logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 5 Perjodohan

Di restoran mewah dan ternama paling terkenal di kota Jakarta ini. Restoran Jepang menyajikan makanan berkualitas tinggi, bergizi, halal dan tentunya mahal sekali.
Di ruang VIP terdapat keluarga Roland, Denis dan Ratna yang sedang menunggu seseorang untuk bertemu dan membicarakan sesuatu hal yang penting. Tak lama pintu ruangan VIP terbuka menampilkan dua orang paruh baya pasangan suami istri yang masih awet muda. Keluarga Valerin, Fathan dan Risa yang datang untuk menemui keluarga Roland.
"Maaf lama menunggu," ucap Fathan kepada keluarga Roland.
"Tak apa kami juga baru beberapa menit lalu tiba." Denis berdiri diikuti Ratna menyambut kedatangan Fathan dan Risa sahabat mereka sewaktu SMA dulu. Saling menjabat tangan sudah lama mereka sama-sama tak bertemu.
"Halo Na, lama ya kita engga bertemu? Aku sampai kangen banget sama kamu," ucap Risa sambil bersalaman dan cipika cipiki ala perempuan.
"Iya Ris, aku juga kangen banget tau ga sama kamu," balasnya disertai senyuman.
"Ayo silahkan duduk, kita tunggu pelayan mengantarkan makan siang dan kita makan terlebih dahulu baru kita membicarakan hal penting yang akan kita bicarakan nanti."
Denis mempersilahkan sahabat lamanya untuk menempati kursi kosong dihadapanya.
"Ayo Fathan Risa duduk." Ratna juga mempersilahkan Fathan dan Risa duduk.
"Baiklah."
"Bagaimana keadaan kamu sekarang Ris dan sekeluarga?" Ratna membuka pembicaraan setelah mereka semua duduk.
"Alhamdulillah kami baik sekarang. Kamu sendiri?" ucap Risa.
"Aku dan keluargaku juga sehat semua."
"Anak kamu sekolah dimana Than?" tanya Denis.
"Stella sekolah di SMA MERPATI Den salah satu sekolah kamu."
"Oh iya? Kebetulan banget sama kaya anak aku tapi bedanya Zakra jadi kepala sekolah dan guru di SMA MERPATI."
"Bagus deh kemungkinan mereka udah saling kenal ya setidaknya meskipun hanya sebatas guru dan murid."
"Iya."
Pembicaraan mereka terganggu dengan adanya pelayan yang masuk membawakan makanan yang di pesan keluarga Roland. Berbagai jenis makanan Jepang tersedia. Setelah meletakkan semua makanan di meja pelayan tersebut undur diri.
"Ayo makan dulu nanti kita lanjut." Denis menginstrusikan mereka untuk makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan pembicaraan hal serius.
15 menit berlalu mereka semua sudah menyelesaikan makan siang di temani makanan desert makanan penutup.
"Jadi gimana bisa kita lanjutkan pembicaraan kita serius?" tanya Denis dan di beri kata "Iya" oleh mereka semua. "Kita mulai, dulu kita pernah berjanji kan kalau di antara kita memiliki anak lawan jenis akan di jodohkan dan sekarang kita memiliki anak lawan jenis. Aku punya anak laki-laki Zakra dan kamu punya anak perempuan Stella. Jadi bisakah kita melanjutkan perjodohan ini sesuai dengan kesepakan kita waktu dulu."
"Aku akan menepati janjiku sewaktu dulu jadi kita lanjutkan saja perjodohan ini." Fathan berkata tegas ia yakin menyetujui perjodohan ini.
"Baiklah bagaimana kalau kita langsung saja pertemukan Zakra dan Stella secara langsung bersama keluarganya juga. Untuk membicarakan perjodohan bersama mereka dan langsung menikah saja."
"Aku setuju lebih cepat lebih baik lagipula usia Stella sudah cukup untuk menikah walaupun harus menikah di usia muda."
"Baiklah kalau begitu nanti malam aku putuskan untuk bertamu ke rumah kamu untuk membicarakan perjodohan dan pernikahan Zakra dan Stella."
"Oke kalau begitu pembicaraan ini sampai di sini soalnya Stella sudah mau pulang dan aku mau segera membicarakan tentang perjodohan ini sama Stella."
"Iya semoga anak-anak kita pada mau di jodohkan dan secepatnya menikah." Ratna ikut menyahut karena sedari tadi para perempuan hanya diam menyimak.
"Iya Rat ga sabar aku lihat mereka menikah."
"Ya sudah kalau gitu kita pamit pulang," pamit Fathan.
"Iya sampai jumpa nanti malam."
Fathan dan Risa selesai berpamitan mereka segera pulang begitupun dengan Denis dan Ratna.
Kediaman Valerin.
Stella saat ini tengah berbaring di dalam kamarnya. Kamar bercat biru laut dengan keadaaan rapi dan wangi. Pulang sekolah tadi badannya terasa capek sekali jadi ia memutuskan untuk merebahkan dirinya di atas kasur tercintanya. Saat asik-asiknya rebahan pintu kamarnya di ketuk dari luar.
Tok tok tok.
Terlihat sang mama ketika membuka pintu kamar Stella dan masuk ke kamar anak gadis satu-satunya. Menghampiri Stella yang masih rebahan dengan mata terpejam dan duduk di sisi ranjangnya.
"Stella sayang kamu tadi belum makan siang kan? Ayo makan siang bersama Papa juga ada di bawah," suruh Mama Stella, Risa.
Stella heran tumben papanya udah ada di rumah jam segini biasanya pulang sore padahal ini waktunya masih siang. "Iya ma bentar nanti Stella menyusul ke bawah." Stella yang berbaring dan masih memejamkan matanya.
"Jangan lama-lama nanti setelah makan papa sama mama mau menyampaikan sesuatu sama kamu."
"Iya ma."
Mendengar jawaban Stella Risa akan beranjak keluar dan berucap. "Sana cuci muka kamu baru turun ke bawah. Mama mau menyusul papa di bawah."
"Iya ma nih Stella bangun mau ke kamar mandi." Stella bangkit dari acara rebahanya dan masuk ke kamar mandi untuk cuci muka karena sepulang sekolah ia langsung rebahan setelah mengganti baju seragam sekolahnya.
Stella menuruni anak tangga menuju ke ruang makan dan melihat papa mamanya yang setia menunggu dirinya. Ia meringis pelan karena mama dan papanya belum menyentuh makanan sedikit pun karena menunggu dirinya.
"Maaf ma pa, bikin kalian menunggu Stella," ucap Stella merasa tak enak hati.
"Udah gak papa sayang," balas sang papa, Fathan.
"Ayo makan sayang." Risa menyodorkan piring berisi nasi, sayur sop dan ayam goreng.
"Mama dan papa ga makan?" tanya Stella melihat mama dan papanya tak menyentuh makanan yang ada di meja.
"Engga sayang tadi papa dan mama sudah makan di luar," jawab Fathan Stella hanya menganggukan kepalanya dan makan dengan lahap karena dirinya lapar tadi tak sempat makan siang sebab dirinya mager untuk turun ke bawah.
Stella menghabiskan makananya yang ada di piring.
"Sudah kenyang sayang?" tanya Risa kepada Stella yang selesai makan.
"Sudah ma."
"Kalau gitu kita ke ruang keluarga mau ada yang papa omongin." Fathan melangkah ke ruang keluarga di ikuti oleh Risa dan Stella.
"Ada apa pa?" tanya Stella penasaran setelah mendudukan dirinya di sofa.
"Begini sayang papa dan mama di waktu kamu belum lahir kami ada janji sama sahabat papa dan mama. Dan perjanjian itu bahwa kami jika memiliki anak lawan jenis kami sepakat akan menjodohkan kalian. Dan tadi papa dan mama bertemu sahabat kami dan membicarakan hal ini. Kami semua memutuskan untuk melanjutkan perjodohan ini sayang. Nanti malam mereka akan ke sini untuk membicarakan perihal pernikahan dari perjodohan ini," ujar Fathan lembut memberi pengertian ke Stella.
Stella yang mendengar penuturan papanya kaget luar biasa. Dirinya akan di jodohkan dan parahnya langsung menikah. What the hell! Dirinya masih sekolah. Menikah? Tak ada dalam rencana hidup Stella menikah di usia 18 tahun usia muda dan bahkan diirinya masih berstatus jadi pelajar sekolah. Stella langsung tersadar dari keterkejutanya.
"Aku tidak mau menikah dengan anak sahabat mama dan papa, aku masih muda dan masih sekolah!" seru Stella kesal terhadap kedua orang tuanya.
"Ayolah sayang mama dan papa sudah menjodohkan kamu dari kecil dan juga perjodohan ini untuk memenuhi janji kita terhadap sahabat mama dan papa sayang." Risa masih kekeh membujuk sang anak untuk menerima perjodohan ini.
"Apakah kamu tidak sayang kami Stella? Kamu engga kasihan sama mama dan papa jika membatalkan perjodohan ini kami di cap ingkar janji dan pembohong. Apakah kamu tega?" Fathan berkata dengan nada sendu melihat ke arah Stella anak kesayanganya.
"Ini juga demi masa depan kamu sayang. Biar kamu lebih mandiri. Terhindar dari pergaulan bebas. Kami tidak mau kamu terjerumus ke hal-hal yang negatif. Dengan perjodohan dan pernikahan ini kami yakin suamimu nanti akan membimbing kamu menjadi lebih baik. Jika papa dan mama keluar kota atau negeri untuk mengurusi bisnis papa, kamu ada yang menjaganya sewaktu papa dan mama tinggalkan. Jadi, kami tidak perlu khawatir lagi tentang kamu. Dan kamu masih bisa sekolah kok sehabis menikah." Risa memandang lembut agar anaknya luluh dan mau menerima perjodohan ini.
"Pokoknya aku gamau ya gamau nerima perjodohan ini!" kekeh Stella keras kepala tak terbantahkan kemudian pergi ke kamarnya menutup pintu kamar dengan kasar.

Bình Luận Sách (379)

  • avatar
    insaniyehKhoirotul

    sangat tidak mendengarkan mama naya

    6d

      0
  • avatar

    Asik

    22d

      0
  • avatar
    SUWANDIROBY

    bacaan yg apa sih wow

    23d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất