logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Angel of Death

Angel of Death

Crystal Kim


Chương 1 Prolog : Selalu Berada di Nomor 2

Sebuah kerajaan yang sangat makmur dan sejahtera. Sebuah kerajaan yang luas dan terkenal dengan kekuatan militer yabg sangat kuat dan hebat.
Kerajaan itu mendapatkan kabar buruk. Mereka akan diserang oleh sekelompok organisasi jahat untuk menghancurkan kerajaan itu, menculik Putri Felicia dan mengambil barang pusaka milik kerajaan untuk menguasai dunia.
Seluruh pasukan kstaria yang sudah dilatih dengan keras dan kuat bersiap-siap untuk melakukan perang yang sangat besar.
"Eric!!" Seru seseorang yang memanggil nama sang ksatria. Dialah Eric Van Dumorigh, seorang komandan ksatria yang terkenal akan kegigihan dan bersusah payah untuk melawan orang yang jahat.
"Persiapan sudah selesai." Eric mengangguk dengan mantap. Seorang pria berambut pirang panjang hendak pergi meninggalkan Eric, namun komandan itu langsung memberhentikan langkah kaki sahabatnya yang selalu setia kepada Eric.
"Izekiel..." pria berambut pirang bernama Izekiel langsung memutar tubuhnya ke belakang. Memandang ke arah Eric dengan tatapan menunggu jawaban dari komandan satu itu.
Eric tersenyum dengan tulus dan mengucapkan sesuatu kepada Izekiel. "Kita harus bertahan sampai perang ini selesai."
Izekiel terdiam beberapa saat dan lelaki bertubuh tinggi itu mengangguk paham.
Benar perkataan Eric. Eric, dirinya, dan semua orang yang ada di Kerajaan Ardartis berjuang untuk melindungi kerjaan dan tempat tinggalnya, serta bertahan hidup dari siksaan dari musuh.
Eric kemudian memasang helm perangnya, begitu pun juga dengan Izekiel.
Mereka berdua keluar dari markas dan melihat sekitar ribuan pasukan telah berdiri menunggu komandan yang mereka hormati keluar dari dalam markas dan memberi kata-kata motivasi dan semangat untuk mereka.
Eric kemudian memberi pidato kepada seluruh pasukan yang akan berperang untuk membela dan melindungi kerajaan.
"Sekarang... Rumah kita dalam bencana yang sangat besar..."
"Kalian tau, kan kenapa kalian semua berdiri di sini?" Izekiel yang berada di belakang Eric memandang ke arah sahabatnya sejak kecil dan kemudian mengalihkan ke arah ribuan pasukan di depan matanya.
"Benar... KITA HARUS MELINDUNGI RUMAH KITA INI!!"
"Jika kalian merasa takut untuk mati... Lebih baik pulang saja dan tidak usah ikut ke dalam perang!!" Reaksi para pasukan langsung berkobar dan semuanya tidak mau melepaskan tanggung jawabnya sebagai ksatria.
Izekiel tersenyum kecil. Eric sudah mengalami kemajuan yang sangat besar. Pertama kalinya dirinya tidak sengaja bertemu dengan Eric ketika dirinya bermain petak umpet bersama anak-anak lainnya.
Eric kecil itu awalnya pendiam dan jarang ngomong. Sekarang, Izekiel menyadari bahwa dirinya yang sekarang yang jarang ngomong daripada Eric.
Di dalam lubuk hatinya yang dalam, Izekiel merasa iri dengan Eric. Jabatannya yang sangat tinggi, populer, lebih kuat darinya, dan juga wanita yang dia suka, Putri Felicia menyukai sosok Eric.
Hati Izekiel benar-benar hancur. Cintanya bertepuk sebelah tangan dan lebih hancur, dirinya selalu dianggap sebagai 'bayangan' Eric.
Kapanpun dan dimanapun, saat Izekiel selalu berada di sisi Eric, orang-orang menganggap Izekiel adalah 'si nomor 2'.
Izekiel mengepalkan kedua tangannya lebih keras. Hidupnya benar-benar tidak bahagia.
Dia adalah anak yatim piatu. Dibesarkan di panti asuhan yang biasa saja. Orang terdekatnya adalah teman-teman seusianya dan bibi panti yang selalu sayang dengan anak-anak panti.
Sementara Eric, dia dilahirkan di sebuah keluarga bangsawan dengan gelar 'duke'. Orang tuanya lengkap, sayang dengan Eric. Saudara-saudaranya juga sayang dengan Eric.
Kehidupan Eric benar-benar sempurna. Apalagi, ada kabar bahwa setelah perang selesai, Eric akan menikah dengan putri mahkota di kerajaan ini, Putri Felicia.
Izekiel menghela nafas panjang bersamaan dengan pidato Eric telah selesai.
Mereka semuanya berjalan meninggalkan kerajaan dan melawan para penjahat yang mencoba memusnahkan kerajaan ini.
*****
5 bulan setelah mereka keluar dari kerajaan dan terus berjuang untuk mendapatkan kemenangan.
Para pemimpin militer berkumpul untuk mendiskusikan rencana dan strategis agar para kelompok jahat itu segera musnah.
"Sudah 5 bulan dan kita masih begini-begini terus." Ujar sang jendral yang memulai sesi rapatnya.
"Apa selanjutnya kita pakai kali ini, komandan?" Kemudian mereka langsung menoleh ke arah Eric yang tengah berpikir keras.
Izekiel yang juga dalam rapat kali ini menunggu jawaban dari Eric.
"Aku memiliki ide yang menarik."
"Apa itu?" Semuanya langsung menunggu dengan tidak sabar mendengar jawaban dari Eric.
"Ini sedikit resiko, tetapi dengan rencana ini, kita pasti akan menang..."
"Beberapa dari kita akan menyusup ke markas utama mereka dan langsung membunuh ketua kelompok itu." Jawab Eric akhirnya. Beberapa ada yang setuju, tetapi tidak sedikit yang menentang.
"Saya tidak setuju!! Bisa-bisa kita akan ditangkap."
"Kita tidak ditangkap jika kita lihai dalam bersembunyi." Kemudian Eric melirik ke arah Izekiel.
"Benar kan, letnan?" Izekiel mengangguk setuju.
"Aku, Komandan Izekiel, dan 2 pasukan pilihanku akan pergi ke markas utama di sana. Kalian suruh pasukan yang lain seperti biasa melawan mereka dari luar."
Akhirnya semuanya sepakat dan keesokan malamnya, mereka melakukan operasi di markas kelompok penjahat itu.
Izekiel, Eric, Arum, seorang penyihir hitam dan diakui sebagai penyihir paling hebat dari 5 kerajaan besar, dan Torba, seorang ksatria berbadan besar yang jago dalam mengendap-endap dalam kesunyian.
Torba mencoba membuka kunci pintu ruang kerja ketua kelompok penjahat itu. Dan tidak membutuhkan waktu yang lama, pintu tersebut telah dibuka.
Sang penyihir, Arum kemarin sudah mengecek kegiatan sang ketua akhir-akhir ini dan hasilnya, sang ketua saat malam selalu berada di ruang kerjanya.
Mereka kemudian memasuki ruang kerja tersebut dengan hati-hati dan melihat sekelilingnya. Tampaknya sang ketua belum kunjung datang.
"Kalian berdua... lihat ke dalam dan cek ke sana. Kami akan menunggu dan mengawasi jika dia akan datang ke sini." Arum dan Torba mengangguk mengerti dan mereka berdua segera mengecek ke arah dalam lagi yang diketahui adalah kamar pribadi ketua kelompok penjahat itu.
Izekiel dan Eric masih berada di ruangan tadi sambil melihat sekitar. Hingga hampir 2 jam, Arum dan Torba belum kunjung kembali.
Izekiel yang menyadari keanehan itu langsung melapor kepada Eric.
"Mereka belum kunjung kembali, Eric." Eric juga sama dengan Izekiel dan mereka berdua segers masuk ke dalam kamar pribadi si antagonis utama bagi mereka.
Saat memasuki ke kamar pribadi, keduanya terkejut bahwa di dalam sana banyak darah yang berceceran di mana-mana.
"Wow... Lihat siapa yang datang ke tempatku ini?" Izekiel dan Eric langsung menoleh.
Pria tinggi dengan rambut cokelat gelap yang dirapihkan ke belakang. Menggunakan kimono tidur berwarna gelap dengan membawa gelas wine di tangan kanannya.
Pria itu tersenyum dengan lebar. Izekiel kembali terkejut bahwa Arum dan Torba mati digantung oleh penjahat itu.
Bagian perut mereka ditusuk dengan sebuah alat runcing mirip jangkar besar.
Eric dan Izekiel benar-benar murka sekarang. "Kau..."
Penjahat itu tentu tertawa dengan kencang. Puas dengan ekspresi dua pahlawan yang benar-benar emosi sekali.
"Aku suka sekali dengan pemandangan seperti ini."
"Oh ya!! Satu lagi..." dia mengeluarkan sebuah tongkat kayu kecil dari tangan kirinya.
"Apa itu?"
"Kalian mau tau ini apa?" Kata penjahat itu dengan santai.
"Jika aku mematahkan kayu kecil ini..."
"... BOOMM!! Kerajaan kalian akan musnah..."
"A-apa?!" Kedua terkejut bukan main. Bagaimana bisa mereka memasang alat peledak di tempat yang seluas ini.
"Maaf sekali, tuan-tuan... Aku tidak bisa memberitahu dimana letak bom sihir diletakan."
"Tapi percuma sih... Tuh kalian akan mati... WAHAHAHAHA!!" penjahat itu kemudian tertawa dengan puas dan senang.
Izekiel berpikir keras apa yang harus dirinya lakukan untuk menghentikan penjahat itu.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikiran pria berambut pirang itu.
"Eric..." panggil Izekiel dan Eric langsung menoleh.
"Kamu halangi dia, aku akan mengambil kayu itu dari belakang."
"Tapi-" Izekiel langsung melaksanakan tugasnya. Eric hanya bisa melakukan sesuai perintah temannya sambil berdecak.
"Kau... Kau benar-benar gila..." penjahat itu berhenti tertawa dan dia berkata, "... Aku memang gila... HAHAHA-ARRGGG!!"
Izekiel langsung menusuk menggunakan pedangnya cukup dalam ke arah punggung penjahat itu.
Kayu itu langsung terjatuh dan bergelinding ke arah kaki Eric.
"KAUU!!" dengan cepat, penjahat itu juga membalas dengan menggunakan sihirnya dan menewaskan Izekiel dalam sekejap.
Eric yang melihat itu langsung terkejut bukan main. Sementara penjahat itu masih bisa bangkit berdiri.
Eric langsung melawan penjahat itu tanpa ampun dengan memenggal kepala penjahat itu hingga putus dan terpisah dari badannya.
Eric kemudian langsung berlari dan mengangkat Izekiel di pangkuannya.
"Izekiel... Kumohon... Jangan mati..." Eric melihat sekelilingnya mencari pertolongan.
Tiba-tiba tangan Eric dipegang oleh Izekiel. Izekiel tersenyum dengan tulus sambil menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"M-maafkan aku E-eric..."
"TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MATI!!" nafas pria berambut pirang itu semakin pendek dan sesak bukan main.
"Eric... S-sebelum... Aku mati... A-aku i-ingin mengatakan... Sesuatu... Kepadamu..."
Air mata Eric tidak bisa dia tahankan. Dia benar-benar tidak mau sahabatnya mati meninggalkannya.
"S-selamat... A-atas pernikahanmu... Dengan... T-ttuan P-ppoutri..." setelah Izekiel mengucapkan itu, Izekiel langsung menghembuskan nafas terakhirnya.
"Izekiel... Izekiel... IZEKIELLL!!"

Bình Luận Sách (172)

  • avatar
    MiiRed

    bagus ceritanya

    2d

      1
  • avatar
    BudyantoAgus

    bagus

    7d

      0
  • avatar
    YantoDaryanto

    ceritanya bagus

    7d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất