logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 Mau Pulang

"Pikirkan dulu secara matang, perihal pernikahan bukan perkara main-main." ucap kakek.
"Baik kek, Kharel akan pikirkan lagi." ucap Kharel.
Kharel pun memutuskan untuk berpikir ulang mengenai pernikahan, saat melewati pesantren Al Hisyam. Kharel teringat kejadian tadi malam saat melihat Safa dicambuk, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi Safa sekarang, bahkan kakinya sudah berlumuran darah seperti itu.
Safa akhirnya terbangun,sekujur tubuhnya terasa sangat sakit sekali, terlebih dibagian kakinya yang rasanya dia sulit untuk mengerakan kakinya.
“Apa karena dicambuk, bisa menyebabkan lumpuh.” pikir Safa.
Rohimah baru saja masuk ke kamar Safa membawakan makan, dan sangat senang melihat Safa bangun.
“Alhamdulillah Safa akhirnya kamu bangun, makan ya nak makan dulu.” ucap Rohimah membantu Safa untuk duduk.
“Nenek tau kan, kalau Safa sangat menyangi nenek. Mendengar kabar kalau nenek sakit, Safa tak pikir panjang dan langsung datang kesini berniat untuk menjaga nenek, tapi saat datang kesini nenek sehat-sehat saja.Dan sepertinya desa ini tidak cocok dengan Safa nek, Safa mau pulang hari ini nek.” ucap Safa.
“Maafkan nenek ya sayang, nenek juga tidak bermaksud untuk membohongimu, tapi ini semua ide dari kakekmu. Beberapa kali kami menerima kabar dan fotomu dari kota, membuat kakek sangat khawatir karena kabarnya kamu tidak ingin menikah dan bahkan disana kamu tidak memakai hijab, karena itu kakek menyuruh untuk mengatakan nenek sakit, karena dia tau kamu sangat khawatir dengan nenek dan pasti akan datang kesini, dengan begitu kakek akan mengawasi dan mendidik kamu disini.” ucap Rohimah.
"Nek, Safa masih 22 tahun dan masih muda wajar kalau Safa masih belum mau menikah, dan masalah hijab.Safa sudah mulai pake kok, kakek mau mendidik Safa yang seperti apalagi nek?" tanya Safa.
"Safa, maafkan kakek yang sangat berlebihan mengaturmu, dia hanya tidak mau kesalahan yang ibumu lakukan terjadi lagi kepadamu."batin Rohimah.
"Kamu sembuh dulu ya, nanti kita pikirkan solusi apa yang tepat untuk kamu." ucap Rohimah menenangkan lalu dia keluar.
Safa pun menurut saja, dan makan makanan yang dibawa neneknya.
tring tring tring
Ponsel Safa berdering, ada panggilan masuk dari bundanya.
"Assalamulaikum nak, kamu ngga rindu sama bunda? kok tidak pernah telepon, gimana kondisi kamu disana?" tanya Hani.
"Waalaikumssalam bunda, sepertinya Safa tidak nyaman tinggal di desa ini." keluh Safa.
"Kan sudah bunda pringatkan tapi kamu tidak mau mendengar," ucap Hani.
"Itu semua gara-gara bunda! kalau saja bunda tidak sibuk ingin menjodohkanku, pasti aku juga tidak akan melarikan diri kesini." ucap Safa kesal.
"Safa itu semua demi kebaikanmu,"
"Kebaikan apa? apa dengan menikah itu menjadi jalan terbaik dalam kehidupan? sebenarnya itu terbaik untuk Safa atau untuk bunda,"
"Kamu tidak mengerti, sepertinya kamu memang lebih baik disana saja." ucap Hani langsung menutup teleponnya dan menangis.
"Maaf nak, sebenarnya ini kesalahanku. Tapi aku benar-benar takut hal serupa terjadi kepada putriku.Konon katanya jika anak hasil zina perempuan kelak dia juga menghasilkan anak zina juga. Bukan tanpa alasan kenapa aku ingin menikahkannya, tapi memang itu yang terbaik.Hal yang menakutkan itu tidak akan terjadi, dan jika Safa menikah, berarti memutus musibah itu ke keturunannya kelak." batin Hani.
Siang itu setelah dia melakukan sholat ashar, Safa ingin keluar dari kamar membawa tasnya dia bersiap untuk pulang walau dengan kaki yang masih sakit dan sulit digunakan, dia perlahan berjalan. Dan kebetulan santri dan jamaah lainnya baru saja selesai sholat di masjid, termasuk Kharel dan anggotanya yang juga sholat disana.
Hisyam dari kejahuan melihat Safa yang tertatih-tatih berjalan membawa tasnya. Langsung dia hampiri.
"Kamu mau kemana?" tanya Hisyam.
"Safa mau pulang kek," jawabnya dengan Santai.
"Atas izin siapa kamu boleh pulang?" tanya Hisyam.

"Safa tidak cocok dengan peraturan di desa ini, terlalu berlebihan,kuno. Tidak cocok dengan Safa yang sudah lama tinggal di kota, jadi daripada membuat desa ini tercemar dengan kehadiran Safa lebih baik Safa pulang." ucap Safa.
"Berlebihan? peraturan yang mana yang berlebihan? semua sesuai syariat agama, kamu merasa berlebihan karena kamu tidak memahaminya, kamu sudah datang kesini jadi tanpa seizin kakek kamu tidak boleh pulang semaumu, ayo masuk." ucapa Hisyam menarik Safa untuk masuk namun tiba-tiba, bumi terasa bergetar. Hisyam langsung berhenti menarik Safa, dan mereka terdiam memperhatikan sekitar. Begitu juga Kharel yang masih didalam masjid melihat bangunan seperti bergetar, lama kelamaan getaran itu semakin kencang.
"Gempa," ucap Kharel.
"Daffa, ayo amankan warga." ucap Kharel langsung bergegas keluar masjid dan melindungi warga.
"Safa, kamu diam disini dulu jangan kemana-mana kakek harus mencari nenek." ucap Hisyam sangat khawatir kepada istrinya dan meningalkan Safa.
Getaran semakin kuat, membuat beberapa atribut rumah berjatuhan. Safa sama sekali tidak merasa cemas, kepalanya hanya terasa pusing dengan getaran ini.
Brak
Ada atap yang jatuh tepat di depan Safa, dia hanya sedikit terkejut dan melangkah mundur. Kharel yang melihat itu langsung menghampiri Safa.
"Safa ngapain kamu diam saja disitu, ayo pindah ketempat yang aman." ucap Kharel.
"Ngga, aku disini aja, kakiku masih sakit percuma juga aku mau berkeliaran kesana kemari, kamu pergilag Kharel ketempat yang lebih aman" ucap Safa.
Dan tanpa disangka, ada kayu besar ingin kearah Safa, beruntung dengan sigap Kharel langsung menghalanginya untuk melindunginya, Safa membulatkan matanya terkejut melihat tindakan Kharel.
"Kharel kamu ngapainsih, tuhkan jadi luka."ucap Safa melihat lengan Kharel terluka.
"Disini tidak aman Safa," ucap Kharel.
"Baiklah, bawa aku ke tempat yang aman." ucap Safa akhirnya menuruti permintaan Kharel, dan dengan perlahan dia berjalan menuju tempat yang lebih aman, belum sampai ke tempat yang dituju ternyata gempa sudah berakhir. Safa dan Kharel pu berhenti dan melihat sekita untuk memastika bawah gempa memang sudah selesai. Warga dan santri yang berkumpul tadi langsung bersorak mengucapkan alhamdulillah karena mereka masih diberi keselamatan, namun tiba-tiba salah satu warga melihat Safa dia menjadi emosi.
"Ini semua karena ulahmu! selama ini desa ini aman-aman saja, tapi karena kaumelanggar atauran, desa ini jadi marah dan menyebabkan musibah! sebenarnya apa yang telah kau lakukan sampai Allah murka terhadap desa ini , katakan!" teriak seorang warga yang didukung oleh warga yang lain menyalahkan Safa.
Safa hanya diam dan melihat Kharel.
"Seharusnya kemarin malam katakan saja yang sejujurnya Safa," ucap Kharel.
"Jujur tentang apa?" tanya Safa.
"Malam itu kita bertemu," ucap Kharel.
"Terus? kita tidak sengaja bertemu dan kita tidak melakukan apa-apa, apa itu juga harus disebut zina?" tanya Safa heran.
Warga heboh menyalahkan Safa, membuat Hisyam dan Rohimah langsung keluar untuk melihat apa yang sedang dirubutkan, ternyata warga sedang menyalahkan Safa.
"Dibanding cambukan, lebih baik menikahkan?" tanya Kharel yang tentu saja membuat Safa sangat terkejut.
"Kamu gila ya? aku lebih baik dicambuk daripada harus menikah," ucap Safa.
"Luar biasa, apa karena aku yang kamu temui malam itu jadi kamu tidak ingin menikah dan lebih memilih dicambuk, dan disalahkan oleh mereka seperti sekarang? kalah bukan aku, kamu mau menikah?" tanya Kharel.
"Kharel, apaan sih," ucap Safa.

Bình Luận Sách (228)

  • avatar
    GadgetRumah

    cerita buku ini sangat Bagus 🤩🤩tapi sayangnya ceritanya Udah selesai padahal belum sampai ke janjan pernikahan huhuhu... plis lanjutin ceritanya 🥲

    12d

      1
  • avatar
    Aldo Jok

    lanjutin kaaaaaa

    22d

      0
  • avatar
    Gynaacute

    lanjut kak😫 endingnya nikah kan?

    28d

      1
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất