logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

4.Kedatangan Radith

"Assalamualaikum!"
"Wa'alaikumsalam! Cucu Eyang yang paling cantik udah dateng!" Sambut Amira sumringah saat melihat kedatangan Carissa.

Wanita yang masih terlihat cantik itu, walau usianya sudah lewat setengah abad dengan wajah berseri merentangkan tangan menyambut kedatangan cucu semata wayang. Tanpa sungkan, Rissa menghambur ke pelukan hangatnya lalu mencium punggung tangan sang Nenek dengan santun.

Cup, cup, cup. Rissa mendapat ciuman bertubi di pipi kanan, kiri dan dahinya."Cucu Eyang tambah gede ya!" Amira kembali menyentuh lembut ujung hidung Rissa yang berhasil membuatnya tersipu manja.

"Baru juga dua minggu ga ketemu, masa aku udah tambah gede sih Eyang? Maksudnya tambah gendut kali ya?"

Amira tertawa lepas mendengar celotehan Rissa yang menurutnya sangat menggemaskan. "Gak gendut kok, malah tambah cantik kaya Mamah kamu." Pujinya sambil menyodorkan kukis coklat buatannya sendiri kepada Rissa.

"Eyang kung mana Uti? ko gak keliatan?"

Bola mata Rissa berkeliling mencari sosok sang Kakek. Dia memindai ruang tamu yang luasnya mirip dengan ballroom hotel. Bahkan semua perkasas rumah tangga terlihat begitu mewah. Rumah berlantai tiga itu terasa begitu sunyi.
"Lagi di jalan, tadi pagi mereka pergi bermain golf. Pas Mamah Laras menelpon bilang kamu mau kesini, Eyang Uti buru-buru telepon Eyang Kung suruh cepet pulang!"

"Mereka?" Rissa membeo.

"Asyik! Berarti Om Radith udah sampe sini dong Yang?"

Amira mengangguk sambil tersenyum, tangan hangatnya mengelus rambut hitam sebahu cucunya. Hatinya masih selalu iba jika mengingat Rissa harus kehilangan sosok Ayah diusianya yang masih muda.
Kecelakaan tunggal 4 tahun silam yang dialami Arsyad hingga merenggut nyawanya merupakan pukulan terberat dan sempat merenggut kebahagiaan keluarga besarnya. Terlalu mendadak dan tidak siap untuk kehilangan, membuat Laras sempat mengalami depresi selama berbulan-bulan. Dalam kurun waktu yang bersamaan itu, Rissa yang masih berusia 10 tahun harus kembali kehilangan kasih sayang seorang Ibu.

Disaat itulah Radith berjuang menghibur keponakannya, menggantikan peran orang tua untuk Rissa. Bersama dengan Amira dan Rahman, mereka mengisi kekosongan di hati tergelap Rissa. Pantaslah mengapa sampai sekarang Rissa begitu kolokan dan manja pada Radith.
"Wah, sepertinya ada yang kangen berat nih sama Om ganteng!" Suara bariton yang sangat khas terdengar dari arah pintu ruang tamu.
Sontak Cucu dan Nenek kompak menengok ke arah sumber suara. Netra mereka mengunci pandang dua laki-laki tampan beda usia dengan atribut pakaian kasual khas golf bernuansa putih dari ujung rambut sampai ke sepatu olah raganya.

Radithia Chandrawira Adam, lelaki atletis berusia 36 tahun sedang tersenyum jumawa ke arah Rissa, mata hitamnya memancarkan kerinduan akan sosok keponakan yang sangat disayanginya. Gadis bawel dan kadang sangat menyebalkan menurutnya tapi juga jadi penghibur di hatinya yang terasa kosong.

Rissa bangkit dari duduknya dan segera menghampiri kedua lelaki yang selalu jadi panutannya. Pelukan hangat sudah pasti dia dapatkan. Radith bersimpuh agar Rissa lebih mudah menjangkau tinggi badan 183 cm itu.
"Om kok tambah jelek sih? Tambah jangkung lagi. Kebanyakan makan bambu ya disana?" Ledek Rissa dengan celetukan khasnya.
"Terima kasih buat pujiannya Nona SEMAMPAI! Semeter tapi tak sampai." Balas Radith dengan smirk menyebalkan tapi ganteng.

Sontak membuat seisi ruangan tertawa, kecuali Rissa yang jadi korban bualan. Bibir mungilnya langsung mengerucut, sudah pasti jemarinya langsung mencubit gemas lengan berotot Radith.

"Liat tuh Yang, baru juga ketemu langsung rese ledekin aku pendek." Rengek Rissa pada Rahman, Kakeknya.
"Eh, siapa yang bilang kamu pendek? Om bilang kamu semampai Carissa bawel!"

"Tapi kan kata 'SEMAMPAI' diperpanjang. Tinggi aku udah 140 centimeter tau! Itu artinya semeter lebih!"

"Eh, sudah-sudah! Berantemnya dilanjutkan nanti saja. Sekarang kita makan siang dulu!" Sela Rahman melerai perseteruan anak dan cucunya.

Begitulah saat Rissa bertemu Radith, mereka selalu saja saling ejek dan bercanda, tapi justru dari situlah kehangatan mereka terjalin. Dan tentu saja menghidupkan suasana di rumah besar itu.
"Rissa malam ini nginep kan? Mamah Laras kok ga ikut kesini, Sayang?" Tanya Rahman di sela kesibukan makan siang keluarganya.
"Biasalah sibuk, Yang!" Jawab Rissa.

"Sibuk kerja, atau sengaja nggak mau ketemu kamu Dith?" Sindir Rahman kemudian sambil melirik ke arah anaknya.
Radith hanya mengangkat kedua bahu bidangnya tanpa suara lalu kembali menyantap makanan di piringnya. Dirinya pura-pura cuek.

"Tapi Mamah titip salam buat Eyang Kung, Eyang Uti ... buat Om juga!"
Radith sempat terkejut, tapi kemudian dia tersenyum kikuk. "Salam balik buat Mamah juga!"
Rahman menelisik lewat tatapan Radith, sementara Amira ikut tersenyum lembut. "Lain kali ajak Mamah Laras untuk makan malam bersama Om Radith ya!"
"Siap Eyang!"
"Dith, oleh-oleh buat Rissa kamu taro mana?" Sambung Amira mengalihkan perbincangan mereka.
"Asik! Om kasih oleh-oleh aku apa Eyang?"
"Pakaian kotor Om sama green tea, biar kamu diet!" Sela Radith jahil, dia sengaja menggodanya karna Rissa sangat tidak menyukai green tea.
"Konyol!" Balas Rissa kesal lalu menjulurkan lidahnya ke arah Radith.
"Huss! Di meja makan ko masih saja berantem. Kamu ini Dith seneng banget sih gangguin Rissa." Protes Amira.
Pemuda tampan itu hanya tersenyum lalu menggeser kursinya. Dia beranjak dari duduknya untuk mengambil sesuatu dari kamarnya.
"Anak itu dari dulu masih saja selengean!" Gumam Rahman sambil berdecak heran.
"Aku gak bisa ngebayangin kalau Om lagi di kantor sama karyawannya, Masa kaya gitu juga sih Eyang?"

Amira dan Rahman tersenyum geli dengan pertanyaan polos cucunya. "Tentu nggak dong Sayang. Jangan salah! Om kamu itu paling di segani sama karyawannya. Dia itu fokus kalau lagi kerja. Tegas dan smart!" Tutur Amira bangga.
"Ya memang harus begitu! Kalau tidak, perusahaan tidak akan bisa jadi sebesar sekarang. Dulu Almarhum Papah Rissa juga seperti itu kalau di kantor. Bahkan, dia lebih menakutkan dari Om Radith." Jelas Rahman.

Rissa hanya tersenyum bangga, karna baginya baik Ayahnya maupun Radith adalah kebanggan dan panutan hidupnya. Setelah kepergian Arsyad justru Radith lah yang paling dekat dengannya dan selalu bisa menghiburnya.

"Ini hadiah buat keponakan Om yang bawel!" Seru Radith tiba-tiba sambil menyodorkan kotak kado berbentuk kubus berukuran cukup besar.

"Wow, ini keren banget Om! Tengkyu Om ku yang jelek! Mamah juga pasti suka kalau liat ini!" Seru Rissa kegirangan. Dia memotretnya lalu mengirimkan gambar lampu tidur itu kepada Laras.

Bagaimana tidak, isi kotak itu ternyata lampu tidur LED akrilik bergambar tokoh fiksi Inuyasha. Anime favorit Laras juga Rissa.

"Oya? Om ga tau kalau Mamah kamu juga suka Inuyasha! Kirain yang dia suka cuma Papah kamu aja!"
Pernyataan Radith sontak membuat seisi ruangan itu menatapnya dengan ekspresi kaget. Lelaki maskulin itu menggaruk tengkuknya karna bingung dengan tatapan ketiga orang di hadapannya.

"What? Ada yang salah dengan ucapan saya?"

Bình Luận Sách (19)

  • avatar
    CollectionAbinaya

    bagus banget

    24/06

      0
  • avatar
    Fenix8277

    danmm daddy

    23/06

      0
  • avatar
    YinZeprin

    cerita yg bagus saya suka😂😂😂j

    03/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất