logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

ILYMC5 BULIMIA

Lily merasa gelisah. Berkali-kali Ia melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.45. Tapi Ardian belum juga datang menjemputnya. Biasanya Ardian selalu menjemputnya tepat pukul 06.30.
"Kemana sih nih anak, kok jam segini belum jemput juga," gumam Lily pelan.
Diambilnya ponsel di dalam tas untuk menelpon Ardian. Tapi ponsel Ardian ternyata tidak aktif.
"Kok masih belum berangkat, Ly? Ntr telat loh," kata Nuri, bunda Lily ketika melihat Lily masih berdiri di teras rumah.
"Ian belum jemput, Bun. Ponsel nya juga nggak aktif," jawab Lily.
"Ya udah kamu berangkat sendiri aja. Nanti kalau Ardian dateng jemput kamu, biar bunda bilangin kalau kamu udah berangkat duluan," Nuri memberikan solusi.
Lily melihat arloji di tangannya. "Kalau pesen kendaraan online nggak keburu, Bun," kata Lily dengan mimik bingung dan cemas.
"Lho, belum berangkat kamu, Ly?" tanya ayah Lily yang keluar dari dalam rumah untuk berangkat bekerja.
"Ayah, anterin Lily ya? Ian belum dateng jemput Lily," pinta Lily saat melihat ayahnya sudah rapi dan siap untuk berangkat bekerja.
"Ayo buruan. Ntar bisa-bisa kita berdua terlambat," ujar ayah Lily.
Lily segera pamit kepada Ibunya dan mencium telapak tangan wanita paruh baya tersebut. Dan disusul kemudian ayahnya yang mencium kening istrinya. Kemudian mereka berdua berangkat dengan menggunakan mobil ayah Lily.
~~~
Murni merasa heran karena Ardian belum turun untuk sarapan. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.30. Biasanya jam segini Ardian sudah berangkat menjemput Lily untuk bersama-sama pergi ke sekolah.
Murni menaiki tangga untuk menuju kamar Ardian.
Tok tok tok
Diketuk nya pintu kamar Ardian tapi tidak ada jawaban. Murni langsung membuka pintu kamar putranya tersebut. Dilihatnya Ardian masih meringkuk di atas tempat tidur.
"Yan, kok masih tidur sih. Kamu nggak sekolah?" tanya Murni, tapi tidak ada jawaban.
Merasa heran, Murni berjalan mendekati Ardian untuk melihat keadaannya. Betapa terkejutnya Murni saat melihat wajah pucat Ardian dan terlihat seperti menahan sakit.
"Ian, kamu kenapa, nak?" tanya Murni panik.
"Perut Ian sakit, mam," jawab Ardian lirih tapi masih bisa didengar oleh Murni.
"Kita ke dokter ya? Sebentar, mama panggil abangmu dulu!"
Murni segera berjalan cepat menuju kamar Galvin yang berada di samping kamar Ardian. Tanpa mengetuk pintu, Murni langsung menerobos masuk ke dalam kamar Galvin. Dilihatnya sang putra sudah rapi dengan jasnya dan siap untuk berangkat bekerja.
Galvin sontak merasa heran melihat wajah panik ibunya.
"Mama kenapa? Kok tampak panik gitu?" tanya Galvin dengan kening mengerut.
"Vin, adikmu sakit. Cepat antar dia ke dokter!" seru Murni.
Mendengar perkataan Ibunya, Galvin jadi ikut panik. Dia segera berlari menuju kamar Ardian.
"Yan, kamu sakit apa?" tanya Galvin cemas saat melihat adiknya terbaring dengan wajah pucat.
"Perut Ian sakit banget, Bang," jawab Ardian lemah hampir tak terdengar.
"Ayo kita kerumah sakit sekarang!" tukas Galvin sambil membantu adiknya untuk bangun dari tempat tidurnya.
Galvin dan Murni memapah tubuh gemuk Ardian yang tampak lemah menuju mobil.
"Ma, papa mana?" tanya Galvin saat menyadari ayahnya tidak tampak batang hidungnya.
"Papamu sudah berangkat bekerja. Nanti saja mama hubungi kalau kita sudah sampai dirumah sakit" jelas Murni.
Galvin mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tapi jalanan yang macet membuatnya sedikit frustasi. Apalagi dilihatnya Ardian yang sesekali mengerang kesakitan. Tapi mau bagaimana lagi, jalanan memang selalu macet di jam-jam kerja seperti ini.
Setelah hampir satu jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Galvin dan Murni memapah Ardian untuk memasuki ruang IGD. Beberapa perawat yang melihat pasien datang, segera membawa brankar untuk Ardian.
Setelah Ardian merebahkan tubuhnya diatas brankar, perawat segera membawa Ardian masuk ruang IGD. Sementara Galvin dan Murni langsung menuju tempat pendaftaran untuk mengisi data diri pasien.
Setelah hampir satu jam menunggu, seorang perawat keluar memanggil Murni dan Galvin untuk menemui dokter yang memeriksa kondisi Ardian.
Galvin dan Murni duduk di depan dokter dengan perasaan cemas. Sedangkan dokter yang memeriksa Ardian masih fokus membaca laporan hasil laboratorium milik Ardian.
"Maaf, Bu. Kalau boleh tahu, apakah Ananda Ardian sering mengalami hal seperti ini?" tanya dokter kepada Murni setelah dia selesai membaca laporan hasil laboratorium.
"Setahu saya, tidak dok," jawab Murni setelah berpikir sejenak.
"Dari hasil pemeriksaan saya, sepertinya Ananda Ardian menderita bulimia," tutur Dokter.
"Bulimia? Apa itu, dok?" tanya Galvin dengan kening mengerut.
"Bulimia sebetulnya adalah sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan fisik. Penderita bulimia biasanya memuntahkan semua makanan yang telah dimakannya. Ini disebabkan karena si penderita tidak dapat menahan nafsu makannya, tapi disaat yang bersamaan, si penderita juga takut mengalami kenaikan berat badan," jelas Dokter tersebut.
"Apakah penyakit itu berbahaya, dok?" tanya Murni.
"Jika tidak segera ditangani, bulimia bisa membahayakan nyawa si penderita," jawab dokter.
Murni terkejut. Air matanya langsung menetes. Dia merasa bersalah sebagai seorang ibu karena tidak mengetahui apa yang sedang dialami oleh putranya.
Galvin mengusap punggung ibunya lembut untuk menenangkannya.
"Untuk sementara waktu, Ananda Ardian akan dirawat di rumah sakit untuk menyembuhkan lambung dan ususnya yang bermasalah. Tapi karena ini sebenarnya adalah masalah psikologis, ada baiknya ibu membawa Ananda Ardian ke seorang psikolog untuk menyembuhkan gangguan psikologis yang dialaminya," saran Dokter tersebut.
"Tolong selamatkan nyawa anak saya, dok," mohon Murni dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk anak ibu. Tapi kejadian ini bisa terjadi lagi jika masalah psikologis yang diderita oleh tuan Ardian tidak disembuhkan juga," kata dokter mengingatkan.
"Saya akan membawanya ke seorang psikolog jika kondisi fisiknya sudah membaik, dok," putus Murni yang di jawab dengan anggukan oleh sang dokter.

Bình Luận Sách (72)

  • avatar
    DITAPUSPAADYTIA

    omg ini tamat belum tapi agak mewek ah pas lihat andrian sama kaira jadian dan lansung emosi baca part itu adrian perhatian banget padahal mah udah ditolak si ka, .. uuuhh kasihan sama lily menahan sesak 😭 aku juga eh tapi nama nya juga cerita ❤kasih ending lily adrian ya jgan sama emak kaira 5 bintang deh heppy

    14/07/2022

      3
  • avatar
    XandraAlex

    untuk semua kalangan, usahakan, ajarkan kepada para dulurr, untuk tidak lagi menilai orang hanya sebatas penglihatan mata saja

    14/07/2022

      4
  • avatar
    Artawan12Adi

    sangat bagus

    25d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất