logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Terpesona

“Santai saja, Kim.” Mabel yang melihat raut muka Kimi mencoba menenangkan. “Ingat! Setelah Ivona memanggilmu, kau harus keluar dengan langkah yang anggun.”
Kimi menarik nafasnya dalam-dalam. Ucapan Mabel sangat ia ingat-ingat. Namun juga membuatnya takut kalau sampai melakukan kesalahan dan mengecewakan banyak orang terutama Finn dan Ivona. Kimi pun meneguhkan hatinya untuk percaya diri.
“Aku akan menyusul Nesya. Kami tunggu kau di depan sana,” tambah Mabel hendak bergabung dengan para tamu.
Kimipun mengangguk setuju. Ia raih dan menggenggam tangan Mabel sebelum gadis itu pergi meninggalkannya sendiri. “Terima kasih, Mabel. Kau, Ivona, dan Nesya sudah berusaha keras membantuku.”
Mabel memberi senyumnya. “Kami senang melakukannya,” sambut Mabel. Lalu tanpa berpanjang lebar lagi melepas genggaman kimi dan berlalu pergi dari hadapan gadis itu.
“Aku tidak menyangka, aku bisa mengubahnya menjadi sangat istimewa. Dari kurang menarik, menjadi sangat menarik,” di atas panggung Ivona masih sibuk berkata-kata bangga pada banyak orang. “Aku berharap kehadirannya bisa membuat pestaku bertambah ceria. Jadi... mari kita bersiap bersorak untuknya.”
Para tamu undangan yang berdiri merapat pada panggung saling tersenyum melempar pandangan. Mereka merasa akan ada sebuah tontonan yang menarik. Wajah Finn sendiri tampak sudah tak sabar ingin tahu siapa yang Ivona maksudkan. Apa itu Nesya? Sejenak mata Finn mencari-cari di antara para tamu. Ternyata ia salah, ia mendapati Nesya berdiri bersama mereka. “Bodohnya aku! Apa lagi yang harus diubah dari Nesya. Dia sudah sangat memesona,” begitulah pikiran Finn.
“Baiklah. Aku tidak akan berlama-lama lagi membuat kalian penasaran,” sambung Ivona. Finn bersama para tamu terpaku. “Inilah temanku dengan penampilan istimewanya. Kimi, Kamea!”
Mendengar nama Kimi Kamea di sebut seketika membuat seisi ruang yang mengenal seperti apa gadis itu terbelalak tak menyangka. Termasuk Finn, ia sampai terlihat melongo mendapati perbuatan adiknya. Finn tak percaya Kimi akan seindah yang dikatakan Ivona.
Tirai panggung terbuka. Lampunya yang terang menyorot pada sosok yang keluar di baliknya. Sepatu dan gaun indah tampak di sana. Kimi Kamea, hendak melangkah dengan anggun menuju panggung. “Aku tidak boleh terpeleset, aku tidak boleh jatuh!” Batin Kimi yang kesulitan dengan gaun dan sepatu hak tingginya. “Aku harus bisa. Aku harus bisa.” Terus melangkah gadis itu. Berusaha mempertahankan keanggunannya. Tak lupa sebuah senyum ia tebarkan pada semua orang. Sampai akhirnya Kimi pun berhasil dan tiba di tengah panggung.

Kimi terlihat puas. Semua mata begitu jelas tertuju ke arahnya. Terutama mata Finn. Kimi lirik lelaki itu, terpaku menunjukkan dengan jelas bahwa dirinyalah gadis satu-satunya yang menarik hati Finn. Tak ada yang lain. Sekalipun bidadari muncul menggoda.
“Finn...,” Kimi menyebut nama Finn begitu lembutnya. Berharap Finn datang mendekat, memberi pujian, lalu mengecup punggung tangannya. Persis seperti novel romantis yang pernah ia baca.

“Ki – Kimi?” ucap Finn terheran-heran.
Kimi mengangguk pelan seperti seorang putri.
“Ep! Kau.” Seketika Finn justru terlihat menahan tawa. Menggelitik hati Kimi berbalik ikut heran. Hingga akhirnya... “Hahahaha. Badut! Ada badut!”

Kimi sontak terkejut. Ia tak mengerti apa maksud ucapan Finn. Sedetik kemudian tawa yang lain pun menyusul. Bukan hanya satu atau dua orang, namun seisi ruangan. “Ke – kenapa?” tanya Kimi dengan wajah kebingungan. Ia juga melihat Nesya dan Mabel tertawa geli. “Kenapa kalian tertawa?”
“Badut! Hahahah. Baduuut!” begitulah samar-samar Kimi mendengar perkataan yang sama seperti yang Finn ucapkan dari banyak orang. Kimi yang mulai merasa janggal teringat pada Ivona. Bergegas ia menoleh pada gadis itu yang berdiri agak jauh darinya. Namun ternyata Kimi juga mendapati Ivona sedang ikut terbahak-bahak bersama mereka.
“Ivona?” tanya Kimi dengan suara agak keras. Kalau tidak begitu suaranya akan tenggelam dengan kata ‘Badut’.
Ivona yang melihat Kimi mengarah padanya langsung berhenti tertawa. Ia pun menaikkan tangan memberi kode pada semua orang untuk kembali tenang. Sesaat kemudian suasanapun berhasil dibuat kembali hening.

“Ivona, kenapa mereka tertawa melihatku?” Kimi bertanya usai berjalan mendekati Ivona.
“Kau masih juga tak sadar? Ck-ck-ck. Kau memang sangat lugu.”
“Apa maksudmu Ivona?”
“Pelayan...! Ambilkan cermin yang kuminta,” tiba-tiba Ivona terdengar memberi perintah dengan menggunakan mikrofon.
Tanpa butuh waktu lama dua orang pelayan pria pun membawakan cermin besar tertutup kain hitam ke tengah panggung. Setelahnya mereka kembali turun dan membiarkan cermin itu di sana.
“Kau ingin tahu jawabannya kenapa mereka menertawakanmu kan?” Lanjut Ivona dengan muka yang masam. Berbeda sekali dengan Ivona yang Kimi lihat selama ini. “Buka saja cermin itu. Lalu lihat seperti apa dirimu sekarang.”
Kimi yang langsung penasaran tanpa berlama-lama lagi mengikuti ucapan Ivona dan melangkah mendekati cermin itu. Tak peduli lagi pada yang namanya langkah anggun. Kimi terlihat terburu-buru ingin tahu apa yang menjadi sebab tawa itu pecah.
‘Sreett’
Kain penutup cermin dibuka. Betapa kagetnya Kimi melihat penampilannya dari pantulan benda itu. Lidah Kimi mendadak kelu. Ia tak percaya telah mendapat riasan begitu buruk. Wajahnya menjadi putih pekat, di kedua pipi dan ujung hidungnya terdapat bulatan merah. Bibirnya pun semerah darah namun berantakan. Alisnya dibuat tebal hitam dan kelopak matanya diwarnai penuh amat biru. Kimi tidak terlihat cantik seperti seorang putri yang ia bayangkan. Melainkan persis seperti badut yang mereka tertawakan. Tidak, bahkan lebih buruk dari sosok penghibur itu.

Bình Luận Sách (104)

  • avatar
    EkaAlmira

    aku suka kepada cerita ini sangat cocok untuk anak anak jadi aku kasih bintang banyak

    7d

      0
  • avatar

    👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

    21d

      0
  • avatar
    Masrizal

    bagus sekali ceritanya

    22d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất