logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 7

Menjelang sore,Romo keluar dari kamarnya. Romo meminta semuanya berkumpul. Termasuk Yanto dan marni, saat semua sudah berkumpul di ruang tamu,Romo mulai membuka percakapan.
"Sekarang Yanto,kamu itu punya keluarga. Kamu ada istri dan anak yang harus kamu urusi. Sekarang di mana tanggung jawab kamu terhadap keluargamu sendiri? Sekarang aku tanya,apa maunya?" Tanya Romo.
"Saya harus bagaimana Romo?" Tanya Yanto.
"Pertama kamu harus membawa pulang istrimu ke rumahmu. Karena itu tanggung jawabmu. Dan kamu jangan lupa kerja biar bisa menafkahi anak istri."ucap Romo.
"Di kota saya sudah ada usaha krupuk,Romo. Bagaiman kalau aku boyong Marni ke kota?"tanya Yanto.
"Tidak. "Tolak romo
" Kamu kembali ke rumah orang tuamu. Dan memulai usahamu di sini. Dan ingat. Jaga istri dan anakmu."titah Romo.
"Njih Romo."jawab Yanto.
"Kalau begitu sekarang,ayo aku antar kamu ke rumah orang tuamu."titah Romo sembari beranjak dari duduknya.
Yanto dan marni mengikuti gerakan Romo. Mereka bertiga berjalan beriringan menuju jib. Mereka menempuh perjalan penuh keheningan sepanjang jalan.
Sesampainya di kediaman sarjono,
"Assalammualaikum besan."sapa Romo.
"Waalaikumsalam salam,wah ada tamu agung rupanya "sapa Sarjono.
Kemudian berejakulasi saling menjabat tangan dan tersenyum.
"Mari silahkan duduk,besan.bune, buatkan minum untuk besan dan anak menantu kita" Kata sarjono sembari berteriak.
KemudianKemudian Romo,Marni dan yantopun duduk bersebelahan.
"Jadi begini,kedatangan saya kemarin untuk mengantarkan anak dan menantu rumah ini."kata Romo.
Kemudian sarjono menganggukan kepala seraya tersenyum. Tak lama kemudian marjilah datang membawa nampan berisi teh dan singkong rebus. Kemudian ia menatanya di meja sembari mempersilahkan.
"Monggo,Romo." Tawar marjilah.
"Terimakasih Bu mar," kata Romo.
" Bune duduklah sini."kata sarjono
Marjilah duduk di sebelah sarjono sembari memandang anak dan menantunya bergantian.
"Jadi seperti kata saya tadi. Saya datang untuk mengantarkan anak dan menantu rumah ini."ulang Romo.
"Baik,Romo. Terimakasih . Dan saya meminta maaf atas kesalahan yang Yanto lakukan. Semoga ia bisa menjadi imam yang baik untuk Marni."terang sarjono
"Ada apa to pakne?"tanya marjilah.
Kemudian Supono mengatakan apa yang di lakukan oleh yantilo semasa berada di kota. Dan ia pun mengatakan kalau Yanto hampir menikah dengan gadis kota.marjilah hanya mendengarkan dengan wajah tanpa expresi. Sedangkan Yanto hanya bisa tertunduk.
"Ya sudah kalau begitu saya pamit dulu. Saya titipkan putri kesayanganku kepada kalian. Kalau putriku tersakiti,mungkin aku tak akan segan-segan menyakiti kalian." Tutur Romo sembari beranjak dari duduknya dan berjalan menuju teras.
Sedangkan sepeninggal Romo,Marni tetap hanya tertunduk. Ia sudah menyiapkan hatinya untuk segera di caci oleh ibu mertuanya.
"Lihat,pakne. Perempuan ini kembali mengguncang rumahkita. Rumah yang semula damai kini kembali berantakan. Gara-gara perempuan ini juga kan pakne menikahkan marti dengan wanita beristri. Agar tidak ada lagi yang membencinya di sini. Sekarang setelah dia kembali apa yang akan pakne lakukan padaku?" Tantang marjilah sembari berkecamuk pinggang.
"Sudah. Cukup. Pakne capek. Kamu tuli apa? Bapaknya sudah mewanti-wanti kita. Ingat itu." Ancam sarjono
" Aku tetap tidak akan menerimanya. Aku akan tetap menyiksanya." Kata marjilah sembari berlalu meninggalkan ruang tamu.
"Sudah,jangan kamu dengarkan omngongan ibunya Yanto. Sekarang kalian masuklah ke kamarnya mungkin bela sudah terlalu capek."tutur sarjono
Marni hanya menganggukan kepala. Dan ia beranjak meninggalkan ruang tamu. Sedangkan Yanto hanya mengekor di belakang.
"Yanto. Kita perlu bicara." Kata sarjono.
"Iya,pakne." Jawab yanto. Iapun kembali duduk di hadapan Supono.
"Pakne,peringatkan sekali lagi. Kalau sampai kamu menyakiti Marni. Maka akan pakne habisi kamu."ancam sarjono.
"Iya,"jawab Yanto singkat.
Hari berlalu berganti dengan Minggu. Yanto masih tetap menganggur tak ada niatan untuk bekerja. Sedangkan Marni setiap pagi masih harus menahan sakit hati karena ulah ibu mertuanya. Bagaimana tidak? Setiap marjilah berpapasan dengan Marni ia masih saja selalu meludah di hadapan Marni. Sedangkan Marni hanya bisa terdiam dan menangis.sore itu Yanto sedang duduk di belakang rumah bersama marjilah.
"Bune. Sapi di belakang itu punya siapa to? Kok pakne yang ngasih makan?"tanya Yanto di suatu sore.
"Itu punya juragan Tora. Tapi pakne yang rawat. Nanti anakannya di bagi dua."terang marjilah.
"oh gitu. Enak ya,marti dapet suami kaya raya."kata Yanto.
"Kamu sich nggak nurut sama bune. Kalau kamu bisa nikah sama anak kota itu kamu pasti kaya. Dan usaha krupuk itu akan jatuh di tanganmu. Tanpa kamu susah payah."gerutu marjilah.
"Iya. Sebelum ijab Qabul terjadi malah mereka sudah datang. Jadinya aku nggak bisa berkutik ,bune."kata Yanto.
"Alah,kamu aja yang nggak pinter."cecar marjilah.
"Bune,mememang bagaimana ceritanya kok Martini bisa nikah sama bagus? Setahuku bagus itu sudah punya istri yang kayak buldoser itu?" Tanya Yanto.
"Iya. Pakne katanya yang menjodohkan mereka. Kamu tau? ternyata istri pertamanya nggak bisa hamil. Dan bagus menikah lagi supaya bisa punya anak. Dan setelah punya anak malah mereka menjauhkan Laila dari Martini. Sekarang Martini bak pembantu di rumah itu."terang marjilah.
"Martini sudah punya anak bune?"tanya Yanto.
"Iya. Laila namanya." Jawabnya.
"Kenapa mereka tak menceraikan marti?"tanya Yanto.
"Entahlah. Katanya dia tak akan pernah menceraikan marti."terang marjilah.
Setelah itu Yanto kembali ke kamar,di kamar ia mendapati Marni sedang merapikan tempat tidur.
"Bagi yang!"kata Yanto.
"Nggak ada." Juwana Marni singkat.
"Cariin Napa?"usulnya.
"Ogah." Tanpa mengurus Yanto,Marni keluar dari kamar, dia berjalan menuju dapur dan mengambil nasi dengan lauk untuk menyuapi bela. Namun baru beberapa suap nasi yang masuk dalam perut Bella,kini Marjilah sudah berkecamuk pinggang di depan Marni.
"Bagus ya. Makan tinggal makan,nggak nyari,nggak ngolah. Enak bener"umpat Marjilah.
Marni hanya menunduk dan menahan air matanya agar tak tumpah.
"Kenapa diem? Nunduk. Nanti tau-tau laporan ke bapaknya."sambung marjilah.
Marni beranjak dari duduknya. Ia meletakkan piring yang masih ada setengah isinya di dapur. Kemudian tanpa kata Marni mengandeng Bella untuk masuk kamar. Sedangkan marjilah masih berkecamuk pinggang di tempat semula.
Marni hanya tak ingin membuat keributan di rumah suaminya. Namun setiap orang memiliki batas kesabaran masing-masing. Saat di kamar,Marni masih berusaha keras menahan air matanya agar tak tumpah.
"Bu'e kenapa to kok Simbah galak. Bella mau makan saja di larang."tanya Bella.
"Bu'e nggak tau nduk." Kata Marni sembari tersenyum dan mengusap kepala Bella.
"Ya sudah. Kita lebih baik kita di sini saja. Daripada di luar nanti malah salah lagi."ucap Marni.
Namun bersamaan dengan itu Yanto masuk kamar dan menyambar jaket yang ada di gantungan baju.
"Aku pergi dulu. Malam ini nggak pulang." Kata Yanto.
Marni tak menyahut. Ia masih tetap hanya diam.

Bình Luận Sách (115)

  • avatar
    RahayuningtyasSelfi Aprilia

    bagus

    1d

      0
  • avatar
    KhairunnisaYasmin

    bagus

    12d

      0
  • avatar
    NiRa

    ceritanya sangat bagus saya suka

    16d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất