logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Be my Daddy please!

Be my Daddy please!

Kinaya Cimmy


1.Single Mom

pukul 01.15 p.m
Seorang gadis remaja itu berkali-kali melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Dia menarik nafasnya dan mulai mendengus kesal, bagaimana tidak? Dirinya tertahan di ruang kelas 8 bersama sang wali kelas sejak 15 menit yang lalu, padahal jam pelajaran sudah usai sejak pukul satu tadi dan kelas pun sudah sepi.
"To the point aja ya Pa! Maksud Bapak ngajakin saya ngobrol ngalor-ngidul itu pasti ujung-ujungnya mau nanyain tentang mamah kan? Pake alibi mau kasih les private di rumah saya segala!" Cibir Carrisa Adam bernada kesal.
Pa Faqih yang notabene adalah wali kelasnya sekaligus guru matematika SMP Negeri jakarta ini menggaruk tengkuknya sambil tersipu malu karna modusnya ketahuan. "Bapak serius lho ini, tulus mau bantu kamu kasih materi tambahan biar jadi juara kelas. Hitung-hitung biar mamah kamu bangga!" Kilahnya sembari mengerlipkan sebelah mata, belum mau menyerah duda tua ini berusaha mencari alasan agar bisa bertamu ke rumah Larasati Ayudia, ibu kandung Carissa.
"Gak perlu jadi juara satu juga, mamah udah bangga sama saya! Lagian saya juga kan termasuk murid berprestasi peringkat 5 besar kalau Bapak lupa! Nah, kalo Bapak mau kasih les private, tu! Gito sama Nana aja, mereka rada belet sama pelajaran matematika!" Usul Carrisa sambil menujuk ke arah dua orang temannya yang berada di luar kelas sedang asyik bercanda.

"Tapi mamah mereka itu bukan Larasati!" Gerutu Pa Faqih dengan suara setengah berbisik, tapi masih bisa terdengar oleh Carissa.
"Kalau ngajar itu harus ikhlas! Jangan ada iming-iming sekalian cari jodoh! Lagian, saya juga bakal tolak Bapak masuk list calon next Daddy karna gak masuk kriteria!" Jelas Carissa jujur sembari melipat kedua tangan di dadanya.

"Saya ini cerdas lho, setia, penyayang, punya penghasilan tetap dan yang lebih penting saya ini duda tak beranak, masa gak masuk kriteria? Riss, kalau saya jadi Papah sambung kamu kan sudah pasti kamu bakal jadi juara kelas terus, belum lagi ada yang selalu jagain mamah kamu yang cantik itu."

Rissa begitu panggilan akrabnya, langsung mengerucutkan bibir tanda tidak setuju. "Kurang Bapak itu cuma satu!"

"Apa? Apa yang kurang dari aku apa coba?" Tanya Pa Faqih sambil mendendangkan sepenggal lirik boyband Smash (ada yang ingat kah?:)
"Kurangnya Bapak itu, ya ga punya kelebihan! Sekian debat kita hari ini ya Pa. Saya udah di jemput. Assalamualaikum!" Tandas Rissa yang buru-baru menyalami tangan sang Guru lalu mengambil langkah seribu menjauhi Pa Faqih yang megap-megap belum ingin mengakhiri perdebatan mereka.

Dia masih berlari kecil sambil menuruni anak tangga, karna memang kelasnya yang ada di lantai dua. Mulut mungilnya terus menggerutu mengingat kelakuan Wali kelasnya yang sangat menjengkelkan itu.
"CARISSA!"
Panggil seseorang dari belakang yang refleks membuat gadis tomboy itu berbalik ke arah suara. Bola mata Carissa seketika membulat karena yang memanggilnya ternyata Angga Rasya, kakak kelas yang sudah tiga bulan ditaksirnya.
"Ka Angga? Tumben, ada apa?" Jawab Risa dengan ekspresi sedikit bingung. Selama ini mereka memang jarang sekali berkomunikasi, paling hanya saling melempar senyum bila berpapasan.
"Kamu ko baru pulang jam segini?"
"Iya, tadi dipanggil Pa Faqih dulu." Jawab Risa sambil menundukan kepalanya, mana bisa dia menatap sang Kapten basket dengan jarak sedekat itu, sudah pasti jantungnya akan berdebar-debar.

"Oh! Terus kamu pulang sama siapa? Dijemput sama Kakak kamu bukan?" Tanya Angga santai sambil mensejajarkan langkahnya.

Risa mengernyit tak paham, "Kakak?"
"Iya, kakak kamu yang cantik banget itu. Tadi pagi dia anterin kamu ke sekolah kan?" Ujar Angga menjelaskan.

Seketika wajah sumringah Carissa berubah jadi horor karena dia tahu betul siapa yang dimaksud Angga. Sambil memutar bola matanya, Risa menjawab dengan nada ketus. "Denger ya Ka Angga! Aku itu, biasa dijemput tukang ojek langganan, tapi udah 2 hari ini dia sakit dan aku itu anak sulung, jadi gak punya saudara kandung!"
"Lah, terus yang aku liat tadi sama kemaren itu siapa dong? sepupu atau tante kamu?" Cecar Angga dengan tatapan bingung.

"Ish, yang Kakak lihat itu M.A.M.A.H aku!"
'Udah lah ya, Ka Angga cuma modus aja ngajakin aku ngobrol' Cicit batin Risa kesal.Gimana ga kesel coba? tiap ada lelaki yang deketin dia, ternyata cuma mau cari informasi tentang sang Mamah.
"Riss, Rissa tunggu dong! Yang bener nih? Masa sih itu Mamah kamu? keliatan masih ABG gitu. Apa Mamah kamu nikah muda?" Tanya Angga bertubi-tubi sambil berusaha mengejar langkah Rissa yang langsung pergi meninggalkannya begitu saja.

"Tau ah gelap!" Gerutu Rissa dengan rasa kesal yang hampir sampai ke ubun-ubun.

Masih dengan langkah setengah berlari. Namun tiba-tiba saja Risa menghentikan langkahnya, pandangannya tertuju ke sang Mamah yang sedang asyik mengobrol dengan Guru olahraga baru di depan parkiran sekolahnya.

"Nah itu yang aku maksud! "Tunjuk Angga tiba-tiba dari belakang bahu Rissa.Ternyata cowok imut itu masih mengikutinya dari belakang.

"Nyokap kamu kenal sama pa Dika Ris?"
"Ish ga tau ah! "Jawab Rissa semakin risih, karena belum habis rasa kesalnya pada Pa Faqih dan Angga, malah sekarang pemandangan di depan matanya semakin membuatnya senewen.
Dika Mahesa adalah salah satu Guru idola di sekolah Carissa. Walaupun baru menjadi Guru honorer, tapi dirinya langsung jadi idola para siswi karna memiliki tubuh yang atletis dan wajah yang macho.

"Hey! Anak mamah udah keluar!" Sapa Laras dengan suara lembut saat melihat Carissa sedang memandang dirinya dari jarak yang tidak terlalu jauh. Rissa berjalan mendekat seraya mencium punggung tangan sang Mamah juga Pa Dika sebagai tanda hormat.
"Jadi Risa ini anak kamu? Ko ngga mirip mamahnya ya?" Seru Pa Dika bernada kaget.

Ambyar sudah mood Rissa hari ini mendengar celetukan sang Guru olahraga yang menurutnya menyebalkan karena suka tebar pesona dengan Murid-muridnya.

Sebenarnya Rissa memiliki senyum manis dan bola mata indah mirip Laras, hanya saja bodynya memang belum seperfect sang Mamah karena dirinya masih dalam tahap pertumbuhan. Satu hal yang membuatnya tampak berbeda hanya karena Rissa tampilannya tomboy, sedangkan Laras sangat feminim.

"Haha, cuma bercanda ko!" Kilah Dika kemudian. Dia berusaha mencairkan suasana karena melihat raut wajah tak bersahabat sang murid.
"Yuk Mah, kita pulang!" Seru Rissa yang tiba-tiba menarik tangan Laras menjauhi Dika.

"Aku duluan ya!" Pamit Laras pada Dika sambil mengekor Carissa menuju mobilnya.
"Kalo emang Mang Jana mash sakit, kenapa Mamah ga pesen ojol aja sih buat jemput aku?" Protes Rissa ketika mereka sudah berada di dalam mobil matik silver yang dikendarai Laras.
"Tadi Mamah habis dari rumah Eyang Uti makanya sekalian jemput kamu, tapi ko yang dijemput malah ngga suka gitu! Terus salah Mamah dimana?" Sanggah Laras lembut sambil meniru gaya manyun putrinya yang sedang bersilang dada di samping kemudi.

"Mamah ko bisa ngobrol sama Pa Dika? Emang Mamah kenal? Atau jangan-jangan kalian sengaja janjian?" Cerocos Rissa masih dengan nada juteknya.
Laras menarik nafas panjang sambil terus fokus menyetir. "Pa Dika itu teman seangkatan Mamah waktu kuliah. Mamah juga baru tau kalau dia ngajar di sekolah kamu! Emangnya kamu ngefens ya sama Pa Dika terus cemburu gitu?"

"Ish, ya kali aku suka sama Bapak-bapak! Dari sekian banyak siswi di sekolah, cuma aku doang kali yang gak ngefans sama Pa Dika!"

Laras tertawa lepas mendengar cibiran polos putrinya. Carissa memang selalu marah bila melihat Laras terlibat obrolan dengan kaum lelaki.
Selepas kepergian sang Ayah Arsyad Adam empat tahun silam, Carissalah yang menjadi perisai bagi Laras untuk melindunginya dari incaran para lelaki yang berusaha mendekatinya. Bagi Rissa belum ada sosok lelaki sempurna yang bisa menggantikan sosok Almarhum Ayahnya.
"Aku cuma gak mau ada gosip yang gak jelas di sekolah nantinya! Secara Pa Dika itu kan duda." Jelas Rissa yang mulai melembutkan suaranya. Rissa bisa sangat sensitif kalau sudah menyangkut status Mamahnya.
"Oya? Mamah baru tahu kalau Pa Dika itu duda."
"Ya terus?"
"Ya ngga terus, cuma kaget aja!" Jawab Laras dengan ekspresi jahil. "Ya Sayang, Mamah tahu kok batasannya, kita tadi cuma 'say hello' aja, so don't worry!" lanjutnya menjelaskan.

Laras mengacak lembut rambut putri kesayangannya, sedangkan satu tangannya sibuk mengendalikan setir kemudi. Sejujurnya Laras tidak merasa keberatan dengan sikap Rissa yang membatasi pergaulannya dengan kaum pria. Dirinya sadar bahwa putrinya tidak ingin ada orang lain yang memandang rendah statusnya sebagai Single Mom.

Bình Luận Sách (19)

  • avatar
    CollectionAbinaya

    bagus banget

    24/06

      0
  • avatar
    Fenix8277

    danmm daddy

    23/06

      0
  • avatar
    YinZeprin

    cerita yg bagus saya suka😂😂😂j

    03/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất