logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

bab 6. tragedi Putri

Kejadian itu tak berlangsung lama karena mendadak ponsel Arka berdering.
"Apa? Sekarang kamu dimana?" tanya Arka yang mendadak panik.
"Baiklah, kamu tunggu aku sampai datang, aku segera kesana," ucap Arka kemudian.
Setelah itu ia bergegas dan bersiap pergi. Tak peduli ini sudah malam sepertinya telepon itu sangat penting.
"Mau pulang?" tanya Luna yang tidak Arka sadari sudah duduk di atas ranjang.
"Iya, Putri lagi terkena masalah. Aku harus segera menolongnya," ucap Arka dan langsung berlalu begitu saja.
Sebenarnya Luna ingin sekali bertanya lebih jauh tetapi belum sempat mulutnya berucap Arka keburu hilang dari pandangan.
Ingin sekali kuat tetapi terlalu sakit. Luna kira Arka sudah berubah dan bisa membuka hatinya tetapi kenyataan ini sungguh pahit. Arka tetap tidak bisa pergi dari masa lalu.
Berpisah adalah jalan satu-satunya karena puncak dari mencintai adalah keikhlasan. Ia harus ikhlas Arka bersama orang terkasih.
💔💔💔
"Putri!" panggil Arka. Saat ini ia tengah berada di lokasi yang tidak jauh dari rumahnya.
Hening, masih tidak ada sahutan. Sekali lagi Arka memanggilnya dengan suara lebih keras.
"Mas." Putri menghambur memeluk tubuh Arka, wajah nya kusut dan terlihat lebam di sekitar area wajah. Nampak jelas kedua matanya sembab menandakan dia habis menangis.
"Kamu kenapa?" tanya Arka melepas pelukannya.
"Aku...aku.." Putri nampak terbata dan bingung mau menjawab apa.
"Aku apa, Put?" tanya Arka penasaran.
Putri menggeleng keras sembari menangis terisak, ntah apa yang sudah terjadi dengan Putri, Arka sendiri juga bingung.
"Antar aku pulang. Mama pasti cemas menungguku," ucap Putri sembari menarik lengan Arka untuk menjauhi lokasi ini.
"Kamu kenapa?" tanya Arka saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Putri yang ditanya Arka hanya bisa bungkam tak melontarkan sepatah katapun.
Arka menghela nafas panjang, mungkin saat ini hati Putri sedang tidak baik-baik, mungkin kalau sudah tenang Putri akan bercerita sendiri, batin Arka mencoba berpikir positif.
💔💔💔
Keesokan harinya...
"Ibu pulang dulu, ya? Kapan-kapan pasti Ibu main kesini lagi," ucap Luna pada Ilham. Bocah kecil itu mengangguk lalu menghambur memeluk tubuh Luna.
"Ingat, jaga kesehatan. Ibu tidak mau kalau kehadiran Ibu disini karena kamu sakit," ucap Luna lagi.
"Iya, Bu. Jangan lama-lama, ya. Sesering mungkin mainlah kesini," ucap Ilham.
Luna mengangguk dan memberikan senyum termanisnya pada bocah kecil itu.
💔💔💔
Hari ini Luna berniat akan mengajukan gugatan perceraian ke Kantor Pengadilan Agama.
Terkurung dalam pernikahan tidak sehat membuatnya harus menahan sakit lebih lama.
Sudah saatnya ia hidup bahagia walaupun tidak dengan Arka.
Saat dia sampai di depan rumah, nampak rumahnya terasa sunyi. Setelah memarkirkan mobil, Luna melenggang masuk.
"Lho, lok tidak sama Bapak, Bu?" tanya Bi Nah saat menyadari nyonya nya itu telah datang.
"Bapak kan pulang dulu dari tadi malam, Bi," ucap Luna.
"Bapak belum pulang, Bu."
Luna bingung, bukan kah tadi malam ia berangkat pulang. Lalu kemana perginya? Dia sedang menemui siapa sampai tidak pulang.
Belum sampai teka teki itu terjawab terdengar suara deru mobil Arka di depan rumah.
Melihat kedatangan Arka, Luna hanya diam. Walaupun rasa penasarannya sudah di puncak kepala. Ia tidak mau bertanya apapun.
"Sayang, kamu sudah pulang?" tanya Arka. Raut wajahnya terlihat kelelahan.
Luna yang ditanya hanya mengangguk lalu setelah itu ia beranjak menuju ke kamarnya.
Arka mengikuti langkah istrinya tak lupa ia meminta Bi Nah membuatkan secangkir kopi.
Semalaman ia kurang tidur karena harus menjaga Putri. Semalam juga ia bermalam di rumah Putri dan di temani mama papa nya.
Sebenarnya Arka sudah ingi pulang tetapi Putri tidak mau ditinggal. Mama papa nya juga meminta Arka untuk ikut menjaga Putri semalaman.
Mengingat kejadian tadi malam, Arka hanya bisa menghela nafas dalam.
💔💔💔
"Kamu mau kemana?" tanya Arka saat mengetahui Luna memasukkan semua bajunya ke dalam koper.
"Pulang."
"Ini kan rumah kamu? Mau pulang kemana?" tanya Arka tak mengerti tetapi hatinya mengatakan akan terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.
"Ini rumah kamu bukan rumah ku. Aku mau pulang ke rumah ibuku," jawab Luna.
"Ini rumah kita, Sayang. Aku tidak mengizinkanmu pulang ke rumah ibumu tanpa aku di sampingmu."
"Aku mau kita bercerai," ketus Luna.
"Tidak akan."
"Terserah. Mau tidak mau, aku ingin kita berpisah," jawab Luna.
"Tapi kenapa? Aku ingin memperbaiki hubungan kita. Kita bisa memulai hubungan ini dari awal lagi tanpa harus adanya perpisahan," jawab Arka sembari menahan tangan Luna yang hendak beranjak dari tempatnya berdiri.
"Hubungan kita tidak sehat, Mas. Kita menikah karena orang tua, tidak ada rasa cinta di hati kamu untukku."
"Aku mencintai kamu." Ucapan Arka membuat Luna tertawa kecil. Bagaimana mungkin secepat itu Arka punya rasa untuknya.
Sedangkan Arka sadar penuh dengan apa yang ia ucapkan. Walau masih ragu dengan hatinya tetapi ia sadar, benih-benih cinta sudah mulai tumbuh untuk sang istri.
Ia sadar ketika Luna sudah mulai berubah.
"Terlambat," ketus Luna.
"Aku serius," ucap Arka.
"Aku tidak percaya."
"Perlu bukti?"
Luna menggeleng. Baginya semua yang Arka lakukan hanya sebuah sandiwara untuk membuat Luna bertahan dengannya. Apalagi alasannya kalau bukan karena Ibu.
"Maaf, Mas. Aku harus pulang, aku tidak bisa hidup dengan mu lagi," ucap Luna sambil melepaskan pegangan tangan Arka dan berlalu begitu saja.
Arka tidak tinggal diam. Ia mengejar istrinya dan menarik paksa koper yang dibawa Luna.
"Aku akan membuktikan kalau aku benar-benar sudah mencintaimu, Lun. Beri aku waktu untuk membuktikannya," ucap Arka.
"Perlu waktu? Hal itu hanya akan membuang waktuku saja," ketus Luna.
"Aku mohon."
"Tidak!"
"Apa kamu tidak mencintaiku lagi?" tanya Arka sembari menatap kedua mata Luna.
"Cinta saja tidak cukup. Mencintai satu hati hanya akan membuat hati lainnya semakin sakit."
"Aku akan meninggalkan Putri demi kamu, asal kamu tidak pergi dari sini," ucap Arka.
"Benarkah? Buktikan dulu, kalau kamu memang sudah selesai dengan masa lalu kamu, jemput aku di rumah ibuku," ucap Luna sembari merampas koper yang berada di genggaman suaminya.
Ia cepat-cepat melangkah sebelum Arka menghadangnya kembali.
"Baiklah. Aku akan membuktikan semuanya Luna."
Luna hanya diam dan tak menanggapi ucapan suaminya. Bagi dia, pernikahan ini sudah berakhir, untung saja Arka tidak menyadari kalau surat nikah sudah ia bawa. Jadi sewaktu-waktu ia mengajukan gugatan cerai, Arka tidak mengetahuinya.
Tapi sepertinya semesta kali ini tidak berpihak padanya, saat kakinya melangkah ke depan pintu, orang yang selama ini ia hormati dan ia sayangi datang, siapa lagi kalau bukan Ibu mertua.
"Kamu mau kemana, Nak?" tanya Ibu mertua menghampiri Luna.
Seketika kakinya mati langkah, tidak mungkin ia menjawab akan pergi dari rumah ini, ia tahu betul kondisi kesehatan Ibu mertuanya, kalau menjawab pergi ke rumah Ibu atau liburan itu adalah jawaban yang tidak masuk akal karena tidak ada Arka ya g berada di sampingnya.
Kira-kira Luna harus menjawab apa?

Bình Luận Sách (642)

  • avatar
    fakotbbiibb

    cerita nya banyak plotwis nya

    7h

      0
  • avatar
    PoyoPak

    bagus banget

    1d

      0
  • avatar
    didiUjang

    aku suka

    7d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất