Mami Erna mengomeliku, karena aku juga baru saja diberi libur. Dia merasa kehilangan banyak uang karenanya. Telingaku sepertinya sudah cukup kebal, apapun yang perempuan bertubuh subur ini katakan tak aku masukkan kedalam hatiku.
Biasanya hanya lima hari, setelah itu sudah bersih. Ini sudah hari ke lima, dan sudah berhenti, rasanya ingin berlama-lama. Memulai kembali sesuatu yang belum berhasil kumulai, engan sekali rasanya diri ini.
Kembali bersih, berarti aku harus kembali bekerja. Dua kali terselamatkan akan hari itu datang juga. Ketakutan kembali melandaku, bukankan ini jalan yang aku pilih, apa yang aku takutkan. Tapi dari dalam hati terdalamku, aku masih berharap terselamatkan untuk kesekian kalinya, dan selamanya.
Selamanya? Yah ... selamanya, sampai ada seseorang yang memang berhak atas mahkota suci ini. Sejak kapan aku berani bermimpi, entahlah. Apakah bermimpi saja aku sudah tak memiliki hak.
Bermimpi, suamikulah yang pertama melakukannya padaku, seorang suami yang mencintaiku dan bisa membimbing serta menjagaku. Mimpi macam apa itu, aku cukup tau diri. Mana ada pria baik-baik menikahi pelacur sepertiku.
••
Mulai sore, Mami sudah memintaku bersiap. Malam ini dan malam berikutnya, sudah ada pelangan yang memesanku. Wajah wanita itu terlihat cerah sekali, berbeda denganku, yang sudah kehilangan harapan untuk kembali terselamatkan.
"Zanna, di tunggu Mami di ruangannya ya," panggil Jenny, membuka pintu kamarku yang hanya tertutup separuh.
Wanita jadi-jadian itu menungguku di depan pintu. Setelah kumasukkan beberapa barang tas kecilku, aku mengekor langkahnya.
"Eh, gimana rasanya main sama Mas Bara, uhh ketagihan juga ya seperti anak-anak yang lain."
Wanita jadi-jadian ini bicara blak-blak an sekali. Aku hanya diam tak menjawabnya. Terdengar dia tertawa dan gemas sendiri, entah apa yang ada dalam pikirannya.
Dua pasang mata langsung menoleh bersamaan saat aku masuk. Ada Bara di sana, seperti biasa dia memindaiku dari atas kebawah dan kembali ke atas.
"Malam ini, kamu temani rekan bisnis Bara, dia akan mengantarmu ke hotel," ucap Mami Erna padaku. Yang punya nama langsung berdiri mendekat ke arahku.
"Aku bawa Kak, long time ya," ucap Bara menoleh ke arah kakaknya. Mami Erna mengibaskan tanganya tanpa bicara, dia sibuk menghitung tumpukan uang di mejanya.
"Mas, Eyke mau dong dicarikan job," celetuk Jenny sambil senyum-senyum.
"Boleh, tapi aku bingung mau nyarikan pelanggan laki pa perempuan hahahaha," goda Bara ke Jenny, yang langsung manyun geli.
Masih dengan sisa tawanya, pria itu membawaku keluar. Tangannya erat menggengam tanganku seperti biasa. Aku sedikit memudurkan badanku saat dia mengendus leherku.
"Wangi sekali," ucapnya kemudian."Kenapa tanganmu dingin?"
"Kan malam," alasanku.
Kami berjalan bersisian, pria itu membukakan pintu mobilnya untukku sesampainya di halaman belakang. Kutarik nafasku dalam dan menghembuskan pelan sambil memasuki mobil Bara.
Sepanjang jalan, aku hanya terdiam. Aku tegang sekali, akhirnya saat itu tiba juga. Pria seperti apa yang akan merengut keperawananku nanti.
"Kamu kenapa? tegang banget kayaknya."
"Iya, aku takut," jawabku.
"Lama-lama juga biasa," ucapnya kemudian.
Pikiranku sudah kemana-mana, sampai aku tak sadar, mobil memasuki parkiran apartemen Bara.
"Kok kesini?" tanyaku kemudian.
"Ada yang ketinggalan, ikut turun saja," jawabnya. Aku ikut keluar dan mengekor padanya. Seperti biasa Bara langsung mengandengku.
Kami berjalan bersisian menuju lift, aku masih saja sedikit takut menaikinya. Pria itu menyadari, tanganya memeluk pinggangku. Dalam sekejap kami sudah berada di lantai tujuan, kakiku masih saja sedikit gemetaran saat melangkah keluar.
"Masuk," ucapnya menyuruhku masuk terlebih dahulu.
Semua masih sama, seperti seminggu yang lalu. Aku berjalan pelan, pria itu mendahuluiku, berjalan menuju dapur yang ada di dekat pintu masuk.
"Mau minum apa?" tanyanya kemudian. Aku hanya mengelengkan kepala.
"Minumlah dulu biar tak tegang," ucapnya memberiku segelas air putih. Aku menerimanya dan meneguknya berlahan sampai tandas.
"Boleh tau, seperti apa pria yang akan kulayani malam ini?" tanyaku ragu dengan jantung berdebar dan perasaan tidak karuan.
Bara mengambil gelas di tanganku dan meletakkannya kembali di atas meja. Pria itu merapat padaku, sangat rapat dia kemudian memelukku.
"Aku yang memesanmu malam ini, aku tak akan memintanya secara gratis. Kita lanjutkan permainan kita sayang," ucapnya. Pria ini kembali bersikap seperti malam itu, jantungku berdegub kencang.
Dia menarikku ke dalam kamarnya, tangan dan kakiku terasa dingin. Ketakutan itu masih mendekapku, malam ini, akan menjadi malam pertama dan juga malam terakhir. Pikiranku masih kacau, tubuhku belum merespon cumbuan Bara.
Ah, untuk apa aku takut seperti ini, semuanya pasti akan terjadi dan sekarang mungkin sudah waktunya. Lebih baik memberikan keperawananku pada pria ini, dari pada pria tua yang tidak aku kenal.
"Berikan aku pelayanan terbaikmu, aku pelanganmu sekarang," bisik Bara di telingaku, aku mulai meremang, kupasrahkan sudah, apa yang terjadi, terjadilah. Mungkin sudah menjadi takdirku ...
Tangan itu mengusap lembut punggungku, memberikan sensasi yang berbeda, tautan bibirnya juga kurasa lebih halus dari sebelumnya. Berlahan tapi pasti, aku mulai terhanyut oleh cumbuannya. Kesadaran itu mulai menepi, yang ada hanya nafsu yang menuntut untuk dipuaskan.
Tubuhku semakin menghangat, deru nafas berlomba dengan syahdunya lengkuhan hasrat. Aku semakin terbang tinggi, melayang dalam rasa yang tak bisa aku gambarkan.
"Kamu milikku," bisik Bara kemudian.

Bình Luận Sách (221)

  • avatar
    KhotimahHusnul

    alurnya bagus

    15d

      0
  • avatar
    SariNovi

    bagus ceritanya

    16d

      0
  • avatar
    KadafiMuhammad

    aku senang sekali bisa membaca banyak hal hebat

    26d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất