logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Istri yang Dijandakan

Istri yang Dijandakan

Alex_Alvaro


Chương 1 Pengkhianat

Seorang wanita cantik dengan tubuh dibalut dress selutut dan rambut hitam terurai indah, nampak berjalan dengan anggun di sepanjang koridor rumah sakit. Wajahnya tampak cerah secerah mentari pagi dengan senyum tercetak jelas di bibirnya.
Ia masuk ke dalam mobil lalu menghempaskan bokongnya di kursi balik kemudi sambil menggumamkan lafaz Hamdallah tiada henti. Ditatapnya sebuah amplop putih berlogo rumah sakit ternama di kota itu dengan kebahagiaan membuncah. Dipeluknya amplop putih itu lalu dikecupnya hingga berkali-kali untuk mengekspresikan betapa bahagianya ia hari ini.
Ini adalah penantiannya. Ini adalah kejutan terbesar dari yang kuasa, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga suami dan orang tuanya.
Jantungnya berdegup kencang. Tak sabar rasanya ia ingin segera sampai di rumah dan mengabarkan pada semua orang tentang kabar baik ini. Ia sangat yakin, suaminya pasti akan sangat bahagia. Penantian mereka selama 3 tahun akhirnya terbayar sudah. Sungguh tak ada kata yang dapat mewakili betapa bahagianya ia hari ini.
Segera ia mengemudikan mobilnya menuju ke rumah mereka. Rumah yang selama 3 tahun ini ia tempati bersama sang suami tercinta. Ya, suami tercinta karena ia begitu mencintai suaminya, Alfino Aryan Aldebaran.
Jalanan yang padat merayap dan cenderung macet, tak menyurutkan langkah dan semangatnya. Senandung lirih shalawat atas nabi mengalun merdu dari bibirnya sebagai ungkapan betapa ia begitu bahagia hari ini.
Akhirnya, Alfea Nalingkas akan jadi seorang ibu.
Akhirnya, Alfea Nalingkas bisa menjadi seorang istri yang sempurna.
Akhirnya, Alfea Nalingkas akan menjadi seorang menantu yang sempurna.
Akhirnya, akhirnya, akhirnya. Begitu banyak akhirnya yang membuat dadanya begitu meledak-ledak karena kebahagiaan yang begitu sarat.
Setelah melalui perjalanan kurang lebih 30 menit, sampailah Alfea di rumahnya. Di istana megah yang dibangun Aryan khusus untuk dirinya. Segera Alfea turun dari mobilnya sambil mencangklong tas selempang miliknya. Ia berjalan dengan begitu hati-hati menaiki undakan di depan rumahnya. Dengan senyum lebar, ia masuk melalui pintu depan. Tadi ia melihat ada mobil Aryan di depan. Sebenarnya ia agak heran, tidak biasanya Aryan pulang begitu cepat apalagi tanpa kabar terlebih dahulu. Tapi Alfea adalah wanita yang selalu berpikir positif, pemikiran negatif hampir tak pernah singgah di otaknya, namun apakah itu akan terus berlanjut ketika ia melihat pemandangan di depannya.
Baru saja Alfea ingin berteriak memanggil nama sang suami, namun keinginan itu ia hentikan saat ia mendengar isakan lirih dari seorang perempuan. Ia tau pemilik suara itu, tapi mengapa ia menangis? Dan suara satunya, mengapa seperti begitu mengayomi dan terdengar seperti sedang berusaha menenangkan?
“Sebenarnya ada apa ini?” gumam Alfea lirih.
Dengan langkah perlahan dan nyaris tanpa suara, ia mendekati sumber suara. Mata Alfea membelalak seketika, rasa bahagia yang begitu membuncah tadi hilang seketika seperti ditelan ke palung bumi. Hilang tak berbekas, yang ada hanya jantung yang berdebar hebat. Bukan debaran karena cinta, tapi debaran karena emosi. Panas, itulah yang Alfea rasakan kini. Namun ia tak mau langsung menyerang begitu saja. Ia harus mendengarkan dulu secara saksama apa yang kedua pengkhianat itu bicarakan. Alfea mencoba menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Setelah cukup tenang, ia berdiri di tempat yang aman, namun masih dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
"Mas, bagaimana ini? Bagaimana kalau mbak Fea tau hubungan kita?"
"Tenang, Sayang, kamu enggak usah khawatir begitu dong. Kasihan anak kita kalau kamu sedih terus kayak gini," ujar Aryan seraya mengusap punggung Dilla yang sedang bersandar di dadanya.
Deg!
'Hamil?' lirih Alfea dalam hati. 'Anak kita? Artinya mereka… Mereka melakukan hubungan terlarang di rumahku? Di dalam rumahku? Astaghfirullah!' Alfea meremas ujung dress-nya.
"Bagaimana tak sedih, Mas? Aku hamil tanpa suami, apa kata orang-orang nanti?"
"Kamu tenang saja, Sayang. Secepatnya pasti mas akan nikahi kamu."
"Tapi bagaimana kalau mbak Alfea tidak setuju?" Dilla mengerucutkan bibirnya membuat Aryan terkekeh lalu mengecup bibir Dilla, kemudian mengusapnya dengan ibu jari membuat pipi Dilla merona.
"Dia harus setuju, apalagi saat ini kamu sedang mengandung anakku. Anak yang selama ini aku tunggu-tunggu. Setelah sekian tahun aku menanti kehadirannya dan akhirnya aku bisa memiliki anak sendiri walau bukan dari rahimnya, aku tak masalah. Lagi pula ia tidak bisa memberikannya padaku, artinya selama ini dialah yang mandul, bukan aku. Lihat! Baru berapa kali kita melakukannya kamu sudah hamil. Sedangkan dengan dia, sudah tak terhitung lagi aku melakukan hubungan suami istri dengannya, tapi hingga sekarang ia tak kunjung hamil," ujar Aryan sembari mengelus rambut Dilla dengan jari jemarinya.
"Kalau mas harus memilih, siapa yang mas pilih? Mbak Alfea atau Dilla?" tanya Dilla dengan wajah mendongak.
"Tentu kamu dong, Sayang, kan kamu yang bisa buat aku sempurna sebagai seorang laki-laki. Kamu juga yang akhirnya bisa menjadikanku seorang ayah. Kamu juga yang bisa membuatku mematahkan argumen orang-orang mengenai aku yang mandul. Jadi kamu tidak usah berpikir yang macam-macam, mas pasti lebih memilih kamu," tegas Aryan sambil mengecup bibir Dilla.
Namun kecupan itu tak mau dihentikan oleh Dilla. Ia menarik tengkuk Aryan untuk memperdalam ciuman mereka hingga napas mereka terasa terengah-engah. napas mereka makin memburu, Aryan pun membalas ciuman itu dengan lumatan yang berhiaskan nafsu. Membuat mereka berdua makin menginginkan lebih.
Alfea yang berdiri di pojokan terlihat mematung. Ia mengangkat tangannya dan meremas dadanya. Cinta yang selama ini ia agungkan, seketika luruh bersamaan bulir-bulir kristal yang jatuh dari pelupuk matanya.
Sakit hati, kecewa, benci.
Kini ketiganya menjadi satu.
Cintanya telah hangus menjadi serpihan debu.
Cintanya telah musnah bagai kertas yang dimakan api.
Dengan langkah tertatih, Alfea keluar dari tempat persembunyiannya. Ia menghapus jejak air matanya terlebih dahulu. Ia tak mau terlihat lemah. Ia tak mau terlihat tak berdaya.
"Bismillahirrahmanirrahim."
Alfea pun kini telah berdiri tepat di hadapan pasangan pengkhianat itu.
"Jadi ini yang kalian lakukan saat aku tidak ada di rumah?!" tukas Alfea dengan suara lantang membuat pasangan pengkhianat itu tersentak dan segera mengakhiri cumbuannya.
"Sa-Sayang, Al-fea," lirih Aryan dengan napas tercekat.
"M-Mbak Al-fea," lirih Dilla dengan wajah yang sudah memucat.
Alfea tersenyum sinis ke arah kedua orang itu.
"Iya, ini aku. Kenapa? Kalian tak menyangka bisa tepergok sedang berselingkuh di hadapanku?" ketus Alfea.
Sekuat tenaga Alfea menahan gemuruh di dadanya. Ingin rasanya ia menerjang, menjambak, dan menyeret pasangan laknat itu, tapi ia masih memiliki etika. Ia tidak bisa melakukan sesuatu yang justru dapat menjadi bumerang baginya.
"Alfea sayang, maafkan mas. Mas akan jelaskan semuanya," ucap Aryan lembut. Aryan berdiri dan berusaha mendekati Alfea untuk meraih tangannya, tapi dengan sigap Alfea menghempas tangan Aryan sebelum sempat menyentuhnya membuat Aryan tersentak kaget.

Bình Luận Sách (142)

  • avatar
    Mohd shukeriNorhidayu

    bagus

    07/07

      0
  • avatar
    MuharmanImam

    mantap. cuy

    26/06

      0
  • avatar
    Sri Hartati Partll

    suka

    08/06

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất