logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 5 Tugas Baru

"Salam kenal. Nama saya, Izekiel." Ucap Izekiel dengan intonasi yang kalem dan tegas. Layaknya seorang ksatria.
Diane hanya bisa menatap ke arah Izekiel dengan tatapan susah diartikan.
"Tadi siapa namamu?"
"Izekiel, bu!"
"Ize.. Ise.. Ijakil?" Izekiel menghela nafas frustasi.
Tidak direkturnya, tidak atasannya sama saja.
"Oke. Selamat datang di divisi kami. Kamu sudah tau, bukan tugas kami seperti apa?"
"Sudah." Balas Izekiel sambil mengangguk paham.
"Bagus. Sekarang, kamu mendapatkan tugas baru." Kemudian Diane menyerahkan sebuah tablet kepada Izakiel.
"Namanya Andy, usianya masih sangat muda. Baru berusia 10 tahun." Kemudian, Diane menjelaskan lagi bahwa Andy ini bukan meninggal karena penyakit, tetapi dia ingin bunuh diri.
Dia sudah ingin melakukan bunuh diri jauh-jauh hari, tapi Andy mengurungkan niatnya karena dia masih memikirkan orang tuanya.
"Jadi... Tugasku mengawasi dia dan mencoba membujuk dia untuk tidak membunuh diri?"
Diane mengangguk benar. "Sebelum itu..." Diane bangkit berdiri dan berkata, "Karena kamu masih baru, aku akan ikut denganmu selama 8 bulan."
Diane berjalan lebih dulu dan dia menoleh ke arah Izekiel yang masih berdiri di sana.
"Kenapa kamu diam saja? Ayo!" lelaki itu langsung menyusul atasannya dan mereka berdua segera keluar dari gedung perusahaannya.
*******
Mobil MPV berhenti di depan sebuah rumah sederharna di sebuah desa dekat pinggiran kota.
Diane dan Izekiel turun dari mobil dan melihat betapa mirisnya keadaan rumah Andy. Rumah yang tidak terurus dengan baik, banyak atap berlubang, dan dindingnya hanya terbuat dari seng besi yang pasti akan terbang jika badai angin tiba.
"I-ini... Ini rumah Andy?" Tanya Izekiel kepada atasannya. "Benar. Ayo kita lihat lebih dekat."
Mereka berdua berjalan menyusuri sekitar rumah target mereka. Hingga Izekiel melihat ke arah seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun sedang mengerjakan pr dari sekolah.
Tiba-tiba seorang pria yang diketahui adalah ayah bocah itu datang dan melihat ke arah bocah itu.
"Ngapain kamu?"
"Ngerjain PR, ayah." Jawab bocah itu dengan suara rendah.
"Ngerjain PR katamu?" Tiba-tiba pria dewasa itu mengambil buku secara paksa dan merobeknya dengan keras.
"AYAH SUDAH BILANG KALAU KAMU TIDAK BOLEH SEKOLAH!! MASIH SAJA PERGI KE SANA!!"
"Tapi-"
"Gak ada tapi, tapian. Mending kamu bantu ayah dan ibu bekerja. Sana!! Cari kerja dan dapatkan uang yang banyak!!" pria itu mendorong tubuh kecil anaknya hingga terjatuh.
Izekiel yang melihat itu tidak tega dan langsung pergi ke sana. Melindungi anak itu, tetapi ditahan oleh Diane.
"Ingat. Kita tidak boleh ikut campur urusan manusia."
"Tapi... Anak itu kasihan..." Diane menatap tajam ke arah Izekiel membuat pria itu tidak bisa berkutit dengan atasannya.
Sepeninggalan ayah dari bocah itu, bocah lelaki itu melihat ke arah buku prnya yang sudah robek tidak karuan.
Dia berjongkok dan mengumpulkan sobekan-sobekan yang dilakukan oleh ayahnya sambil terisak tangisan.
Izekiel yang melihat dari kejauhan hanya bisa diam saja. Dia tidak mungkin membela bocah itu karena dia sudah mendapatkan tanggung jawab yang besar bahwa dirinya tidak boleh ikut campur dengan urusan manusia.
"Tugas kita hanya mengawasi dan ketika ajal anak itu telah tiba dengan bunuh diri, kita boleh berbicara dengannya." Ucap Diane memberitahu Izekiel struktur kerja di divisi ini.
Setelah membersihkan barang-barang yang berserakan, Andy keluar dari kamarnya dan melihat ayahnya yang tengah sibuk nonton pertandingan tinju sambil minum alkohol.
Sudah 2 botol alkohol yang ayah Andy habiskan.
"Ayah... Aku pergi kerja dulu."
"Hmmm... Jangan lupa bawa uang yang banyak sebelum kamu pulang ke sini."
Andy mengangguk paham dan berjalan keluar dari rumahnya.
Pekerjaan sampingannya adalah pengantar koran. Tiap pagi, Andy berjalan ke tiap rumah untuk mengantarkan koran.
Dan setelah itu, Andy mendapatkan penghasilan. Namun, uang yang dihasilkan dengan mengantarkan koran tidak cukup.
Akhirnya, Andy yang sudah mempersiapkan diri membawa alat-alat pembersih sepatu dan menunggu melihat orang-orang yang berlalu lalang.
Menunggu seseorang yang ingin dibersihkan oleh Andy.
Berjam-jam menunggu hingga seseorang berhenti persis di depan Andy yang tengah duduk di atas aspal sambil memeluk kedua kakinya.
Andy menoleh ke atas melihat Izekiel tengah berdiri di depan matanya.
*******
"Siapa namamu?" Tanya Izekiel kepada Andy.
"Andy, kak." Balas Andy sambil menggosokkan sepatu milik Izekiel.
"Kenapa tidak sekolah?" Andy menunduk kepalanya.
"Keluarga kami tidak memiliki uang..." Izekiel menghela nafas panjang.
"Bukannya ada beasiswa dari pemerintah?" Izekiel sebelumnya mencari tau tentang beasiswa di negara ini.
Pemerintah memberikan beasiswa untuk anak-anak miskin. Seharusnya Andy bisa sekolah.
Andy tidak bisa menjawab pertanyaan Izekiel. Izekiel kemudian panik bukan main. Apa pertanyaan dia terlalu kasar?
"Orang tua kami tidak ingin aku sekolah..."
Izekiel terdiam beberapa saat. "Keluarga kami benar-benar melarat. Untuk biaya makan saja kami kesusahan."
Andy buru-buru mengusap air matanya yang turun. "Ini semua salahku..."
"Andy... Kamu jangan begitu..."
"Tapi benar... Ayah dan ibu menganggapku sebagai beban. Tidak guna, dan mereka bilang 'seharusnya kamu tidak lahir saja di dunia ini'."
Hati Izekiel langsung sakit sekali. Dia bukan anaknya dari kedua orang tua Andy, tetapi rasa sakitnya langsung menusuk ke dalam jantungnya.
Apalagi Andy-nya sendiri?
"Andy..."
Andy tersenyum dan dia menatap ke arah Izekiel.
"Benar kata mereka. Seharusnya aku mati saja."
"Andy!!" Seru Izekiel dan tidak sengaja meninggikan suaranya membuat bocah berusia 10 tahun terkejut bukan main.
Izekiel sadar atas perbuatannya dan segera meminta maaf kepada Andy.
Andy melanjutkan tugasnya hingga selesai, mereka berdua tidak berbicara satu sama lain.
*********
Diane melirik ke arah pria di sebelahnya. Kini, mereka berdua sedang berada di dalam mobil milik perusahaan dan menunggu di depan rumah Andy.
Diane mengecek ponsel pintarnya dan dia menaikan sebelah alisnya. "Aneh..." mendengar ucapan dari atasannya, Izekiel langsung menoleh ke arah Diane.
"Kenapa Andy tidak muncul di daftar resiko bunuh diri? Sebelumnya masih ada."
Kemudian, mereka berdua termenung sejenak. Sebuah firasat buruk muncul di dalam hati mereka berdua.
Keduanya secara bersamaan keluar rumah dan berlari ke arah sisi sebelah rumah Andy. Diane dan Zekiel segera mengecek keadaan Andy lewat jendela.
Wanita berkuncir kuda itu mendengar suara Andy dan dia langsung mencari keberadaan bocah berusia 10 tahun.
"Maafkan aku ayah... Maafkan aku ibu..."
"Maaf, maaf... Dengan permintaan maafmu kita puas, begitu!!" Seru sang ibu kesal dan Andy terus meminta maaf sambil menangis.
"Maafkan aku..." sang ayah yang tidak tahan dengan tangisan anaknya langsung memukul Andy dengan sapu tanpa ampun.
"ANAK TIDAK TAU DIRI!! AYAH SUDAH BILANG JANGAN PULANG SAMPAI UANGNYA BANYAK!!"
"Ayah... maafkan aku..."
Izekiel yang menyusul Diane dan melihat itu benar-benar marah besar.
"Kamu ingat, kan apa yang aku bilang."
"Tapi..."
"Kita hanya awasi saja..." Izekiel hanya pasrah sambil melihat keadaan Andy yang dipukul oleh ayah dan ibunya.
"Ayah... Ibu... Aku benar-benar minta maaf... Aku berjanji menjadi anak baik..."
Sang ayah yabg benar-benar emosi langsung mendorong anaknya dengan keras hingga kepala Andy langsung terkena ujung meja kayu yang runcing.
Seketika Andy tidak sadarkan diri. Ayah dan ibunya pun panik dan segera dibawakan ke rumah sakit.
Setiba di rumah sakit, dua malaikat maut itu melihat dengan tatapan tidak bisa diartikan.
Andy secara langsung meninggal akibat pendarahan di kepalanya.
Diane hanya bisa menghela nafas panjang sambil melihat ke arah ponsel pintarnya.
"Sial... Kenapa aplikasinya ini tidak berfungsi dengan semestinya."
Izekiel melihat ke arah Andy yang tengah melihat kedua orang tuanya menangis dengan kencang.
Lebih tepatnya, arwah Andy yang ada di sana. Tiba-tiba dua pegawai divisi pengawal datang.
Diane yang melihat kehadiran anak buahnya mengatakan. "Kalian kembalilah. Biar saya bawa anak ini ke sana."
Mereka berdua mengangguk paham dan langsung pergi meninggalkan mereka. Diane menoleh ke arah Izekiel.
"Kamu juga harus pulang. Urusan anak ini, biar aku saja." Izekiel hanya mengangguk pelan dan segera pulang.
Diane kemudian kembali ke arah Andy yang tengah berdiri memandang dirinya yang sudah tidak sadarkan diri.
"Andy..." Andy menoleh ke arah Diane dengan tatapan kosong.
Diane tersenyum simpul dan menepuk pundak bocah sepuluh tahun itu. "Ayo kita pulang. Ke tempat seharusnya kamu berada."
"Kamu siapa?"
"Aku adalah malaikat maut. Waktumu sudah selesai, Andy."

Bình Luận Sách (172)

  • avatar
    MiiRed

    bagus ceritanya

    1d

      1
  • avatar
    BudyantoAgus

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    YantoDaryanto

    ceritanya bagus

    6d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất