logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 4. Rindu Yang Hilang Di Suatu Taman

Pada helaan nafas berikutnya, masih disebut nama perempuan itu. Dalam rinai kerinduan yang bergerombol seperti laron laron merubung neon, di taman itu, malam ini.
"Helen...rindu ini tlah membawaku berlari mendatangimu. Tapi kau mematahkannya tanpa ampun" Ratapannya serupa bisik, yang terbawa lirih angin kering. Menerbangkan suaranya ke udara. lalu lindap dalam ruang kedap.
Ia merebahkan diri di atas rerumputan, yang telah basah dicumbui kabut. Rendezpous seperti biasanya antara kabut dan daun dan rerumputan. Lalu Ianya menjelma embun bening yang merangkul erat.
Ia ingat wajah manis kekasihnya, saat Ia pamit untuk berjuang. Kelembutan yang setiap saat menjaga rasa kala berjauhan. Dan sesaat tadi, Ia lihat ujung kelopak matanya yang mawar, bergerak gelisah dan membendung air bening.
"Aku rindu kamu, Helen!!"
Tangisnya pecah seperti hujan bersama gemerisiknya.
"Maafkan Aku..Vin!"
Ia –lelaki itu, Vin- tertegun. Pada matanya, Vin melihat rindu yang masih seperti kelopak mawar. Mata Vin basah. Tatap yang kemudian melemah. Sesaat sebelum menjemput rindunya yang abadi, Vin melihat bulan bulat bersiluet hitam, tertusuk pucuk ilalang. Langit berdarah-darah. Merahnya telah bersimbahan di tubuh Vin.
***
Malam berwarna kelam. Seorang perempuan yang terbiasa duduk berangkul kabut, tiba di taman itu. Duduk di sebuah bangku. Menetralkan wajah bekunya dengan senandung.
Hampir setiap malam Ia hirup aroma sepi dari wewangian serumpun melati di bawah lampion sana. Bertabrakan dengan segar wangi mawar. Sambil membawa pikirannya yang setiap hari terasa kacau. Di usia semuda itu, dengan dua orang adik, orangtua dan seorang bocah lelaki yang menghuni rumah kecilnya, nafas perempuan itu terasa kembang kempis untuk bertahan dan bekerja setiap hari. Sejak kepahitan hidup selalu merubungi dirinya dan Luka harus bertahan dengan semua luka-lukanya, ia lalui semua dengan sabar dan diam. Jika I sedih, jika ia ingin membuncahkan tangis yang selalu disembunyikannya seolah dia kuat, ia akan lari ke taman ini, sepulang kerja dan waktu yang hampir menjelang subuh. Luka akan datang dan menyempatkan diri duduk bermenung-menung sambilmenghirup udara bebas yang segar serta melihat kelip bintang yang bertebaran.
Malam ini Luka membaui aroma yang amis menyengat. Ia mencoba mengabaikan penciumannya. Ada yang lebih penting untuk menafikan keadaan dan aroma yang dihirupnya malam ini. Ia membuka ponsel. Mencari kontak yang bertebaran nama nama. Dipijitnya salah satu nomer. Ponsel itu didekatkan ke kupingnya. Lama tak ada yang mengangkat. Mata perempuan itu bergerak gelisah. Penciumannya pun turut gelisah. Bau itu kian mengganggu. Bau amis yang segar.
Luka berdiri, terkagetkan oleh kucing liar yang mengeong pula. Matanya mengitar ke sekeliling. Ke dekat perdu yang tengah berbunga kecil-kecil. Matanya tertumbuk pada sebujur tubuh.
Di atas, bulan sedang malu-malu kucing. Mengintipkan wajah piasnya di balik awan hitam. Sedikit saja. Mungkin ia sedang menyembunyikan luka-lukanya.
***
“Kenapa tak kau biarkan aku direnggut rindu, malam ini?” Lelaki itu ertanya dengan suara yang tak bertenaga. Tubuhnya masih telentang ke atas angkasa. Jika saja Luka tak segera menemukannya, mungkin ia telah mati dengan cara yang bodoh.
“Kau bodoh! Yang merenggutmu bukan rindu. Tapi suatu ketololan. Seekor punggukpun, tidak selamanya merindukan bulan. Ia terkadang memberi pesan, lewat siulannya, untuk menautkan satu kerinduan kepada yang lainnya. Hidup ini bukan dongeng Bung! Meski terkadang, banyak sandiwara di dalamnya!” Luka membalutkan syal pada luka di nadi Vin.
Ahh, selembar syal yang hampir buruk yang selalu Luka bawa inipun terkadang banyak kegunaannya. Percaya atau tidak, syal yang Ia kenakan dapat menjadi pelindung, penjaga, pengobat dari segala penyakit, malapetaka dan kejahatan. Luka juga tidak mempercayainya. Tapi berkali-kali, syal itu membantu menyelamatkannya. Ada sejenis buaya yang hampir dicekiknya, buaya darat yang menghadang Luka pada suatu malam. Syal itu pula yang bisa dijadikan penyamaran, saat Luka itu menguntit kekasihnya yang berselingkuh dengan teman kerjanya di pub. Syal panjang berwarna kuning yang sekilas seperti sudah buruk karena selalu Luka bawa dan menjadi salah satu benda kesayangannya.
Malam kian tua, saat darah di nadi lelaki itu berhenti mengalir oleh bantuan getah Jarak kintir. Pertolongan pertama yngsederhana tapi mujarab saat lelaki itu menolak untuk dibawa ke klinik.
Ketika luruhan kabut terasa dingin merembesi ubun-ubun, lelaki itu berhasil dirayu Luka denga suaranya yang tenang namun penuh penekanan.
“Pulanglah. Rindu itu hal yang sangat sederhana. Asal kau bisa mengobatinya dengan waktu. Tidak seperti Aku. Waktu hanya mengajakku berpacu. Jika tidak begitu, banyak jiwa yang akan sia-sia. Aku..tak lagi sempat berpikir tentang rindu. Meski tanpa kehadirannya, Ia telah menghampakanku” Luka berbicara dengan suara lirih. Dan nada sedikit puitis.
“Apakah kita tidak pantas bahagia? Bukankah kebahagiaan itu hak semua bangsa? Tidak terkecuali bangsa dedemit, bangsa jin, bangsa liliput atau drakula sekalipun, mereka berhak bahagia tanpa kecuali...” Laki-laki itu sudah bisa mengukir senyum dibibirnya. Meski terlihat sangat sepat.
“Kau berhak bahagia. Kau tahu jawabannya...” Luka seperti berbicara pada dirinya sendiri. Hatinya tersenyum kecut. Kau tidak tahu saja Vin, bagaimana kehidupanku. Batinnya.
“Tapi kenapa selalu saja bahagia itu tidak merata tumbuhnya? Selalu saja ada yang sepertinya ditakdirkan untuk berkubang dalam kesedihan?” Vin masih mengeluh.
“Itulah cara Tuhan mengajarkan kita untuk merasakan seninya hidup. Jika kita bahagia selamanya, bahagia semuanya, kita tak akan merasakan keindahan sebuah gelombang hidup. Jalanpun tak selamanya lurus dan mulus. Darat, laut, udara, semua selalu ada guncangan dan berkelok liku. Tinggal kita yang harus lebih ekstra hati-hati. Pada akhirnya, kita semua akan sampai pada tujuan akhir. Hanya yang cepat atau yang terlambat tiba. Dan bukankah akhir itu adalah ketiadaan?” lagi, Luka katakan itu seperti untuk dirinya sendiri.
Ratusan malam yang tlah ditapakinya, dengan keterpaksaan ketika duapuluh empat jam tak cukup baginya untuk berjibaku dan bergumul dengan segala kebutuhan yang merungkupnya. Menjadi waitres dan nyambi menjadi penyanyi bar, pemandu lagu di karaoke adalah pekerjaan yang beresiko. Luka memang jadi memiliki pelanggan-pelanggan dan kadang mendapatkan kekurang ajaran. Sebagai janda muda yang mencari nafkah memenuhi panggilan menyanyi, melayani para lelaki dalam bersenang-senang minum di bar dan menjadi pemandu lagi tentu pelanggan pun sudah tak mungkin Ia pilih. Dunia malam yang dipilihnya membuat Luka harus tahan dan bisa menentukan sikap. Mau terbawa arus atau hanya mengikuti arus saja dengan memiliki pegangan yang kuat.
Bisa saja, dengan dandanan dan kemudaannya Ia memilih menjual jasa yang paling mudah. Tapi rasa malu pada Tuhan masih bersemayam dalam hati ringkihnya. Laki-laki datang dan pergi, menanggalkan ranting-ranting luka yang meranggas di hatinya. Ia hampir tak memiliki kerinduan, setelah semuanya terampas.
“Kau merasa hidupmu paling menderita tingkatan akherat, Bung. Hingga kau bodoh menyia-nyiakan hidup hanya karena rasa rindu yang buntu. Kau lihatlah Aku. Aku yang mencoba untuk selalu bahagia, meskipun sudah lama Aku tak memiliki rindu. Kau harus mencoba, mula-mula untuk bahagia. Nantipun Kau akan merasa, bahkan ketika sedih ketika susahpun, Kau akan merasa bahagia. Pulanglah, helai rambutmu sudah serupa pucuk daun. Sebentar lagi, butiran embun akan menggelayut manja di sana...” Kata Luka masih berupa nasehat.
Guratan senyum meski hanya menggaris di bibirnya. Vin merasakan sejenak tadi ia telah mati bersama kerinduannya. Dan rindu itu pula, yang membuatnya terbangun dengan rasa yang masih sama. Mereka berdua beranjak, membawa dua pasang kaki melangkah susul menyusul, meninggalkan taman sepi di pinggiran jalan. Menjelang subuh ini, dua insan itu meninggalkan Taman yang mulai lekat oleh luruhan kabut.

Bình Luận Sách (39)

  • avatar
    TasidjawaRusni

    lelaki mencintai bunga

    27d

      0
  • avatar
    Tengker3Afgan

    mntp

    22/07

      0
  • avatar
    BaeAditia

    lanjutannya

    07/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất