logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Bab 4

Sarjono termenung di kamarnya,ia memikirkan cara bagaimana cara mengurangi penderitaan pada menantunya. Kemudian ia memiliki akal,supaya menyingkirkan marti terlebih dahulu. Dengan begitu secara otomatis yang menyerang Marni pun berkurang. Sedangkan kalau istrinya,ia masih bisa mengendalikannya.
Sarjono tersenyum,ketika ia mendapati jalan keluarnya. Kemudian ia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar rumah.
"Pakne,mau kemana?"tanya marjilah.
"Mau keluar. Marti sudah tidur?"tanya Sarjono.
"Sudah."jawab marjilah singkat.
Sarjono kemudian menyusuri jalan kampung yang sangat gelap. Jalanan belum memiliki penerangan seperti sekarang.hanya tampak obor yang di pasang di sudut-sudut rumah warga sebagai penerangan jalan.
Sarjono berjalan membawa obor dan senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Setelah berjalan kaki satujam lamanya,tibalah Sarjono di rumah juragan Tora,juragan sapi termasyur di wilayahnya.
Sarjono pun mulai mengetuk pintu,rumah yang lebih indah dari yang lainnya sudah terpampang jelas di depannya. Rumah berdindingkan batu bata dan lantai beralaskan keramik putih menghiasi teras rumah juragan Tora.
Setelah Sarjono mengetuk pintu,tak berapa lama pintu besar itu terbuka. Dan nampak juragan Tora berada di belakang pintu sembari mengulas senyum.
"Eh,pak Sarjono. Mari masuk. Ada apa ini malam-malam datang kerumahnya dan sepertinya sangat mendesak,sampai-sampai tidak bisa menunggu hari esok."tutur juragan Tora.
"Iya juragan. Ini masalah marti. Apa benar kalau bagus,anak juragan tertarik dengan marti? Jika iya,saya berniat menjodohkan bagus dan marti."terang Sarjono.
"Oh,itu... Kemungkinan iya. Tapi apa kamu tidak keberatan kalau anakmu menjadi istri ke-2?"tanya juragan Tora.
"Saya rasa tidak. Marti setuju atau tidak biarkan saja. Aku sudah mengambil keputusan,juragan."ucap Sarjono.
"Baik kalau begitu. Besuk saya akan bawa bagus ke rumah untuk melamar marti. Namun aku nggak mau ada penolakan. Jawabannya harus iya. Dan seminggu kemudian kita akan melakukan resepsi."terang juragan Tora.
"Baik juragan. Kalau begitu saya permisi dulu." Kata Sarjono sembari beranjak dari duduknya dan meninggalkan kediaman juragan Tora.
Sepanjang perjalanan,Sarjono terus saja tersenyum. Ia akan memiliki menantu dari kalangan atas lagi. Dengan otomatis nama Sarjono akan semakin melambung tinggi.
Sesampainya di rumah,ia langsung membersihkan diri dan kembali ke kamarnya untuk istirahat.
Pagi harinya,Sarjono memberikan perintah pada anak istrinya untuk memasak makanan yang enak-enak.
"Pakne,memangnya kita akan kedatangan tamu?"tanya marti.
"Iya. Dan kamu nggak usah banyak tanya. Kerjakan saja. Setelah selesai langsung mandi yang harum."ucap Sarjono.
"Yang lagi bunting nggak bantuin? Berarti nggak boleh ikut makan enak ya!"ucap marjilah dengan nada sedikit berteriak.
Sarjono hanya menggelengkan kepala. Dan Marni pun tak pernah keluar dari kamarnya. Ia hanya duduk termenung di kamar,ia abaikan suara cacing di dalam perut yang terus meronta.
Sarjono memasuki kamar Marni sembari membawa sepiring nasi dan lauk. Ia membuka tirai pembatas yang di jadikan sebagai pintu. Sarjono melihat menantunya sedang duduk sembari mengusap perutnya yang sudah semakin besar.
Sarjono merasa prihatin,karena di usia kehamilannya yang sudah memasuki 9 bulan,ia harus menderita seorang diri.
Sarjono kemudian menghampirinya,
"Nduk,makanlah.kasian anakmu. Belum makan dari tadi."kata Sarjono.
"Tapi,bagaimana dengan bune dan dek marti kalau mereka mengetahuinya?"ucap Marni.
"Tak usah kau pikirkan mereka. Pikirkan saja anakmu."kata Sarjono sembari meletakkan piring di ranjang. Iapun kembali meninggalkan kamar Marni.
Marni langsung menyantap makanan yang di bawakan oleh ayah mertuanya. Marni memakan makanannya sembari menangis. Ia menangisi Nasipnya,setelah selesai dengan makanannya Marni meletakan piring di kolong ranjang. Ia takut kalau-kalau ibu mertua dan adik iparnya melihat ada piring bekas makan di kamarnya,maka mereka akan marah pada dirinya.
Marni tersenyum sembari mengusap perut nya yang sudah lebih nyaman karena ia merasa kenyang.marnipun merebahkan dirinya di ranjang,dan tak lama kemudian ia tertidur.
Saat sore hari.
Rombongan juragan Tora sudah datang,dan Sarjono beserta istrinya menyambut dengan senyum nan ramah. Tentu martipun turut serta. Hanya saja ia tak tau kalau ia sedang menyambut calon suaminya.
"Selamat datang,juragan."sapa Sarjono.
"Terimakasih."ucap juragan.
Marti mencuri pandang pada bagus. Wajah bagus yang menawan dan pakaian menarik perhatian marti. Sedangkan bagus hanya memandang sekeliling tanpa memperdulikan Marti.
Setelah mereka duduk di ruang tamu,juragan membuka obrolan dengan mengutarakan maksut dan tujuannya datang ke mari.
"Jadi begitu,saya ingin melamar marti putrimu untuk bagus."kata juragan.
"Tentu. Marti,apa kamu bersedia menikah dengan bagus?"tanya Sarjono.
Marti hanya tersenyum dan mengangguk.
"Alhamdulilah,marti setuju juragan."kata Supono.
"Baik. Kalau begitu tiga hari lagi akan kita adakan pertama dan peresmiannya."kata juragan.
Ibu dan anak itu tampak melongo. Tak di sangka ia akan mendapatkan menantu seperti bagus yang tampan nan kaya.
Bagus hanya tersenyum,lebih tepatnya senyum licik yang ia tampilkan,ketika ia melihat binar di wajah ibu dan anak yang cenderung gila harta.
Sementara itu,Marni merasa haus. Dan ia tak menyadari kalau di ruang tamu sedang ada banyak orang. Karena baru bangun tidur,iapun langsung berjalan menuju dapur tanpa menoleh ke sekelilingnya. Bagus yang melihat Marni keluar dari kamar,ia merasa langsung terpikat dengan Marni.
"Wow,ayah.. gadis yang bunting itupun sangat cantik. Aku mau memilikinya juga ayah."gumam bagus di telinga ayahnya.
Juragan Tora mengalihkan pandangan pada Marni yang masih berjalan menuju dapur.
"Siapa dia?"tanya juragan
"Dia menantuku,namanya Marni."ucap Sarjono.
"Di mana suaminya?"tanya juragan.
"Sedang pergi berdagang,juragan." Kata marjilah.
Marjilah menyadari kalau calon menantunya itu telah tertarik dengan Marni. Marni tetap acuh dengan semua yang berada di ruang tamu. Setelah selesai mengambil minum,iapun kembali ke kamarnya untuk melanjutkan mimpinya.
Sedangkan bagus tak hentinya memandang kagum pada Marni. Sedangkan marti yang menyadari itu hanya cemberut.
Malam itupun berlalu dengan cepat. Dan para tamu pun sudah beranjak pulang. Marti dengan geram mendekati Marni di kamarnya,Marni kini sudah berkecamuk pinggang di dalam kamar Marni.
"Dasar,perempuan ganjen. Sudah bunting aja masih ganjen."hardik marti.
Marni pun merasa heran mendapat cacian dari iparnya itu.
"Ada apa?"tanya Marni.
"Ada apa? Kamu bilang. Di luar sedang ada acara lamaran Julia. Dan kamu keluar eh calon suamiku malah tertarik padamu."kata marti sembari menjambak rambut Marni tanpa ampun.
"Cukup. Lepaskan."kata Sarjono.
Sarjono menampel tanggan marti dengan kasar.
"Kamu nggak lihat? Kalau Marni sedang hamil besar? Dasar!'umpat Sarjono.
"Awas kamu."marti berlalu sembari memukul kepala Marni.
Marni hanya diam saja,ia merasakan mules di perutnya dan ia terkejut karena air ketubannya sudah pecah.
"Ya Allah."Sarjono yang melihat keadaan Marni langsung mendekatinya.
"Nak,sabar ya. Aku panggilkan mbok Sumi."kata Sarjono.
Sarjono berlari keluar rumah dengan tergopoh-gopoh. Beruntung rumah mbok Sumi tak jauh dari rumahnya. Dan kini Sarjono sudah sampai di depan rumah mbok Sumi.
"Mbok,itu Marni akan melahirkan."teriak Sarjono. Mbok Sumi pun langsung berlari ke arah rumah Sarjono. Dan Sarjono mengekor di belakang mbok Sumi.
Sementara Marni sudah merasa kehilangan tenaga karena menahan sakitnya. Sedangkan marti dan ibunya hanya memandang kesakitan Marni.
"Biar mati sekalian ya bune."kata marti.
"Iya. Gara-gara dia kini mas Yanto pergi dari rumah. Kini di mana bune keadaan mas Yanto?"tanya marti.
"Entahlah " saut marjilah.
Sementara itu para warga sudah berkumpul di belakang mbok Sumi untuk memberi bantuan pada Marni yang akan melahirkan mbok Sumi memasuki rumah Sarjono dengan tergesa-gesa. Dan ia langsung memberikan pertolongan pada Marni. Sentara para tetangga melontarkan desas desus atas perlakuan kedua anak ibu itu pada Marni.
"Dasar. Nggak punya hati ya. Marni sedang berjuang mempertaruhkan nyawa malah menikmati penderitaan Marni."ucap para tetangga.
Tak berapa lama Marni melahirkan putri mungilnya. Marni masih terkulai lemah. Dan para tetangga pun bersorak bahagia melihat putri yang Marni lahiran.
"Pak Sarjono. Ini cucunya "kata mbok Sumi.
"Cantik sekali,"ucap Sarjono.
"Cantik apanya. Wong buluk gitu kok." Umpat marjilah.
"Ya pantas kalau buluk. Wong bapaknya kan buluk. Neneknya pun buluk."kata salah satu tetangganya.
Putri pertama Marni telah di beri nama bela. Pagi harinya,Marni meminta ijin pada Sarjono untuk berkunjung ke rumah ibunya. Karena ia baru saja melahirkan. Dan ia tak ingin menambah beban keluarga Sarjono.
"Pak,ijinkan saya untuk tinggal di rumah Romo sementara waktu."kata Marni.
"Tentu nduk. Di tambah lagi di rumah akan ada acara besar. Nanti takutnya kamu dan bela malah tidak bisa istirahat."timpal Sarjono.
"Terimakasih pak."kata Marni.
"Kamu siap-siap saja. Nanti bapak antar." Kata Sarjono.
Saat Marni sudah selesai bersiap Sarjono pun mengantarkan menantunya untuk berkunjung di rumah Romonya. Sedangkan marjilah dan marti sama sekali tak pernah ambil pusing dengan apa yang Marni lakukan.
Marni di antaranya menggunakan sepeda butut yang berjaya di masanya. Sarjono mengayuh sepeda dengan perasaan bahagia,senyum selalu terpampang di wajah Sarjono.
Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh,mereka sampailah di rumah Romo.
Saat mereka tiba,Romo sedang duduk di teras,dan Romo yang melihat kedatangan dari besan dan anaknya pun langsung menyambutnya.
"Halo pak besan. Apa kabar?"tanya Romo.
"Alhamdulilah sehat. Aku harus selalu sehat karena aku akan selalu bermain dengan cucuku ini."kata Sarjono sembari mencubit pipi bela yang tengah terlelap di gendongan Marni.
"Marni ,apa kabar nak?"tanya Romo.
"Baik Romo."jawab Marni.
Kemudian Marni berjalan memasuki rumah yang langsung di sambut oleh kasih dan biyung.sementara Romo masih asik mengobrol dengan Sarjono .
Marni sangat bahagia bisa kembali di rumah yang telah menjadi saksi pertumbuhan Marni sejak kecil.untuk sejenak Marni bisa melupakan luka hatinya

Bình Luận Sách (115)

  • avatar
    RahayuningtyasSelfi Aprilia

    bagus

    1d

      0
  • avatar
    KhairunnisaYasmin

    bagus

    12d

      0
  • avatar
    NiRa

    ceritanya sangat bagus saya suka

    17d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất