logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 6 - Rencana pernikahan

“Ck! Bagi dong masa gue kebagian segini!”  Alvaro berdecak dramatis.
Deas tidak menghiraukan Alvaro, pria itu menjauhkan kotak brownies dari hadapan suami Jeanita. “Itu perut atau penampungan sampah sih, Al? Apa aja masuk. Udah 2 kotak brownies yang lo habisin, masih kurang? Ingat Allah membenci segala sesuatu yang berlebihan.”
“Gue masih lapar udah sini!” Alvaro merebut paksa kotak brownies dari tangan Deas. “Rel, minumnya udah pada habis, ambilin gih,” titah Alvaro bak tuan rumah.
Farrel menghentikan kunyahanya, laki-laki itu sedang memakan Pizza, “Punya kaki kan lo?”
Alvaro mengangguk. “Punya lah!”
“Gunanya kaki buat apa?”
“Jalan, lar—“
“Tuh tahu! Sana ambil sendiri!” potong Farrel cepat.
Alvaro mendengkus. “Nggak asyik lo, di mintain tolong juga!”
Deas datang dari arah dapur, ia membawa nampan berisi empat gelas jus jeruk. “Ini minum, nggak usah berisik! Selesai makan kita rapihkan ruang tamu!”
“Siap laksanakan!”
“Jangan ngomong doang, cepet abisin makanya!” cibir Farrel.
“Sean juga suruh ikut bersihin,  jangan  main  game mulu!  Dasar pria dingin, ada temen malah asyik sendiri," gerutu Alvaro disela makanya. Umur mereka berempat sudah akhir duapuluhan. Tetapi jika berkumpul tampak seperti anak awal duapuluh tahun.
“Lagi makan dilarang bicara! Sean lagi kerja bukan maih game dodol.” Farrel memperingati Alvaro.
“Dasar Workaholic!” ralat Alvaro. Setelah menyelesaikan makanya laki-laki itu juga ikut membereskan ruang tamu Sean. Sedangkan Sean—pria itu masih bergelut dengan benda tipis persegi miliknya, pria itu sedang memeriksa E-mail dari mitra bisnis.
* * *
“Done.” Alvaro medesah lega. Dia mendaratkan bokong di samping Sean, setengah jam sudah berlalu. Mereka telah selesai membersihkan ruang tamu yang tadinya mirip kapal pecah kini sudah bersih kembali.
“Udah dulu, Sean kerjanya, jarang lho kita quality time gini.”
Sean masih menscroll pesan elektronik itu dilayar Tab nya. ”Ngobrol aja gue dengerin, kok.”
“Kalau kita bahas hal biasa, dari tadi udah ngobrol bukan, makan.”
“Vanessa gadis yang cantik, baik dan perhatian kok lo nggak mau sih, Sean? Kurang apa dia?” Alvaro bertanya serius.
Mendengar nama 'Vanessa' di sebut Sean memandang Alvaro heran, dari mana sahabat laknatnya itu tahu?
“Tahu dari mana?”
“Adrian, siapa lagi?”
“Gue sibuk!” Sean berucap lirih, sungguh ia tak mau membahas tentang Vanessa.
Deas tersenyum tipis. Masih sama, Sean belum bisa melupakan mendiang Lily. ”Benar kata Adrian, lo belum move on, Sean."
"Pertanyaan gue cuman gini, sampai kapan? Ini sudah tahun ketiga kepergian Lily. Masih sama juga?”
Sean geram. 'Dasar Adrian kurang ajar. Mulut ember.' umpat Sean dalam hati.
“Nggak bisa jawab?! Jangan kaya orang yang nggak punya agama Sean, hidup harus terus berjalan. Kalau yang udah nggak ada ya, ikhlasin aja. Tiga tahun lo mutusin untuk stay di tempat dan mikirin ego yang nggak penting. Lo nggak mikirin si Rey, dia butuh Ibu!—“
“Gue tahu! Udah diem!” Sean menghentikan ucapan Deas. Dia sudah pusing dengan perkataan Bunda, Adrian dan sekarang Andreas juga ikut-ikutan. Rasanya kepala Sean ingin meledak, jika terus di jejali ceramah untuk melupakan Lily. Mereka tidak tahu apa yang ia rasakan.
“Udah diemin aja, Yas. Sean kalau udah begini harus di tinggal sendiri sebelum menjadi, Sean yang sekarang, bukan Sean yang dulu.” Farrel menghentikan ucapan Deas. Dia tahu jika obrolan tak di hentikan akan berakhir adu jotos antara Sean dan Deas.
“Biarin dia intropeksi diri dulu, kita pulang aja sekarang,” imbuh Farrel. " Kita pulang, Sean,”
Sepeninggal teman-temannya Sean memijat pelipis yang terasa pening. Sepertinya ia butuh air untuk menyegarkan pikiran.
Ponsel Sean berdering. Ada pesan masuk dari Bunda.
Sean tidak membalas pesan itu, ia lebih memilih mandi dan menjernihkan pikiran.
* * *
" Akhirnya kancil berhasil melewai danau dengan selamat."
Suara ketukan pintu menginterupsi Vanessa yang sedang membacakan dongeng sebelum tidur untuk Rey.
“Sa, keluar sebentar.” suara Mama.
Vanessa melangkah ke arah pintu. “Iya, Ma.”
“Rey sudah tidur?”
“Belum, Ma.” sudah dua hari Reynand menginap di rumah. Bocah kecil itu tidak mau pulang. Mau sama Mommy katanya.
“Di bawah ada Sean dan kelurganya, mereka datang untuk melamar kamu Sa. Sasa siap-siap ya, ganti baju, Mama tunggu di bawah. Nanti Rey ditemani Bi Ani.” setelah mengatakan itu,  Hana melangkah ke ruang tamu, menemui calon keluarga barunya.
“Sebentar lagi Vanessa turun, di minum dulu tehnya mumpung masih hangat.” Hana mempersilahkan tamunya untuk menikmati hidangan.
“Iya, terima kasih,” ucap Saga—Ayah Sean.
Selang beberapa menit Vanessa datang, dia langsung menyalami tangan Starla dan Saga. Dia juga tersenyum tipis ke arah Sean.
“Karena Vanessa sudah datang, saya akan langsung mengutarakan niat saya datang ke sini. Seperti yang kita sepakati untuk memperart tali silahturahmi dengan menikahkan kedua anak kita. Bagaimana dengan Vanessa, apakah setuju dengan keputusan kita?” jelas Saga mengurarakan niatnya.
Handy dan Hana saling pandang. “Kami belum tahu, sebaiknya tanyakan langsung pada anaknya.”
Saga tersenyum kemudian menatap Vanessa yang duduk di sebelah Hana. “Nak, Sasa, apakah sudah mempunyai jawaban untuk perjodohan ini?”
Semua mata memandang Vanessa menanti jawaban dari gadis cantik itu. Termasuk Sean, ia juga penasaran dengan jawaban Vanessa. Apakah dia akan menerima? Atau malah menolak? Yang jelas Sean harap Vanessa menolak saja.
Sean lelah seharian ini dijejali ceramah untuk move on dan saat malam malah disuruh untuk melamar. Sungguh, ceburkan saja  Sea ke laut. Dia belum sanggup untuk melangkah sejauh ini.
Lama menunggu, gadis cantik itu tak kunjung meberi jawaban. “Vanessa...” tegur Hana.
“Iya, Ma. Maaf sebelumnya, Sasa mau tahu tanggapan Kak Sean mengenai perjodohan ini apa?” tanya Vanessa akhirnya. Karena selama pendekatan dua minggu terkakhir Sean tidak ada usaha untuk dekat dengan dirinya. Kenapa laki-laki itu sangat dingin? Masa iya wanita yang harus memulai duluan? Yang benar saja. Ke laut aja sana!
Sean menatap Vanessa tak percaya, lama menunggu malah balik bertanya padanya? Jelas dia menolak perjodohan ini. Baru akan menjawab Sean menangkap kode dari Bunda untuk diam, mau tidak mau, Sean menurut. Sedingin apapun Sean jika sudah berhadapan dengan Starla Prasaja Sean akan menjadi anak penurut.
“Jawaban Sean tentu sangat setuju Sasa, bahkan Sean bahagia Rey akan memiliki Mommy, apalagi Mommy cantik seperti kamu, Sean juga sering bercerita kamu sangat menyayangi Rey.” Starla menjawab dengan senyum jahil.
Sean melebarkan kelopak mata mendengar ucapan Bunda. Kapan dia berkata begitu?
Hana megusap pelan tangan anaknya, Vanessa mengangguk. Sebenarnya Vanessa curiga dengan perkataan Tante Starla. Apa benar Seandingin itu bicara begitu tentang dirinya? Kok Vanessa mempertanyakan kebenaran ucapan itu?
Syukurlah Seandingin itu tampan dan mapan dia tidak perlu mencari lagi suami ideal. Walaupun duda, tidak masalah, dia lebih berpengalaman. Apalagi anaknya juga tampan dan lucu.
Okei Vanessa setuju.
"Sasa menerima perjodohan ini, Ma."
Semua orang mengucap syukur mendengar jawaban Vanessa, namun tidak dengan Sean.
“Alhamdulillah, Sasa juga setuju. Jadi kita bisa langsung mempersiapkan pernikahan kalian, karena kedua anak kita sudah setuju. Dua minggu dari sekarang seperti yang kita sepakati?” Starla berbicara dengan nada antusias, akhirnya Sean akan menikah lagi.
“Iya, kami setuju.”
Vano memandang Papa tidak percaya, beliau menyetujui bahwa dua minggu lagi pernikahan Vanessa dan Sean, apa tidak terlalu cepat?
“Maaf, apa tidak terlalu cepat?” Vano bertanya hati-hati.
“Tidak, bukanya lebih cepat lebih baik?” Starla balik bertanya.
“Saya mengerti Tante, tapi dua minggu lagi itu terlalu cepat. Kita juga harus mempersiapkan banyak hal. Bukanya itu tidak cukup waktu sebentar?” Vano terdiam sebentar. “Sekolah Sasa bagaimana? Apa sebaiknya tidak menunggu dia lulus?”
“Van..” tegur Handy, dia maklum dengan pertanyaan putranya, namun keluarga Prasaja? Vano memang tidak tahu perihal pernikahan yang dilaksanakan 2 minggu lagi, tapi dia dan keluarga Prasaja sudah sepakat.
“Vano hanya bertanya, Pa.”
“Nggak papa, biar saya jawab.” Starla tersenyum kearah Vano.
“Tante tegaskan sekali lagi Van, hal baik, tidak baik di tunda-tunda, sebaiknya segera di segerakan. Vano enggak usah hawatir, waktu dua minggu lebih dari cukup untuk mempersiapkan pernikahan Vanessa dan Sean.
Bukanya Tante pamer, Prasaja Group sanggup untuk mengurus pernikahan dalam waktu dua minggu, apalagi hanya kerabat dekat dan relasi bisnis Sean saja yang datang, juga tetangga sekitar biar tidak menimbulkan fitnah. Sekolah Sasa bisa kami atasi, Sasa bersekolah di SMA Mentari, sekolah swasta di bawah yayasan milik keluarga kami. Jadi apa yang kamu khawatirkan, Vano?”
“Tidak ada Tante.” Vano lupa bahwa Vanessa akan menikah dengan pewaris kerajaan bisnis, Prasaja Group. Perusahaan multinasional yang masuk ke 3 perusahaaan terbesar di Indonesia.
* * *
Bab 6 Married with cold man sudah update!
Makin dekat dengan pernikahan Sean dan Vanessa nih.
Yeay Rey mau punya mommy lagi.
Bagaimana bab ini guys?
See yaa di bab depan yaa guys yaa.
Salam sayang, Cia.
Follow Instagram : @fellicyamahendra

Bình Luận Sách (68)

  • avatar
    SaadahNursaadah

    masih penasaran dengan cinta Sean dan Vanessa....apalagi kalo LG dikamar...PGN ada season berikutnya...yg lebih romantis lagi...Karna sy sgt suka novel percintaan...

    21d

      0
  • avatar
    DeliaFahira

    aku sudah menjawab semua yang di sini dan aku bisa menjawab

    03/08

      0
  • avatar
    Sriyanti Andes

    aku suka yo membaca

    28/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất