logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

5.Permintaan Rissa

Malam ini rumah besar tiga lantai itu terasa ramai karna kehadiran cucu dan anak bungsunya yang baru saja kembali dari Negeri Sakura Jepang, begitupun dengan Rissa yang memutuskan untuk menginap malam ini. Sudah hampir 3 tahun ini Radith memang memutuskan untuk tinggal di sana guna mengurus cabang perusahaan Almarhum kakaknya.

"Eyang Kung, Om Radith jangan disuruh balik lagi ke Jepang dong! Biar disini aja temenin aku!" Rengek Rissa sambil memeluk erat lengan Radith.

Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga saat Rahman baru saja menutup sambungan seluler dengan Laras, menantu kesayangannya. Sekedar mengabarkan bahwa cucunya mau menginap di rumahnya.

"Males ah, nanti kamu stalkerin Om terus!" Sela Radith gemas sambil mengacak rambut keponakannya.
"Kalau Om Radith tinggal disini, terus yang ngelola bisnis Papah kamu siapa?" Giliran Rahman yang bertanya.
"Ya suruh orang kepercayaan Eyang Kung aja! Lagian apa enaknya sih tinggal jauh dari keluarga? Atau jangan-jangan Om punya pacar disana, biar bisa bebas ngapa-ngapain gitu?" Celotehan Rissa sukses bikin sang Kakek melotot ke arah Radith.
"Beneran kamu begitu Dith?" Tanya Rahman penuh selidik.

"Apa sih nih anak kecil, sok tau!" Semakin gemas Radith mengacak rambut Keponakannya. "Ngga lah Pah!" Sangkalnya kemudian.

Wajar memang bila Rahman curiga, mengingat saat kuliah dulu Radith bisa dibilang badboy. Hobinya yang suka gonta-ganti pacar sudah seperti salin pakaian. Baginya memang tidak sulit untuk mendapatkan hati wanita.
"Atau Rissa carikan saja calon istri buat Om Raith biar dia mau tinggal disini!" Sambung Amira yang tiba-tiba muncul dari dapur sambil membawa cemilan.

"Ah, boleh juga ide Mamah itu!" Sambung Rahman setuju. Pria paruh baya itu meraih cangkir kopi lalu menyeruputnya.
"Siap Eyang! Lagian aneh, masa ganteng begini tapi gak laku-laku sih? Jones deh!" Ejek Rissa yang berhasil memancing kekesalan pria berhidung mancung disampingnya.
"Sembarangan kalau ngomong! Yang suka sama Om itu banyak. Kalau mau, tinggal tunjuk aja!" Balas Radith jumawa. Jari telunjuk Radith menyentil hidung mungil keponakannya.
"Terus kenapa dong Om masih jomblo? Atau jangan-jangan Om aku ... Guy?"

"Damn Rissa! Mulut kamu itu kalau ngomong ada filternya ga sih?" Pekik Radith emosi jiwa.

Rissa tertawa geli, pun dengan Amira dan Rahman karena melihat ekspresi Radith yang begitu gemas menahan emosi. Habis dia jadi bual-bualan keponakannya.
"Ya karena belum ketemu sama yang cocok, paham ga Carissa bawel?" Lanjut Radith setelahnya. Gayanya kembali santai.
Bila dilihat secara fisik dan materi, mustahil di usianya yang ke 36 ini dia masih belum ingin berkeluarga. Sebab semua hal yang diimpikan wanita dewasa pada seorang pria ada pada dirinya.

"Kamu ini Dith, dari dulu alasannya selalu itu terus!" Sanggah sang Ayah.
"Dulu kamu jadi playboy, tapi kenapa justru sekarang kamu malah menutup diri sama wanita?" Lanjut Rahman.
"Serius Eyang? Dulu Om Radith playboy? Kok aku ga pernah tau ya?"
"Waktu kuliah, dia pacarnya banyak! Bahkan ..."
"Pah, udahlah! Ga perlu ngebahas masa lalu! Yang pasti saat ini aku hanya ingin fokus mengurus perusahaan." Sanggah Radith.
"Jadi ceritanya jadi playboy insyaf nih! Mungkin Om sekarang kena karmanya." Ucap Rissa.
"Hmm, maybe! Balas Radith enteng.

Dengan santai Radith mengunyah keripik yang tersaji di atas meja, menghiraukan tiga orang yang sedang memandangnya dengan tatapan bingung sekaligus geregetan. Terkadang sikap cueknya memang kelewat batas.
"Apa mungkin ada seseorang yang sedang kamu tunggu?" Tanya Amira penuh kehati-hatian.
Radith terdiam sesaat, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi urung dia katakan. Lelaki tampan itu hanya menggelengkan kepalanya dengan tatapan sendu.
"Emang Om mau punya istri yang kaya gimana sih?

Terlihat berpikir serius sambil memainkan bibir tipisnya, Radith menjawab "Hmm, yang pasti dia manusia dan harus wanita. Terus dia juga harus bernapas dengan paru-paru. Karna percuma dong kalo cantik tapi gak nafas, serem jadinya."
"Eh jawaban macam apa itu? Sungguh sangat tidak berfaedah!"

Rissa menggelengkan kepala sambil menggerakan jari telunjuknya. Gayanya persis seperti orang tua yang sedang menegur anaknya. Amira dan Rahman hanya tertawa sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan cucu dan anaknya.

"Ish Om serius ih!" Rissa berdecak kesal, dia mencubit gemas perut sixpack Radith dan berhasil membuatnya meringis. Lelaki berlesung pipi itu pura-pura kesakitan, padahal dia merasa geli.

"Iya oke! Om serius nih! Hmm, yang pasti harus cantik, pinter, baik, mandiri, gak manja, gak cemburuan juga dan keibuan." Jawab Radith mantap. Matanya melirik ketiga orang yang mendengarkannya dengan serius lalu tersenyum jumawa sambil memasukan keripik ke mulutnya.
"Pas banget sama satu-satunya calon yang udah aku save!" Seru Rissa bersemangat mengagetkan seisi ruangan.

"Siapa dia Riss?" Tanya Amira serius.
"Larasati Ayudhia. Mamah aku!"
Uhuk

Uhuk

Uhuk! Ini bukan iklan obat batuk, tapi suara Radith yang seketika tersedak cemilan yang dikunyahnya. Amira langsung memberinya segelas air putih sambil menepuk-nepuk lembut punggung Radith.
"Kamu itu kalau makan hati-hati dong, Dith!"

"Gimana? Eyang Kung sama Eyang Uti setuju kan?"

Rahman dan Amira saling bertukar pandang, kemudian menatap wajah polos Rissa yang seolah tanpa dosa. Setelahnya Rahman melirik Radith yang masih terbatuk. Dengan nada yang hati-hati Beliau menjawab "Ya, kami sih setuju saja, tapi apa Mamahmu gak keberatan?"

Baru saja Rissa mau buka mulut, tiba-tiba Radith menyela, "Udah deh, gak perlu dianggap serius omongan Rissa Pah! Anak kecil tau apa sih?" Radith menjitak kepala Rissa lembut.
"Ish aku udah dewasa tau! Ya Om! Be my Daddy, please!"
"Rissa, just stop it! Kalau kamu pikir ini joke, sumpah ini gak lucu!" Elak Radith mulai frustasi.

"Aku serius! Aku mau Om yang jadi Papah aku! Biar sekalian ada yang jagain Mamah dari orang-orang jahat!" Ucap Rissa tegas dan penuh penekanan.

Tiba-tiba saja suasana berubah menjadi tegang. Mata Rissa mulai terasa panas,dan seketika jadi melow begini. Padahal dia bukanlah gadis cengeng yang mudah menangis.
"Aku tahu selama ini kan Om diam-diam selalu jagain Mamah, tapi kenapa justru malah menolak keinginan aku? Sebenarnya ada masalah apa antara Om sama Mamah?" Tuntut Rissa, kini suaranya mulai terdengar lirih.

Amira langsung bangkit dari duduknya menghampiri Rissa dan segera mendekapnya erat. Sementara Rahman hanya bergeming sambil melempar pandang dengan tatapan menghakimi Radith.
"Melindungi bukan berarti Om harus menjadi suami Mamah kamu Rissa! Om hanya menjalankan amanat Almarhum Papah kamu untuk menjaga kalian." Ucap Radith lembut, dia berusaha memberi pengertian pada Rissa.

"Om sayang gak sama aku?" Tanya Rissa di sela tangisnya.
"Tentu, Om sayang banget sama Rissa. Itu gak perlu kamu ragukan!"

"Terus, kalau sama Mamah? Om sayang gak?"

Pertanyaan Rissa kali ini sangat mengintimidasi Radith. Amira dan Rahman pun ikut terpaku, mereka hanya diam menyaksikan kegigihan Rissa untuk membujuk Radith.
Radith mengangguk pelan seraya berkata dengan suara berat. "Ya, Om sayang sama Mamah kamu!"
"Kalau sayang ya perjuangkan dong! Jangan sampai Mamah jadi milik orang lain!" Balas Rissa tegas.
Lelaki berambut brown light itu meraup wajanya frustasi. Tanpa suara, dirinya hanya membuang nafas berat. Tidak bisa meng-iya kan tapi juga tidak sanggup menolak.

Bình Luận Sách (19)

  • avatar
    CollectionAbinaya

    bagus banget

    24/06

      0
  • avatar
    Fenix8277

    danmm daddy

    23/06

      0
  • avatar
    YinZeprin

    cerita yg bagus saya suka😂😂😂j

    03/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất