logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Dimensi 5 : Mantra Terlarang

"Kau saudaranya dia?"
Tak ada tanggapan dari kurcaci baru itu. Usai berhasil menyadarkan yang tadi, nyaris saja kami ditinggal. Ahmed berusaha menghalangi jalan mereka.
"Ayolah, jangan pergi dulu! Kami butuh bantuan kalian."
Dua kurcaci saling bertatapan. Salah satunya mengambil ranting kayu dan menuliskan sesuatu diatas tanah. "Versa" dan "Viera" dua kata itu cukup jelas kami baca. Aku rasa itu nama keduanya. Mereka masih saja tak mau berbicara. Nyonya Rira mendekati mereka, lalu bertanya dengan lembut :
"Apa kalian memang tidak bisa berbicara?"
Keduanya hanya menggeleng. Nah, itu berati mereka bisa bicara! Tapi mulut keduanya sedari tadi tertutup rapat.
"Kalau memang bisa berbicara, kenapa tak mau bercakap dengan kami?"
Satu kurcaci sibuk mengecek tiga kantong kain yang diikat pada pakaiannya. Ia akhirnya membuka salah satunya. Mengeluarkan sesuatu dari dalam dengan menggenggamnya. Baru ia taburkan ke atasnya dan kurcaci disebelahnya. Muncul beberapa huruf aneh melayang, ia mulai mengucapkan bahasa yang tak kami pahami.
"Kakak, ini mantra terlarang!"
"Aku tahu itu, tapi dengan begini kita bisa bicara dengan para manusia ini. Aku yang namanya Versa. Dia adikku, namanya Viera."
"Oh, salam kenal untuk kalian berdua. Namaku Ryoko Rira. Panggil saja, Rira. Mereka teman-temanku juga."
Satu per satu kami diperkenalkan pada dua kurcaci itu. Mereka ternyata adalah Kurcaci Ras Faeza. Seperti yang dikatakan oleh Raja Peri Yorda, tugas mereka menjaga mimpi baik manusia.
"Lalu yang memberi mimpi buruk pada kami siapa?"
"Ada dua, pertama dari manusia itu sendiri dan kedua dari...ah!"
"Kresek! Kresek!"
Versa sampai melompat karena kaget, rupanya itu hanya kadal kecil. Viera menengadahkan telapak tangannya pada kadal itu. Kakaknya hanya berkacak pinggang pada adiknya.
"Kadalmu itu suka mengagetkanku!"
"Maaf, kak! Tapi simi baik kok!"
Astaga! Kadal pun punya nama disini. Baiklah, asal tidak kecoak lagi. Versa khawatir jika ada Ras Faeza lainnya yang melihat kami. Itu sebabnya, ia meminta kami berjalan ke rumahnya. Namun kedua bola matanya tetap waspada mengawasi sekitar.
"Kita bicara di rumah saja! Tidak aman kalau terus ada di kebun ini."
***
Ras Faeza memang banyak sekali bersentuhan dengan dunia manusia. Mereka bekerja setiap malam, menjaga mimpi para manusia agar tidak menjadi buruk.
"Tapi adakah makhluk selain kami yang menjadi penyebab datangnya mimpi buruk?"
"Mimpi buruk pada manusia terjadi karena pikirannya sendiri. Lalu ada juga yang datang dari pengaruh makhluk bawah tanah."
"Makhluk macam apalagi itu?"
"Ah, lebih baik kalian jangan sampai bertemu dengan mereka! Kekuatan sihir ilusinya luar biasa hebat. Kalian bisa terjebak pada mimpi buruk buatan mereka."
Versa tak mau menyebutkan makhluknya seperti apa. Dia malah menawari kami minum. Meski tidak haus, tapi tetap diminum untuk menghormati dirinya yang sudah menyuguhkan segelas air putih untuk kami.
"Ini aman untuk diminum kan?"
"Tentu saja aman! Kami minum itu setiap hari."
Arya menyodok pinggangku. Kupikir efeknya akan sama seperti makanan serta minuman yang disuguhkan oleh para peri tadi. Bisa membuat kami terjebak disini selamanya.
"Jadi, begitu cara kalian menggunakan sihir?"
"Ya, mantranya bisa kami genggam lalu ditaburkan. Baru akan muncul kalimat yang harus kami ucapkan."
"Kakak, aku mau main lagi ya sama simi."
"Iya, tapi jangan jauh dari sini. Ingat, Viera! Rahasiakan pertemuan kita dengan para manusia disini."
Viera mengangguk pasti. Ia kembali membawa kadal kecil itu keluar rumah. Kemunculan manusia di tempat mereka sangatlah berbahaya. Tidak ada hukuman lain selain melenyapkan mereka.
"Tapi kenapa?"
"Aku juga tak tahu! Hukum itu telah berlaku puluhan ribu tahun lamanya. Bahkan sebelum kami lahir."
"Versa, kami kesini bukan tanpa tujuan. Kata Raja Peri Yorda, ras-mu bisa membantu kami pulang ke dimensi manusia."
"Hm...begitu ya! Tapi, kalian hebat bisa lolos dari raja muda itu. Setahuku sudah banyak yang tak bisa kembali."
"Karena tidak lolos ujiannya kan?"
"Ya, kau benar!"
Kurcaci berambut hijau tua itu beranjak dari tempat duduknya. Duh, pantatku mulai tak nyaman duduk di kursi yang lebih pas untuk anak kecil ini. Beberapa kali aku mengubah posisi dudukku.
"Baiklah, kita coba mantra yang ini!"
Tangan Versa masuk ke dalam kantong kain kecil itu. Merogohnya sebentar lalu menaburkannya diantara kami. Muncul lagi beberap huruf asing melayang, dia mulai mengucapkan sesuatu. Kami merasakan sedikit melayang.
"Aduuhh!"
"Eh, kenapa terjatuh lagi ya? Padahal aku dan Viera bisa menggunakan ini untuk menuju ke dunia manusia."
"Kurasa sama saja seperti cermin milik Raja Peri Yorda tadi."
"Mantra milik ras Faeza tak berpengaruh apapun!"
"Hanya sedikit melayang saja tadi. Apa memang tidak cocok untuk manusia?"
Versa menghela napas panjang. Jelas ia mengakui tak mungkin menyembunyikan kami disini terlalu lama. Kalau Tetuanya tahu, dia bisa berada dalam masalah besar.
"Aku tahu! Ada satu tempat yang bisa kita gunakan untuk keluar dari area Padang Rumput Xana ini."
"Jangan lempar kami ke makhluk lainnya lagi!"
"Tidak, ini semacam pintu menuju ke tempat lain."
Wajah kami berempat seketika cerah kembali. Tapi setidaknya kami harus menunggu sampai malam tiba agar bisa menuju kesana. Huh! Kenapa harus disaat gelap?
"Pintu itu dalam kondisi tertutup. Aku harus mencuri mantra milik Tetua agar bisa membukanya."
"Kita disini sangat dipertaruhkan ya! Padahal dalam keyakinanku, mencuri itu dilarang."
"Dalam hukum manapun, mencuri itu jelas dilarang Ahmed!"
"Tapi kita harus bisa keluar dari sini! Ini bukan dimensi kita."
Satu yang aku khawatirkan, bagaimana kondisi anak-anak dan juga istriku? Semoga bisa cepat kembali dan bertemu mereka semua. Ah, ya juga sahabatku Dova dan Irana.
***
"Arya, apa yang kau lakukan?"
"Aku bosan ada di dalam terus. Mau menghirup udara segar."
"Huh! Bilang saja mau menyalakan rokokmu itu."
"Kenapa kalian berdua tidak mencoba untuk merokok?"
"Aku tidak terbiasa, Arya!"
"Aku sebenarnya juga beberapa kali merokok tapi tidak sepertimu."
"Yaah...baiklah. Terserah kalian saja, lagipula ini rokok terakhir milik...."
Aku dan Ahmed segera berlari dan berebut menengok melalui pintu. Kenapa suara Arya tiba-tiba menghilang? Kulihat ada sosok lain yang muncul disana selain dirinya.
"Ah, ada...."
"Tidak ada apa-apa, Vanesa!"
"Eh, tapi aku tadi sungguhan melihat manusia disini."
"Matamu salah melihat! Lagipula kau belum juga mulai bekerja."
"Iya, sebentar lagi aku akan pergi! Baiklah, aku berangkat dulu, Versa!"
Usai kurcaci yang dipanggil Vanesa itu menghilang, Versa dengan cepat menarik tubuh Arya yang tadi dijatuhnya lalu diinjak kepalanya. Kuat juga kurcaci ini menyeret tubuh manusia.
"Apa yang kau lakukan!"
"A-a-aku hanya mau menghabiskan sebatang rokok ini saja."
Versa mendengus kesal sambil menatap tajam pada Arya. Nyaris saja kurcaci lainnya mengetahui kalau ada manusia disini.
"Aku akan keluar dulu, baru nanti kembali lagi."
"Kau mau kemana, Versa?"
"Melihat kondisinya dulu, kita akan mencuri mantra itu saat semua ras Faeza pergi ke dunia manusia."
Kurcaci ini mengambil jubahnya, lalu menutupkan tudungnya ke kepala. Viera sudah menghilang entah kemana. Saat kembali lagi, Versa mengacungkan satu jempolnya.
"Tidak perlu mengendap-endap lagi kan?"
"Tidak perlu! Semuanya sudah pergi."
Rasanya aneh mencuri sebuah mantra. Namun inilah yang harus kami lakukan. Versa dengan mudahnya membuka pintu rumah Tetua, ia bersiap dengan satu kantong kain. Langkah kakinya menuju ke sebuah altar tempat beberapa huruf aneh melayang dengan ajaib.
Cepat sekali gerakannya menangkap mantra itu. Tak lupa diikatnya dengan tali, sebelum ia membuka kantong kain lainnya. Muncul beberapa huruf yang sama anehnya serta melayang saat diletakkan diatas altar tadi.
"Sst...! Apa yang kau lakukan tadi, Versa?"
"Aku menukarkan mantra yang asli dengan mantra buatanku. Supaya mereka tidak tahu. Kalau altar tadi kosong, jelas Tetua akan kembali dengan cepat. Dia sangat sensitif!"
Kami semua langsung diajak berlari keluar dari pemukiman kurcaci ini. Menyelusuri Kebun Buah Pinch terasa lebih cepat saat malam hari. Baru keluar ke Padang Rumput Xana. Kami terkejut saat ada yang mencoba menghalangi didepan sana.
"Berhentiii! Kakak sudah melakukan kesalahan besar!"
"VIERA?"

Bình Luận Sách (143)

  • avatar
    ZalRizal

    500

    11d

      0
  • avatar
    Aj Mi

    mantap

    24d

      0
  • avatar
    SptrTristan

    bagus sekali

    22/08

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất