logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 3

Claire terbangun dari tidurnya saat mendengar ketukan dari luar, dengan enggan Claire membuka pintu kamarnya dan melihat Ken berdiri di sana dengan pakaian olahraga.
“Bangun nona tidur.” Ken terkekeh melihat penampilan Claire dalam balutan baju tidur polkadot.
“Kau brengsek.” Claire memukul dada Ken kuat-kuat menumpahkan kekesalannya pada kejadian kemarin.
Claire membeku ketika Ken mencium bibirnya, kejadian itu terjadi secara tiba-tiba dan dia tidak bisa menolak ciuman itu. Ken membawanya masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu itu dengan mudah sementara tangan yang lain menahan tubuhnya.
Kesadaran Claire menghilang saat Ken membaringkan tubuhnya di ranjang.
“Ken aku mencintaimu.” ucap Claire lirih.
“Kau tidak boleh mencintaiku, Claire.”
Jika di dunia ini ada orang yang tega mencabut nyawa orang lain tanpa mengenal belas kasihan, orang itu adalah Ken. Dan dengan bodohnya Claire percaya lalu kemudian Ken menghempaskannya ke dasar jurang hingga tak bersisa. Dari awal Ken menganggapnya sebagai lelucon, permintaan maaf itu, dan ciuman itu semuanya palsu.
“Kau tidak berhak melarang perasaanku Ken.”
“Aku tidak bisa membalas perasaanmu Claire meskipun kau memberikan tubuhmu aku tetap tidak bisa menerimanya.”
Claire melayangkan tamparan pada Ken, emosinya berkumpul menjadi satu.
“Aku memang bodoh mencintaimu selama bertahun-tahun meskipun kau bersikap buruk. Sekarang biarkan aku melakukan apa yang aku inginkan dan jangan ikut campur tentang hidupku.” Claire menghapus air matanya. “Pergi dari kamarku sekarang.”
“Maaf Claire.”
Tidak ingin larut dengan kejadian pagi itu, Claire memutuskan pergi keluar untuk mencari tempat menarik yang bisa menghilangkan stres. Dia menyusuri jalan area pertokoan yang menjual berbagai macam pernak-pernik. Sekaligus mencari barang lain untuk mengganti kemeja Han yang mungkin saja di buang oleh Ken. Lelah mengelilingi tempat itu, Claire mencari restoran untuk mengisi perutnya. Dia memutuskan pergi ke restoran terdekat dan menemukannya tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Restoran itu tidak terlalu besar, Claire memilih tempat duduk paling sudut supaya terhindar dari keramaian. Seorang pelayan menghampirinya dan menyerahkan buku menu. Claire memesan dessert berbahan dasar coklat. Setelah pelayan itu meninggalkan mejanya, Claire menatap keluar melalui kaca bening melihat jalanan yang dipadati kendaraan. Dia mendesah pelan kemudian menghapus air mata yang tidak disadarinya sudah menetes.
Ken bodoh.
Claire mengeluarkan ponselnya kemudian mencari tempat tinggal secara online. Lebih bagus lagi jika tempat itu dekat dengan sekolah barunya sehingga Claire bisa berjalan kaki. Matanya membulat sempurna saat melihat apartemen disewakan dengan harga murah. Dia memilih apartemen itu dan nanti akan meninjau lokasinya.
“Silakan dinikmati hidangannya nona,”
Claire mengangguk sopan kemudian menyantap hidangan itu, rasanya enak, dia tidak menyesal datang ke restoran itu. Jika memiliki teman dekat maka restoran itu bisa menjadi pilihan terbaik untuk bersantai. Sayang sekali Claire belum pernah memiliki teman perempuan.
Tidak memerlukan waktu lama baginya untuk menghabiskan semua hidangan itu. Claire segera meninggalkan restoran itu dan meminta Sean menjemputnya sekaligus mengantarnya melihat apartemen yang akan di sewanya.
Klakson mobil menghentikan Claire dari langkahnya, Sean sudah datang bukankah itu terlalu cepat? Claire menghubunginya lima menit yang lalu. Jarak rumahnya dari restoran cukup jauh, Sean bukan pengendara kuda terbang, 'kan?
“Kebetulan nona menghubungiku di waktu yang tepat, aku sedang mengantar Tuan Muda membeli pakaian di sekitar sini.”
Pertanyaan itu terjawab saat Claire duduk di kursi penumpang. Claire diam tidak menanggapi, dia sibuk dengan ponselnya karena pemilik apartemen itu ingin bertemu langsung dengannya. Tanpa berpikir panjang Claire langsung menyetujui permintaan itu.
“Nyonya whitney, malam ini pulang ke rumah.”
Claire menyimpan ponselnya kemudian menatap keluar jendela mobil, pulang ke rumah pada hari biasa tidak seperti ibunya. Claire tidak ingin menyimpulkan kepulangan Whitney ada hubungannya dengan Ken. Sejak dulu Ken selalu menjadi prioritas Whitney jika malam ini Claire tidak pulang sepertinya bukan masalah besar.
Perhatiannya teralihkan saat mobil itu berhenti di depan gedung bertingkat. Claire mengeluarkan ponselnya mengabarkan pemilik apartemen dia sudah sampai dan meminta pemilik apartemen itu untuk menjemputnya. Claire menyimpan ponselnya setelah mendapat balasan dari pemilik apartemen itu untuk menunggu sebentar. Claire keluar dari mobil dan menatap sekeliling tempat itu. Sebentar lagi dia akan tinggal di lingkungan itu, hidup sendiri tanpa mengandalkan orang lain.
“Permisi apakah nona yang akan menyewa apartemen?”
Claire menoleh dan melihat pemilik apartemen itu dengan ekspresi terkejut, dunia ini sepertinya kecil sekali.
“Han, apakah kau pemiliknya?” tanya Claire memastikan.
“Apartemen ini milik ibuku, dia sudah meninggal jadi aku menyewakannya agar tempat itu tidak kosong.”
“Sean aku mau melihat ke dalam, kau pulang saja. Dia temanku, aku baik-baik saja di sini,” ucap Claire.
“Tuan Muda memintaku untuk mengawasi Anda.”
“Bilang pada Ken, aku baik-baik saja. Jemput saja Tuan Mudamu itu, jangan biarkan dia menunggu,” ucap Claire ketus.
“Hari ini nona dan tuan muda tidak dalam kondisi hati yang baik,” ucap Sean sebelum meninggalkan tempat itu.
**
“Ken masih posesif seperti biasanya ya,” ucap Han membuka obrolan saat mereka berada di lift.
“Ken selalu menjadi Ken seperti biasanya,” ucap Claire enggan, dia merasa lift itu bergerak lamban, situasi bersama Han sungguh tidak nyaman. Mungkin karena membahas tentang Ken, nama itu seperti petasan yang bisa meledak kapan saja.
“Kau terlihat murung, apa tejadi sesuatu antara kau dan Ken?”
Claire membisu dan mengikuti Han hingga berhenti di depan unit apartemen bernomor dua ratus empat puluh lima. Claire terbelalak kaget saat melihat isi apartemen itu. Jauh dari bayangannya, dia berpikir bisa melihat ruangan yang nyaman dengan jendela dan balkon mengarah pada jalanan. Sebaliknya, Claire melihat apartemen itu dipenuhi bahan kerajinan yang terbuat dari tanah liat. Masih ada sisa tanah liat yang mengering di sudut ruangan. Barang-barang yang Han maksud ternyata tanah liat beserta patung-patung itu. Claire berdiri di sudut ruangan itu tidak tahu harus melakukan apa saat Han sibuk membereskan tanah liat itu dan memasukkannya ke dalam kantong plastik besar.
Cukup lama Han membersihkan apartemen itu. Dia hampir tertidur jika Han tidak membangunkannya. Claire menatap sekeliling ruangan yang rapi, berbeda sekali dengan ruangan yang tadi dilihatnya. Dia hendak mengucapkan terimakasih. Namun, tertahan saat ponselnya bergetar. Whitney menghubunginya, tampaknya ibunya sudah berada di rumah.
“Claire kau di mana?” tanya Whitney ketika Claire menempelkan ponselnya di telinga.
“Aku di luar, ada apa?”
“Pulanglah, ibu sudah di rumah.”
Terdengar sederhana. Namun, dengan nada memerintah. Claire menarik napas dalam-dalam untuk menahan emosinya.
“Aku tidak pulang malam ini.”
“Claire, hari ini ulangtahunmu ibu pulang untuk merayakannya.”
“Aku tidak ingin merayakannya, tahun-tahun sebelumnya ibu juga tidak ada saat hari ulangtahunku. Kepulangan ibu pasti ada hubungannya dengan Ken sebaiknya ibu jangan repot-repot untukku, aku tidak pulang malam ini,” ucap Claire.
“Ibu minta maaf dan selamat ulangtahun.”
Claire memutuskan sambungan itu secara sepihak. Hari ulangtahun? Claire bahkan tidak mengingatnya. Hari ulangtahunnya seperti mimpi buruk karena Ken menghancurkan hatinya. Saat ini dia membutuhkan sandaran, tidak percaya bahwa Han yang bersamanya saat kondisinya rapuh. Rasanya menenangkan saat memiliki seseorang yang bisa di andalkan, pertama kalinya Claire merasa kehadiran Han adalah anugerah terbaik yang diberikan Tuhan. Dia tidak sendiri ketika hidupnya berada di titik terendah.
“Menangislah Claire, aku bersedia menjadi sandaranmu,” ucap Han tulus. “Dan selamat ulangtahun, maaf aku mendengar pembicaraanmu.”
“Terimakasih Han.”
“Mari makan malam, aku memasak makanan spesial khusus untukmu,” ucap Han.
Claire mengikuti Han menuju meja makan, dia tertegun melihat begitu banyak makanan terhidang di atas meja. Dia melihat semua makanan itu tidak percaya jika Han yang memasaknya.
“Sejak kecil aku sudah memasak, kau pasti merasakannya saat di dalam keluargamu tidak ada yang bisa diandalkan,” ucap Han.
“Boleh aku mencicipi lobster ini?” tanya Claire mengabaikan perkataan Han yang membahas tentang keluarga. Dia tidak ingin mengacaukan hari ulangtahunnya, tidak ada yang tahu Claire sangat menyukai lobster sayang sekali dia jarang memakannya karena Ken alergi terhadap lobster.
“Semuanya bisa kau cicipi Claire.”
Claire menanggapi dengan senyuman lalu mulai mencicipi lobster itu. Rasanya enak, seperti masakan pelayan di rumahnya kemampuan memasak Han sangat baik.
“Aku ingin melihatmu tersenyum seperti ini Claire.”
Senyum itu menghilang berganti dengan kecanggungan. Claire menyantap makanan itu dalam diam. Seandainya Han tahu penyebab kemurungannya Han tidak akan berkata seperti itu. Claire seperti siput yang terkurung dalam cangkang, sejauh apa pun dia pergi pasti akan kembali mencari cangkangnya. Dan cangkang itu adalah Ken, tidak menyadari pengaruh Ken di hidupnya begitu besar, tapi untuk saat ini. Claire tidak ingin menjadi siput, dia perlu memandang dunia yang luas, menjadi apa pun yang dia inginkan. Salah satunya mungkin Han, laki-laki yang sudah menyelamatkan hidupnya hari itu.
Tiba-tiba Claire teringat sesuatu. “Han kemejamu tertinggal di mobil mungkin Sean membawanya pulang.”
“Ken sudah mengembalikan kemeja itu.”
“Heh, Ken lagi.” Claire mendengus.
“Apa kau memiliki perasaan pada Ken?”
Claire tersedak mendengar pertanyaan itu, dia mengambil air putih dan meneguknya. Percuma menghindar jika seharian ini mendengar pembahasan tentang Ken.
“Han temani aku jalan-jalan sebentar. Hari ini ulangtahunku, aku ingin membuat permohonan.”
“Dengan senang hati, Nona Claire.”
Malam itu, Claire keluar bersama Han menyusuri jalan sekitar Brooklyn dan Manhattan. Ulangtahunnya kali ini Claire melaluinya tanpa kue seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi Claire tidak peduli tentang itu. Di sampingnya ada seseorang yang bersedia menjaganya, mungkin dia bisa sedikit mempercayai Han.
***

Bình Luận Sách (134)

  • avatar
    Fadilah

    kerenn

    27/05

      0
  • avatar
    Siapa ?Saya

    ceritanya menarik banget

    23/01

      0
  • avatar
    surianieAnne

    👍👍👍

    03/01

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất