logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

7.Makan malam bersama Dika

Dika Mahesa mengangkat sebelah alis sambil menggaruknya pelan, dia kembali menarik uluran tangan yang tidak mendapat balasan dari wanita dihadapannya.

"Tadi aku di kabarin Nadya kalau kalian lagi ada disini, dan kebetulan aku juga habis ketemuan sama temen di Mall ini. Jadi ya, aku pikir gak ada salahnya kalo kita makan malam bareng!" Jelas Dika panjang lebar.
"Duduk dong Kak jangan berdiri aja! Nanti tambah tinggi lho!"

Nadya dengan santainya meraih buku menu sambil sibuk memindai deretan daftar makanan yang membuatnya ingin segera memesan. Dirinya sengaja mengabaikan sosok gelisah yang sedang menatapnya penuh tanya.

Laras menghembuskan nafas berat, membuang pandang ke sembarang arah sebelum akhirnya memutuskan untuk ikut duduk. Dika sumringah karena akhirnya bisa mengajak Laras makan malam walaupun dengan bantuan Nadya.

Tiba-tiba terdengar dering ponsel dari dalam tas Nadya, tangannya berusaha meraih benda pipih tersebut dan mengusap layar datarnya.

"Aku angkat telepon sebentar!" Seru Nadya sambil bangkit menjauhi tempat mereka duduk.

"Kenapa telepon dari aku selalu kamu reject?" Ucap Dika memulai percakapan diantara mereka.

"Gak kenapa-napa sih, cuma aku merasa gak ada hal penting yang harus diomongin juga!" Jawab Laras datar.
"Jadi, harus nunggu hal penting dulu ya biar bisa ngobrol sama kamu?" Tanya Dika bernada sinis.
Laras hanya tersenyum kaku lalu menyeruput smothies manggo yang baru saja datang.

Tak lama berselang, Nadya kembali dengan tergesa. "Ka, sorry! Barusan temen aku yang nelpon, mobilnya mogok di daerah Panglima Polim. Aku mau jemput dia dulu ya!"
"Ya udah Kakak ikut aja, biar kita sekalian pulang!"
"Teman yang mau aku jemput itu lelaki dan dia agak mabuk. Kakak disini aja, nanti aku balik lagi kok! Sebentar aja! Lagian kita udah pesen banyak makanan!" Jelas Nadya meyakinkan Laras.

"Dik, sorry ya aku tinggal dulu! Titip ka Laras, oke!" Seru Nadya sambil mengkode melalui kedipan matanya. Dika pun menjawab dengan mengacungkan jempol seraya tersenyum puas.

"Janji nanti kamu kesini lagi ya!" Seru Laras penuh penekanan yang hanya dibalas senyum centil oleh Nadya.
"Kamu kenapa Laras, ko sepertinya canggung sekali sama aku? Padahal waktu kuliah dulu, kita sangat akrab. Yah, sebelum kamu mengenal duo Adam, tentunya!" Ucap Dika membuka percakapan setelah beberapa menit hening sejak Nadya pergi.

"Atau mungkin, kamu takut pacar kamu cemburu?"

"Kamu pikir aku ABG yang masih sibuk cari pacar?" Jawab Laras pada akhirnya sembari tersenyum sinis.

'Akhirnya terdengar juga suara dari bibir indahnya' Batin Dika. "Ya wanita secantik kamu pasti banyak yang mau. Rasanya mustahil kalau kamu masih sendiri." Balas Dika.

Laras hanya kembali tersenyum simpul, membuat Dika terpana dengan bibir tipis yang selalu menggodanya sejak dulu, rasa tak pernah bosan Dika memperhatikan tiap gerak dan lekuk tubuh lawan bicaranya. 'Ternyata perasaan ini tidak pernah berubah' Batinnya kembali bicara.
Nikmat  yang menyiksa ini selalu dia rasakan saat bersama Laras.Tak terhitung waktu yang dia habiskan untuk sekedar membayangkan Laras menjadi wanitanya. Sejak kuliah Dika memang sudah jatuh hati jauh sebelum duo Adam itu masuk ke kehidupan Laras. 'Cih Adam's brother sialan'. Lagi, batinnya kali ini mencibir.
"Ngomong-ngomong, sejak kapan kamu berpisah dengan Anita?"

Suara Laras seketika menyadarkan Dika dari lamunannya. Laras memang sedikit mengenal mantan istri Dika yang merupakan kerabat jauh Papah Laras. Sempat terdengar desas desus dari keluarganya bahwa Anita menggugat cerai karena KDRT yang dilakukan Dika. Namun, entahlah berita itu benar atau hanya gosip semata, yang pasti Laras tidak ingin mencampuri masalah pribadi orang lain.
"Sudah dua tahun kami pisah, dan aku dengar kabar kalau Anita akhirnya menikah dengan selingkuhannya!" Jawab Dika datar sambil memainkan sedotan dalam gelas lemon tea miliknya. Wajahnya terlihat masih menyimpan kebencian kepada mantan istri yang sudah lima tahun menemaninya.

"Selingkuhan?" Laras membeo tanpa sadar akan ucapannya sendiri, dan setelahnya dia terlihat salah tingkah. "Sorry Dik, aku ga maksud ..." Kalimat Laras tertahan saat mendengar Dika justru tertawa senang kepadanya.
"Gak apa-apa Ras, aku ga tersinggung, malah seneng diperhatiin kamu!" Ujarnya bangga, padahal hanya mendapat secuil basa basi dari wanita idamannya, Dika sudah kepedean. Sementara Laras hanya tersenyum tipis yang terkesan dia paksakan.
"Tapi untungnya aku tidak memiliki anak darinya, karena bila itu terjadi sudah bisa dipastikan aku meragukannya!" Terangnya kemudian yang hanya diangguki Laras, Laras malas melanjutkan obrolan ini dan lebih memilih menyantap kembali makanan dihadapannya.

"Terus kamu sendiri, apa sudah ada niatan untuk mengisi kekosongan dihati kamu?" Dika kembali menanyakan hal yang tadi belum dijawab Laras. Dirinya sangat penasaran apa wanita pujaannya sudah memiliki pengganti Arsyad.

"Aku gak ada niat kearah sana, lagipula aku sudah cukup bahagia hidup bersama Rissa!"
Dika mengerutkan dahi sambil memangku dagunya pada ruas-ruas jarinya. "Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Radith? apa masih sering bertemu? Karna yang aku tahu dari Nadya, katanya dia menetap di Jepang!"

'Lagi dan lagi, selalu saja Nadya yang jadi biang keroknya. Mungkin mulut licinnya perlu diberi sedikit shock terapi agar tidak banyak bicara' Pikir Laras kesal yang hanya diucapkan di batinnya.
"Tidak ada yang perlu dibahas tentangnya!" Jawab Laras lugas. Dia merasa risih, karna setiap orang yang dikenalnya selalu penasaran tentang kisahnya dengan Radith. Hal yang selalu tidak bisa dia jelaskan, tentang suatu hubungan yang sudah berakhir sebelum dimulai.

Dika sedikit tercengang mendengar jawaban Laras, setidaknya dia merasa lega sebab Laras masih membenci Radith. "Sorry, karena udah bikin kamu gak nyaman."
"It's oke!" Jawabnya singkat, lalu mulai sibuk dengan ponselnya karena baru saja ada pesan masuk yang ternyata dari Nadya, padahal baru saja Laras ingin menelponnya.
'Kak, sorry aku langsung pulang, biar Dika yang antar Ka Laras pulang. Pasti dia gak akan nolak.' Isi pesan Nadya.

Perempuan satu itu memang paling lihay membuat Laras yang jarang marah jadi naik pitam. Dengan emosi yang berusaha dia tahan, Laras mencoba menelepon si pengirim pesan.

"Ayo Ras, aku antar kamu pulang! Nadya barusan kirim pesan kalo suruh anterin Kakak kesayangannya pulang!" Ucap Dika tiba-tiba saja.

Dia tersenyum jumawa sambil menunjukan isi pesan dari ponselnya. Awalnya Laras menolak dan lebih memilih memesan driver online, tapi Dika terus membujuknya.
"Ayolah Laras, aku gak mau dibilang tidak bertanggung jawab karena membiarkan kamu pulang sendiri, lagipula malam sudah larut. Aku janji gak akan gigit kamu kok!"

Laras hanya tersenyum kaku dan terpaksa menerima tawaran Dika, sebab waktu juga sudah berputar ke arah jarum jam 21.55 WIB.

Bình Luận Sách (19)

  • avatar
    CollectionAbinaya

    bagus banget

    24/06

      0
  • avatar
    Fenix8277

    danmm daddy

    23/06

      0
  • avatar
    YinZeprin

    cerita yg bagus saya suka😂😂😂j

    03/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất