logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 4 Hari Pertama

"Selamat pagi, direktur!! Ada yang bisa saya bantu!!" Seorang gadis muda memakai kacamata bulat itu dengan semangat pagi menyapa bosnya.
"Kamu semangat sekali, hyahahaha!!" Seperti biasa wanita berusia 50-an itu selalu tertawa kalau baginya itu lucu.
"Hari ini, ada pegawai baru yang bergabung di sini. Tolong perkenalkan semua divisi beserta fasilitas-fasilitas yang ada di sini. Mengerti?"
"Siap laksanakan!!" Jawab gadis muda berambut bob kembali semangat.
Izekiel telah tiba dan direktur langsung memperkenalkan Izekiel kepada gadis muda tersebut.
"Oh!! Kamu sudah datang rupanya. Perkenalkan, dia adalah pegawai baru kita di sini. Namanya Ijekel."
"Izekiel, direktur." Balas Izekiel membenarkan ucapan dari bosnya.
"Ya... Apapun itu namamu. Dan gadis di sana adalah Marina. Dia adalah sekretaris sekaligus asisten saya."
"Saya Marina!! Mohon bantuannya!!" Ucap Marina masih dengan rasa semangatnya.
"Salam kenal. Mohon bantuannya." balas Izekiel dengan sopan.
Kemudian, direktur berkata kepada lelaki itu. "Meskipun kelihatannya muda, dia sudah berusia 167 tahun."
Kedua mata Izekiel langsung melotot saat mengetahui usia Marina sebenarnya.
"Kalau begitu kami permisi dulu, direktur." Ucap Marina pamit kepada bosnya diikuti oleh Izekiel dan mereka berdua berjalan keluar dari ruangan direktur tersebut.
Perjalanan pertama, Marina memperkenalkan ke divisi pencatatan buku keluar masuk arwah.
Berada di lantai 12 dan merupakan divisi favorit ke-3 di perusahaan ini.
Marina menunjukan kesibukan para pegawai di divisi tersebut kepada Izekiel.
Izekiel tentu merasa takjub dan aneh saat dirinya melihat para pegawai di sana bekerja. Jujur saja, ini pertama kalinya dia melihat orang-orang hanya duduk di kursi dan kedua tangannya sibuk dengan mengetik di komputer.
"Itu apa?" Tunjuk Izekiel ke arah monitor salah satu pegawai yang sedang bekerja.
"Itu namanya monitor. Layar yang akan muncul ketika mesin dinyalakan."
"M-mesin?" Tanya Izekiel sekali lagi. Dirinya benar-benar tidak paham soal teknologi.
"Ah! Maafkan saya. Saya baru ingat bahwa anda bukan berasal dari dunia ini." Kemudian Marina langsung menjetikan kedua jarinya ke arah Izekiel.
Tiba-tiba Izekiel langsung paham dengan segala sesuatu tentang komputer dan lainnya.
Hanya sekali jetikan saja, dirinya sudah paham dengan dunia asing itu. "Saya sudah diijinkan oleh direktur tentang ini."
Kemudian, mereka malanjutkan perjalanan ke divisi berikutnya.
Lift kembali terbuka dan melihat 3 orang yang sedang menelepon. Mereka bertiga berbicara dengan berbeda bahasa.
"Mereka bertiga adalah pegawai dari divisi informasi global. Biasanya mereka akan menginformasi lokasi, waktu, dan kejadian kematian seseorang di berbagai negara dan berbagai bahasa." Marina menjelaskan dengan mudah dimengerti.
Beberapa saat, lift kembali terbuka dan mereka berdua malanjutkan perjalanan berikutnya ke sebuah ruangan yang sedikit gelap dari biasanya.
Marina berhenti dan menunjukan kepada Izekiel tentang divisi selanjutnya.
"Sekarang, tempat ini adalah divisi perekam kehidupan seseorang selama mereka hidup."
"Tujuannya adalah melihat dan mengawasi apa saja para manusia lakukan di dunia fana. Jika melakukan hal kejahatan dan dosa-dosa, para pegawai ini akan mencatat itu dan diserahkan ke divisi pengadilan neraka dan surga."
Izekiel mengangguk paham. "Marina!!" Marina dan Izekiel menoleh ke arah asal suara.
Salah satu pegawai itu menghampiri mereka berdua dan berkata, "Makan siang bareng kita, yuk!!"
Marina mengangguk dan membalas, "Boleh. Tapi habis aku selesai dengan urusan ini."
"Oke." Balas pemuda memakai kacamata itu dan mereka berdua langsung meninggalkan lokasi.
"Siapa dia?" Kemudian Izekiel mulai penasaran dengan pria tadi.
"Temanku. Sebelumnya, aku bekerja di divisi itu."
Mereka menuju ke lift lagi dan Marina menekan tombol angka 38. Menuju ke lantai 38.
"Tempat ini adalah Divisi Pengadilan Surga dan Neraka. Dokumen yang sudah dicatat oleh divisi sebelumnya akan ditentukan oleh mereka. Apakah seseorang masuk ke surga atau neraka."
"Dan sekarang... Kita akan kembali ke turun." Mereka berdua kembali ke lift dan beberapa saat mereka kembali ke lobby.
Bersamaan itu, Marina dan Izekiel melihat sekelompok orang memakai jas serba hitam sekitar puluhan berjalan dengan sigap dan elegan menuju keluar gedung tersebut.
"Siapa mereka?" Tanya Izekiel lagi.
"Mereka adalah Divisi Penagawal. Mereka adalah malaikat maut sesungguhnya jika dilihat oleh para manusia."
"Tugasnya adalah mengkawal arwah ke tempat khusus bagi mereka." Balas Marina dan dia menoleh ke arah lelaki berambut pirang itu.
"Tugasku sudah selesai. Kamu bisa kembali ke ruang direktur untuk menentukan divisi mana yang kamu mau."
Marina berjalan menuju ke tempatnya dan Izekiel hanya bisa menghela nafas panjang.
Tidak menyangka bahwa pekerjaan seperti ini sangat susah baginya. Kemudian, dia berpikir sejenak, divisi mana yang cocok dengannya.
*********
Izekiel membuka pintu ruangan direktur dan tidak sengaja mendengar suara percakapan direktur dengan seorang wanita asing.
Izekiel kemudian berdiri sedikit jauh dengan mereka berdua dan ketika mendengar tidak suara dari mereka berdua, Izekiel melihat ke arah seorang wanita berponi rata itu berjalan ke arah luar ruangan.
Setelah wanita asing itu pergi, kini Izekiel maju dan menghadap ke arah direktur.
"Oh!! Bagaimana kelilingnya?"
"Seru." Jawab Izekiel singkat dan padat.
Kemudian, direktur bangkit berdiri dan berkata. "Kemarin saat kamu bersama Pablo, aku dan dewan direksi sedang rapat sesuatu."
"Rapat? Tentang apa?" Ucap Izekiel kebingungan.
"Tentang kamu."
Sehari sebelumnya....
"Apa?! Anak baru dari dunia entah berantah akan dimasukan ke divisi yang anda buat? Saya tidak terima, direktur!!"
Salah satu dari 5 dewan divisi menolak dengan usulan dari direktur. Disusul oleh yang lain.
"Dan juga... Saya menentang untuk membuat divisi baru tentang mencegah bunuh diri."
"Ya. Saya tidak setuju. Bunuh diri adalah pilihan mereka. Bahkan mereka sudah diberitahu kalau bunuh diri itu dosa."
"Direktur..." seorang wanita berkuncir kuda itu menatap direktur dengan tatapan tajam. "Anda sudah dengar, kan? Mereka semua tidak setuju dengan pembentukan ini."
Direktur menghela nafas panjang. Sangat sulit mengajak mereka untuk setuju membentuk divisi baru. Apalagi tentang pencegahan bunuh diri.
"Dengar semuanya... Saya paham perasaan kalian. Bunuh diri merupakan konsekuensi yang harus diterima, tapi-"
"Maaf direktur. Kami sudah membulatkan keputusan ini."
Direktur benar-benar kalah dengan kelima direksi divisi.
Kemudian, sebuah ide muncul secara tiba-tiba di kepala direktur.
"Bagaimana..." direktur menoleh ke arah wanita berkuncir serta poni rata tadi.
"Mengingat semua divisi memiliki tugas yang sangat sibuk..." direktur menatap ke arah wanita berdarah dingin dan kemudian menatap ke arah lain.
"Terkecuali divisi pengawal yang memiliki tugas yang lumayan gampang serta personil yang banyak. Saya akan memutuskan bahwa tugas divisi pengawal akan bertambah..."
Semuanya langsung terkejut. Tidak terkecuali si ketua divisi pengawal yang memiliki firasat buruk.
"Karena tugas divisi pengawal hampir sama dengan pencegahan bunuh diri. Saya akan memberi tugas tambahan kepada divisi pengawal untuk tidak hanya mengkawal arwah saja, tetapi..."
"Mengawasi manusia-manusia yang mencegah bunuh diri."
*******
"Apa maksud anda!! Ini keterlaluan, direktur!!" Wanita berponi rata itu kesal dan tidak sengaja mendobrak meja direktur.
"Jaga sikapmu, Diane." Direktur memperingati kepada Diane, ketua divisi pengawal itu.
"Itu bukan keterlaluan. Lagipula tugasnya sama kok."
"Apa maksud dari semuanya, direktur?" Direktur tersenyum sedikit dan dia menoleh ke arah Diane.
*******
"Jadi... Mereka akan tetap melaksanakan tugas barunya?" Direktur mengangguk pelan.
"Sebenarnya, bunuh diri juga merupakan kematian. Tetapi kematian secara sengaja." Ucap direktur.
"Mereka menjalani kehidupan dengan susah dan penuh penderitaan. Tetapi, sebagian orang, mereka tidak kuat untuk menjalaninya."
"Mereka bunuh diri karena tidak ada pilihan lainnya. Tidak ada orang yang mendukung dan memberi rasa aman kepada mereka. Untuk itulah mereka 'terpaksa' melakukannya." Direktur menoleh ke arah Izekiel.
"Mereka sebenarnya ingin hidup, Izekiel."
"Direktur." Direrktur menghembuskan nafasnya dengan panjang.
"Tadi, aku dan ketua pengawal yang kamu lihat sempat diskusi tentang tugas baru mereka."
"Tugas barunya adalah para pengawal akan mengawasi dan memberi peringatan bahwa dosanya jika bunuh diri."
"Jika manusia masih bersikeras untuk mati, para pengawal tidak bisa memaksa mereka."
Izekiel dan direktur saling diam satu sama lain. "Bagaimana dengan saya?"
Direktur langsung memukul dahinya sendiri. "Aku lupa tentangmu..."
Kemudian, direktur berkata, "Apakah kamu sudah menentukan divisi mana yang menurutmu cocok denganmu?"
Izekiel menggelengkan kepalanya. "Beberapa divisi tidak ada yang cocok denganku. Kebanyakan duduk dan melihat layar monitor. Aku harus membiasakan begitu lama dengan perangkat komputer."
"Benar juga..." tiba-tiba direktur mempunyai ide yang cemerlang.
"Aku sudah menemukan divisi yang bagus untukmu." Izekiel menoleh ke arah sang direktur dengan pandangan kebingungan.

Bình Luận Sách (172)

  • avatar
    MiiRed

    bagus ceritanya

    1d

      1
  • avatar
    BudyantoAgus

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    YantoDaryanto

    ceritanya bagus

    6d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất