logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 RASA TAKUT


"AZEL!!"
"AKSA!!"
Teriakan itu berasal dari kediaman keluarga Venta. Tiap pagi hanya suara teriakan yang terdengar, anak zaman sekarang kalau tidur sangat susah bangun, apa lagi pagi untuk berangkat sekolah. Itu membuat Meysa harus berteriak agar kedua anaknya bangun.
"AZE--"
Azel mebekap mulut mamanya cepat,"Udah bangun nih, jangan teriak teriak lagi mah entar tetangga sebelah marah lagi!" ia meletakkan jari telunjuknya di bibir mamahnya.
"Tangan kamu bau terasi!" Mesya menjauhkan tangan Azel dari hadapannya.
Sedangkan Azel ia terus mencebikan bibirnya kesal, ia sudah mandi dan menggunakan parfum masih saja di bilang bau terasi! gak enak banget di denger.
Tolong gue
Suara itu lagi batin Azel takut, suara yang sering ia dengar kembali terdengar.
"Bang Aksa!" teriak Azel ketakutan.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Meysa khawatir, pasalnya ia tak pernah melihat putrinya seperti ini.
"Ada apa?" tanya Aksa yang baru menuruni anak tangga rumahnya.
"Suara itu bang! suaranya datang lagi!" Azel menutup telinga nya kuat.
Aksa menghampiri adiknya lalu memegang kedua tangan adiknya,"Dia selalu minta tolong? kenapa gak kita tolong aja? kasian," Aksa memberi tahu adiknya agar Azel bisa mengerti.
"Aksa, adik kamu kenapa?" tanya Dika papah Aksa dan Azel. Ia langsung memeluk putri nya erat.
"Kamu kenapa? cerita sama papah,"
"A-aku sering denger suara orang minta tolong, tapi gak ada orangnya. Aku takut pah, suara itu selalu datang!"
Plis tolongin gue, gue mohon.
"Pah, dia minta tolong lagi," ujar Azel semakin ketakutan. Mengapa ia selalu mendengar suara aneh seperti ini. Ia sangat ingin tenang sekali saja.
"Zel, kamu gak kasian dia minta tolong terus? mending tolongin. Abang bakal bantu kamu kok," Aksa memegang kedua tangan adiknya lembut, lalu ia mengecup kening Azel pelan. Ia sangat sayang pada adiknya ini.
"Papah setuju sama abang kamu,"
"Tapikan itu bisa berbahaya pah!" Meysa tak terima
Kalau putrinya sampai berurusan sama makhluk lain seperti itu.
"Gakpapa mah, Azel akan coba," ia berusaha memberanikan diri untuk tidak terus terusan takut. apa yang abangnya bilang ada benarnya, seharusnya ia menolong nya bukan malah seperti ini. Mungkin tuhan memberinya kelebihan seperti ini agar ia bisa menolong makhluk yang seharusnya tidak di dunia manusia lagi.
"Yaudah, ayo kita ke sekolah!" Aksa menggandeng tangan Azel erat seraya bersalaman pada orang tua nya.
"Bang, aku penasaran kenapa dia selalu minta tolong," Aksa mengangkat bahunya tak tahu atas pertanyaan adik nya ini.
Tolong gue
"Oke gue bakal nolongin Lo! sekarang perlihatkan diri Lo!"
"Aaaaaaaaaaa" Azel menutup kedua matanya takut, Ia sangat menyesal. Rasanya jantung nya hampir copot.
"Kamu kenapa?" Aksa bertanya lembut. Kalau mau tahu Denal tak pernah kasar sedikit pun terhadapn Azel.
"D-dia muncul bang, tadi aku suruh lihatin diri lo dia malah muncul beneran!" cerita nya pada Aksa.
"Mukanya gimana?" tanya Aksa penasaran.
"Serem bang, pokoknya serem! b-banyak darah!"
Aksa menarik pergelangan Azel memasuki sekolah, ia tak mau kalau adiknya sampai membayang kan hantu itu. Baru saja sampai depan gerbang teriakan teman temannya sudah menggelegar di seluruh koridor, rasanya sangat malu.
"Temen kamu suaranya kek toa," ucap Aksa langsung pergi meninggal kan Azel dan teman temannya.
Di kelas Azel terus melihat penjuru kelas, di mana hantu itu pikirnya. Ia pergi menuju belakang sekolah nya. Semoga ia bertemu lagi sama hantu menyeramkan itu.
"Hey hantu, nimbul dong g-gue mau bantu lo nih," ucapnya menahan rasa takutnya, sampai kapan ia akan terus terusan takut.
Gak bisa, kalau gue nongol Lo langsung teriak.
"Gak papa biar jadi latihan ini, biar gue terbiasa,"
Yakin?
"I-iya y-yakin,"
"Aaa--" dengan cepat Azel menutup mulutnya sendiri. Kalau ia berteriak sendiri di sini bisa bisa di sangka gila.
"M-muka Lo k-kok s-er-em?" tanya Azel gugup, ia terus memandangi wajah hantu itu. Sangat menyeramkan, banyak darah di wajah nya.
"Gue kecelakaan"
"Berarti Lo dah mati dong? kalau udah mati kenapa masih di dunia manusia?"
"Gue belum bisa pergi kalau ke inginan gue terpenuhi,"
"Oh, jadi Lo minta tolong sama gue biar gue wujudkan keinginan Lo gitu?"
Sosok menyeram kan itu mengangguk," Bantu gue nyari seseorang,"
Azel menautkan alisnya,"Seseorang?"
"Iya, gue kecelakaan juga karna ingin bertemu sama dia."
Azel mengangguk paham,"Oke! kalau gitu gue masuk kelas dulu ya, dah mau masuk." pamitnya langsung menuju kelas.
Ah rasanya ia sangat senang, rasa takutnya perlahan hilang, semoga ia tak akan pernah takut lagi. Sebenarnya sesuatu yang kita coba tidak akan sia sia, lihatlah sekarang ia tak takut lagi. Azel terus tersenyum menuju ke kelasnya membuat teman-teman nya heran, apakah Azel gila pikir mereka.
"Zel? Lo lagi senyum?" dengan polosnya Mora bertanya. Ara menjitak kening kembarannya itu pelan, kenapa goblok sekali kalau bertanya, jelas jelas Azel sedang tersenyum malah di tanya lagi senyum?
"Zel, Lo lagi kasmaran atau lagi setres?" Kinara terus memandangi Azel yang terus tersenyum.
"Gw seneng banget, sekarang gue gak takut lagi ngobrol sama hantu!"
Temen nya tercengo mendengar ucapan Azel barusan, seperti nya Azel benar benar gila! apakh ia beneran bicara pada hantu? dan anehnya ia sangat senang kalau dirinya tidak takut lagi!
"Zel, serius deh!"
"Gue serius Nara!"
"Coba Lo ceritain sedetil detil nya," ujar Ara mendapat anggukan temannya yang lain.
Azel mulai menceritakan yang selama ini irasakan, tentu saja temannya takut. Jika mereka di posisi Azel mungkin mereka sudah menjadi gila karna ketakutan.
"Zel, hantu nya ganteng gak?" Mora bertanya sangat pelan pada Azel.
"Ganteng sih, cuma berdarah darah gitu mukanya juga ada luka luka. Oh iya mukanya hampir mirip sama yang tanding kemarin itu, yang ngelawan SMA kita."
"Banyak aelah yang tanding kemarin. Ada Deon, kevin, Vano, Adrian, Rakan, Nathan, Daffa." mora menghitung jari jemarinya seraya menyebut nama cowo yang tanding kemarin.
"Nah, ada yang pake baju merah itu,"
"Heh, semuanya pake baju merah kali Zel!"
"Iyah, maksud gw nomor nya tuh 19 "
"Oh, Deon atau Vino sih yang pake nomor 19?"
Udahlah Azel malas kalau bertanya sama Mora, selalu begini. Mending ia tidur, selagi tidak ada guru yang masuk.Ia tidur sangat nyenyak hingga tak sadar kalau guru telah masuk.
"Zel, guru!" Ara menggoyang goyangkan tubuh Azel pelan, takut ketahuan guru.
"Enghh"
"Guru goblok!" kesal Ara membanting tas yang ia pegang untuk menutup Azel agar tak ketahuan tidur.
"HADIRRR BUKKKK!!" azel mengangkat tangannya tinggi.
Ia menjadi bahan tawaan teman sekelasnya, bagaimana bisa guru lagi menjelaskan malah di kira absen, emang Azel sudah gila pikir temannya.
Ia menurunkan tangannya malu, ia hanya cengengesan tidak jelas menutupi rasa malunya. tangan goblok batinnya mencaci maki tangannya.
"Ada apa Azel?" tanya bu indah.
"Anu bu, saya mau izin ke toilet iya ke toilet," Azel menarik tangan Ara keluar kelas. Ah rasanya ia sangat malu sekali.
"PAK, AKSA KESAYANGAN SAYA SURUH KELUAR DONG!!" teriak Azel menjahili Abang nya.
"Anak zaman sekarang pacaran tak ingat umur! Aksa pergi kamu keluar!" Kesal pak Dadang menatap Denal sinis.
Aksa menurut saja dan langsung keluar kelas, ia tau pasti kalau adiknya telah mengerjai dirinya. Tapi tak apalah pelajaran matematika sangat tak menyenangkan.
"PAK!" Evan mengangkat tangan nya tinggi.
"Ada apa?"
"Cewek saya nunggu di depan, kalau saya gak dateng sekarang saya bakal di putusin pak," alibi Evan agar bisa keluar dari tempat ini. Tanpa aba aba Evan langsung berlari keluar kelas, ia tertawa senang bisa bebas dari pelajaran pak Dadang.
"Sudahlah! saya malas mengajar di kelas kalian," kesal pak Dadang langsung keluar dari kelas itu. Membuat seisi kelas tertawa senang.

Bình Luận Sách (98)

  • avatar
    BgmAndx

    ceritanya sangat menarik

    07/06/2022

      1
  • avatar
    AnjelitaInka

    cerita nya bagus, seruuu!!!!

    05/06/2022

      1
  • avatar
    KhotimahNurul

    bagus banget

    2d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất