logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

[3] Ketidaksetujuan Hati

"Kalian harus pacaran selama empat tahun ke depan."
"HAH?" Moses dan Letta sama-sama melongo mendengar ucapan Clarissa –bundanya Letta– barusan. Pasalnya, mereka tak terlalu dekat. Kenapa tiba-tiba langsung begini? Moses juga baru kenal sama Tante Clarissa. Kok seenaknya nyuruh orang pacaran?
"Tapi, kenapa Tante sama Mama nyuruh kita pura-pura pacaran?" tanya Moses dengan dahinya yang masih berkerut, menandakan kalau ia masih tak sepenuhnya mengerti dan butuh jawaban secepatnya.
"Ralat, bukan pura-pura. Tapi, pacaran beneran," ujar Mama Ratna menaik-turunkan alisnya ke arah anak sulungnya itu.
"Pacaran beneran?" Moses menggaruk kepalanya dengan kasar karena tak mengerti akan ucapan dua wanita sebaya yang sama-sama ada di hadapannya itu kini.
"Papa tuh khawatir sama Abang, karena Abang jomblo terus. Papa dan Mama ngira, kalau..." Mama menggantungkan kata-katanya sambil tersenyum ke arah Clarissa.
"Kalau apa, Ma?" desak Moses.
"Kalau Abang itu gay." jawab Mama dengan suara pelan. Moses membelalakkan matanya.
Gay? Dia dikira gay oleh kedua orang tuanya sendiri cuma karena dia gak punya pacar?! Ya Allah, sudah berapa derajat dunia ini terbalik?
Dan lagi, alasan macam apa itu? Ada gak sih, di dunia kalian yang emaknya nyuruh anaknya buat pacaran BENERAN sama anak temennya cuma gara-gara ngira anaknya itu gay? Gak ada kan, yah? Ini gimana? Oh entahlah, Moses benar-benar ingin mencari sianida sekarang juga.
"Mama apaan, sih! Abang gak gay, dan Abang gak mau pacaran," sanggah Moses dengan suara tak senang dengan ucapan Mamanya barusan. Siapa yang gak marah dibilang gay, coba?
"Enggak, Mama bercanda. Mama gak nyuruh kalian pacaran cuma karena ngira Abang gay, kok," ujar mama akhirnya.
"Terus?" kali ini Moses memandang ke arah Clarissa, barang kali aja wanita itu bisa menjelaskan semuanya tanpa berbelit-belit seperti yang dilakukan Mama.
"Gini, sayang," Clarissa mulai angkat suara. Moses mengangguk menandakan kalau ia siap untuk mendengarkan penjelasan Tante Clarissa. "Kamu udah tau belum, kalau suami tante itu merupakan mantan mafia?"
Moses mengernyitkan dahinya lalu menggeleng. Mantan mafia? Dia aja baru berkenalan dengan Tante Clarissa hari ini, mana dia tau soal suaminya sekalian.
"Om Hendrick itu seorang mantan mafia dulunya, sekarang dia menjadi seorang pemilik perusahaan di Bogor. Tapi, orang yang memiliki kelakuan kurang baik di waktu dulu, tentunya pasti masih belum sepenuhnya meninggalkan kelakuan buruknya tersebut.
Begitu juga dengan Ayahnya Letta, yang masih mudah emosian akibat statusnya sebagai MANTAN mafia." jelas Mama. Clarissa mengangguk-angguk membetulkan ucapan Mama Ratna. Sudah jelas, Om Hendrick yang dimaksud adalah nama dari Ayah Letta tersebut.
"Terus?" ujar Moses.
"Beberapa bulan yang lalu, perusahaan milik Papa memulai pertikaian dengan perusahaan milik Om Hendrick karena hal sepele, sehingga Om Hendrick jadi marah dan sempat ingin melakukan sesuatu kepada Perusahaan Papa." lanjut Mama lagi.
Melakukan sesuatu? Membunuh satu persatu orang yang terlibat dalam pertikaian tersebut? Menghancurkan gedung perusahaan dengan bom? Au ah gelap.
Moses terdiam. Kenapa dirinya dan Keyla tak tau soal hal ini? Dan kenapa Papa tak pernah kelihatan risau?
"Tapi, berhubung Mama dan Tante Clarissa ini teman baik sejak bangku SMP, jadi Mama meminta tolong kepada Tante Clarissa agar masalah itu jangan terjadi. Memang, puncak masalah ini sekarang ada di tangan Om Hendrick karena ulah anak buah Papa yang membuatnya marah." ucap Mama.
"Dan kita pikir, satu-satunya cara untuk menjauhi pertikaian tersebut adalah dengan menunjukkan status kalian yang udah pacaran kepada suami Tante. Tante yakin, dia pasti mengerti dan mau menghentikan pertikaian itu." timpal Tante Clarissa.
Moses mengernyitkan dahinya. "Bukannya Om Hendrick bakalan makin ngamuk kalau dia tau kita cuma pura-pura, Tan?" tanya Moses setengah bingung.
Dia juga sebenarnya takut berurusan dengan mantan mafia, apa lagi perannya adalah sebagai pacar anaknya. Aduh, pengen pipis celana jadinya.
"Tante yakin 99% itu gak bakalan terjadi, Nak. Om Hendrick itu patuh dan sayang banget sama Letta." ujar Tante Clarissa tersenyum.
Berarti, peran Moses kini adalah;
1. Menjadi pacar Letta, dan berusaha untuk mengambil hati Om Hendrick, agar Pak Tua itu luluh dan merestui hubungannya dengan Letta. Fix, kalau Om Hendrick merestui hubungan mereka, sama artinya juga dengan merestui putusnya masalahnya dengan papa. Toh, calon menantunya itu anaknya papa.
Calon menantu konon, Moses pengen nenggelamkan diri ke sumur sekarang juga.
2. Menjadi pacar Letta, sehingga Letta punya alasan untuk membujuk ayahnya agar jangan melakukan yang aneh-aneh terhadap perusahaan Papanya Moses.
Nanti kalau Letta larang ayahnya buat melakukan sesuatu terhadap Perusahaan Papanya Moses, terus Ayahnya Letta nanya alasannya, Letta mau jawab apa, dong? Masa Letta harus bilang karena Moses itu teman sekelasnya doang? Kan gak fair banget.
Moses menghela napasnya. "Yaudah, Ma." ujar Moses membuat Mama dan Tante Clarissa tersenyum.
"Baguslah, Nak." ujar Mama tersenyum manis ke arah anak sulungnya itu.
Dia gak tau aja, kalau anak sulungnya itu sedang menyumpah-nyumpah sekarang, apa lagi buat si Om Hendrick yang tua itu.
Kalau gak karena dia, ini semua gak bakalan terjadi, batinnya.

Hari ini seperti Hari Minggu biasa, usai berlari pagi, mandi, dan sholat subuh, Moses mengurung diri di kamar untuk menonton kartun. Kadang kalau tak kuat menahan kantuknya, ia tertidur dalam keadaan yang bukan dirinya lagi yang menonton TV, tetapi TV yang menonton dirinya.
"Bang, lagi apa sih?" tanya Keyla membuka pintu kamar abangnya tersebut tanpa ketuk dulu. Rambut Keyla tampak basah, mungkin habis shampoo-an. Dirinya memang punya kebiasaan untuk shampoo-an di pagi hari.
"Lagi nonton, ketuk pintu dulu, dong." jawab Moses dengan tatapan sayu ke arah TV yang di hadapannya. Dia emang mudah tidur orangnya. Bagaimana tidak? Malam tidur jam 10, itu pun harus sholat witir dulu. Terus bangun jam setengah 4 pagi buat berlari pagi.
Tapi tenang, biasanya Moses membayar itu semua dengan tidur siang kok.
"Dipanggil Mama tuh." ujar Keyla lalu segera meninggalkan Abangnya dengan sebongkah pertanyaan besar di benaknya.
Dipanggil? Mau ngapain lagi?
"Apa, Maaa?" teriak Moses ketika menuruni anak tangga menuju dapur. Pagi-pagi begini, mama tak pernah absen dari dapur dulu.
"Abang lagi ngapain di kamar?" tanya Mama memandang sekilas ke arah anak sulungnya yang tengah berdiri di sebelah lemari piring tersebut.
"Nonton kartun, kenapa emang?" tanya Moses balik.
"Abis nonton, mau ngapain?" kata Mama bertanya balik.
"Mau tidur." jawab Moses.
"Gak boleh," ujar Mama membuat kerutan sempurna di dahi Moses.
"Kok gak boleh?" tanya Moses mengikuti langkah mamanya yang menuju meja makan sambil membawa sarapan.
"Abang harus ke perpustakaan, Mama lihat kemarin nilai Abang anjlok semua." jawab mama dengan tajam. Moses nyengir.
Perasaan dari dulu anjlok terus deh, cuma baru kali ini ketahuannya.
"Iya, Ma."

Bình Luận Sách (95)

  • avatar
    AfaniSitimudzalifah

    sangat bagus ceritanya dan alurnya susah di tebak

    31/07

      0
  • avatar
    Kelas CKarmila

    bgus

    07/08/2023

      0
  • avatar
    prvt_araa

    best gila

    06/08/2023

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất