logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 7 ide konyol aziza

Semenjak aku tau kenyataan itu, aku banyak diam dan banyak menolak ajakan Mas Fery di ranjang. Membayangkan saja aku sudah muak. Bagaimana bisa,tubuh itu berbagi keringat dengan wanita lain.
Aku mencoba menjalani hari seperti biasanya, meski hatiku diliputi rasa sakit yang teramat sangat, aku mencoba memendamnya sebelum aku pergoki di depan mata kepalaku sendiri. Aku juga belum cerita hal ini pada keluarga besarku.
Saat ini, aku juga masih menjalankan tugasku sebagai istri, memasak menyiapkan baju Mas Fery dan melayani kebutuhan nya, kecuali ranjang. Aku akan mencari berbagai alasan agar aku tak berjimak dengan nya. Kadang aku sengaja pura-pura tidur lebih awal,dengan alasan badanku lelah. Aku tau menolak ajakan suami itu dosa, tapi menurutinya seakan menyiksa batinku sendiri.Apakah menyelingkuhi istri juga bukan dosa?sama -sama bukan?
"Num, Mas hari besok mau pulang ke kampung lagi,ya?"ucap Mas Fery memberi tahuku dengan berbicara perlahan.
Kupejamkan mata, dadaku memanas mendengarnya. Aku tau, pasti mau menemui wanita itu.
"Kok pulang lagi? kan baru dua Minggu yang lalu,Mas pulang?"tanyaku meminta penjelasan.
Aku diam sejenak untuk mengatur perasaanku agar tidak emosi.
"Aku ikut"ucapku lagi.
Mas Fery nampak seperti gugup.
"Yakin mau ikut?"tanya Mas Fery.
"Iya,kenapa memangnya?nggak boleh?"tanya Ku.
"Tapi, Mas pulang naik motor. Yakin mau ikut?"tanya Mas Fery lagi. Aku tau, kenapa kamu naik motor,itu supaya aku nggak ikut kan?
"Kan ada mobil? kenapa naik motor?"tanyaku lagi.
"Mas mau bayar pajak motor, sekalian Mas pulang.Nggak lama kok, nanti Minggu pagi Mas sudah sampai rumah lagi. Itu juga berangkatnya Jumat sore"ucap Mas Fery lagi.
"Bayar pajak motor kan di Samsat kabupaten sini Mas,kenapa harus labas pulang? biar Hanum saja yang bayar pajak motor,kan itu pakai namaku"ucapku mencoba sedatar mungkin.
"Nggak papa,biar Mas saja, kesini kan KTP mu?"pinta Mas Fery meraih tanganku, mencoba mengelusnya. Aku segera mengelak dengan mengambil raket nyamuk dan pura-pura mengibaskan untuk menjerat nyamuk yang terbang.
Mas Fery menggaruk tengkuknya, bingung mau mencari alasan apa lagi.
"Samsat deket loh Mas,nggak sampai setengah jam sudah sampai,kalau pulang itu bukan labas namanya.Memang niat"ucapku lagi.
"Sudah biar aku saja yang bayar pajak"lanjutku.
Mas Fery diam sejenak.
"Kemarin waktu Mas pulang, Bapak mau beli ladang, tapi urusan nya belum beres.Ini Mas diminta pulang lagi untuk melanjutkan urusan"Mas Fery ber- alasan lagi.
"Itu punya uang buat beli ladang lagi?kok waktu habis mas belikan Hanum kalung,Mas bilang kalau bapak mau pinjam uang?"tanyaku menatap Mas Fery dengan penuh tanya. Malam setelah Mas Fery mengantarku beli perhiasan, dia memang bilang kalau Bapak mau pinjam uang sepuluh juta. Untung saja, uangnya nggak ada karena keburu kupakai beli perhiasan.
"Yaa itu untuk tambahan beli ladang.Jadi boleh kan,Mas pulang?"pinta nya lagi.
"Terserahlah"jawabku dengan malas.
Aku pejamkan mata, kepalaku sering sakit akhir-akhir ini. Satu yang aku pikirkan atas masalah ini, aku takut sakit jantung ibu kambuh kalau dengar aku mau cerai dari Mas Fery. Emang dasar brengsek kamu dan keluargamu itu,Mas.
***
Pagi ini masih ku jalankan rutinitas seperti biasa. Menyiapkan sarapan dan bekal makan untuk Mas Fery. Mas Fery memasukan beberapa baju ke dalam ransel nya. Kali ini kubiarkan ia menyiapkan pakaianya sendiri. Dia gak jadi naik motor, karena motor akan ku pakai bayar pajak.
Aku berangkat ke sekolah setelah mencium tangan Mas Fery. Mobil Mas Fery mengiring di belakang matic yang ku kendarai, berjalan pelan karena aku yang berjalan di depanya juga mengendarai motor dengan kecepatan rendah, ini jalanan desa kalau ngebut akan bahaya.
Aku terpikirkan satu cara untuk membongkar perselingkuhan Mas Fery dengan wanita di kampung halaman nya itu. Awas aja kamu ya Mas, kalau aku sudah ber aksi, dunia hancur.
Hari Jumat, anak-anak hanya senam dan berolahraga bebas. Aku duduk di dekat arena bermain dengan Aziza menunggu anak-anak yang sedang bermain bebas di lapangan.
Bunda Jesy dan Rindang berjaga di dekat pintu gerbang, jaga-jaga kalau ada anak yang lari ke luar.
"Za, Mas Fery mau pulang kampung sore ini. Kamu bisa nganter aku nggak? aku mau ngintilin dia, tapi aku nggak berani bawa motor sejauh itu"ucapku pada Aziza yang duduk menopang satu kaki nya di sampingku.
"Capek kali,Bund ngintilin pake motor,iya kalau nggak hujan juga"jawab Aziza santai.
"Ya gimana, orang adanya motor"ucapku putus asa. Kalau Aziza gak mau mengantar, apa aku harus nekat membuntuti sendiri Mas Fery pulang?
"Bund,minta tolong Mas Galih aja,pake mobil dia. Asal di tanggung bensin dan uang rokoknya"ucap Aziza memberi saran.
"Apa,Galih?"ucapku mengulang tanya pada Aziza. Gila ni bocah, ya kali aku mau buntutin perselingkuhan suami minta tolong Galih.
"Ya siapa lagi? saudara Bunda ada nggak yang mau nganter?"ucap Aziza balik bertanya.
"Ya ada,cuma masalahnya saudaraku belum pada tau sama masalah ini, aku males ribet kalau mereka tau sekarang"jawabku.
"Yaudah,makanya minta tolong Mas Galih aja"ucap Aziza lagi.
Aku diam. Jangan Galih,deh. Kalau ada yang lain mending yang lain aja. Aneh aja, dia kan ngejar-ngejar aku masak iya aku libatkan dia dalam masalah ini?
"Za, Om Gugun nganggur nggak ya sore ini? kalau minta tolong Om Gugunmu gimana? nanti uang rokok sama Bensin aku tanggung,deh?"ucapku bertanya lagi. Om Gugun punya mobil pick up,biasa di sewa untuk mengangkut barang-barang seperti sayuran untuk di angkut ke pasar,atau hasil bumi.
"Om Gugun ya sibuk,tho Bund. Sudahlah,Mas Galih aja. Lagian kalau misalkan Om Gugun mau nganter, pasti minta nya buru-buru.Bunda kayak nggak tau Om Gugun aja.Dia mah lebih betah nganter barang ketimbang nganter orang.Udahlah rempong minta tolong Om Gugun mah"jawan Aziza panjang.
Aku menggaruk kepala yang nggak gatal karena pusing. Tawaran Aziza untuk meminta tolong pada Galih masih aku pikirkan.
Kalau ada yang lain mending minta tolong yang lain dulu aja deh.Aku nggak mau nanti kalau sampai orang tau, orang akan berpikir macam-macam.Aku juga nggak mau kalau ini nantinya jadi Boomerang buat aku.
Bunda Rindang memencet bel tanda masuk, anak-anak berhambur lari ke kelas. Setelah ini akan berdoa dan langsung pulang.
Bunda Rindang dan Aziza menjaga gerbang saat anak-anak pulang, memastikan agar tak ada anak yang keluar gerbang saat menunggu wali nya menjemput. Sedangkan aku, memberesi kelas ku mengajar. Bunda Jesy memberesi kelas sebelah tempatnya mengajar.
Otak ku masih terus bekerja,memikirkan ide agar aku bisa membuntuti Mas Fery sampai ke kampungnya.
Tema belajar untuk seminggu kedepan sudah kami siapkan tadi sembari nunggu anak-anak selesai di jemput.Sudah jam setengah dua belas,ada satu anak lagi yang belum di jemput.
"Dika Mamanya kemana?"tanya Aziza pada Dika,satu anak yang belum di jemput.Wajahnya mulai mendung karena lama menunggu jemputan yang tak kunjung datang . Walinya ditelepon tak ada yang mengangkat.
"Mama sekolah"jawab Dika sambil menunduk mau menangis,Aziza mencoba mengalihkan sedih dan bete nya dengan mengajaknya ngobrol.
Aku terus menghubungi wali nya karena Dika anak kelas Matahari,kelas yang aku ajar.
"Halo,Mama Dika, ini Dika sendiri yang belum pulang,nanti di jemput siapa ya?"tanyaku saat sambungan telepon baru di angkat oleh Bu Indri ,Mama nya Dika setelah aku beberapa kali menelpon.
"Waduh belum ada yang jemput ya,Bun?ini saya ada jam ngajar, Ayahnya lagi bayar pajak di Samsat,aduh gimana ya?" terdengar nada kebingungan dari Bu Indri.
"Dirumah ada siapa,Bu? biar nanti saya antar saja kalau dirumah ada orang"ucapku.Kasihan juga kalau sampai siang nggak ada yang jemput Dika, lagipula kami juga ingin segera pulang.
"Nggak ada siapa-siapa,Bund. Oh yasudah nanti biar saya telepon adik saya saja,biar di jemput dan pulang ke rumah Neneknya aja"Ucap Bu Indri di seberang sana.
"Tolong tunggu sebentar,ya Bund? saya telepon adek saaya dulu"lanjut Bu Indri.
Setelah menjawab salam, aku mematikan telepon.
"Dika,tunggu ya. Kata Mama nya,nanti di jemput sama Om''ucapku sedikit berteriak karena Dika dan Aziza duduk di dekat pintu gerbang,sementara aku di area bermain.
"Bunda Rindang sama Bunda Jesy kalau mau pulang duluan nggak papa,Dika sebentar lagi di jemput kok,aku barusan telepon Mamanya"ucapku pada kedua rekan memgajarku.
"Yasudah kalau gitu,kami duluan ya,Bund"ucap keduanya. Aku mengangguk.
Kuhampiri Dika yang sedang duduk bersama Aziza. Wajahnya tak murung lagi karena tau akan di jemput.Paling sepuluh menit lagi jemputan nya datang.
"Gimana,Bund? jadi mau ngintai Mas Fery?"tanya Aziza membahas.
"Nggak tau,Za. Bingung aku minta tolong siapa"ucapku,aku masih tak enak kalau harus minta tolong Galih.
Lah, panjang umur. Galih datang untuk menjemput Dika.Bu Indri tadi adalah Kakaknya Galih jadi Dika ini adalah keponakan nya, mereka tiga bersaudara. Galih punya adik perempuan, ngajar di luar kota jadi ASN. Hanya Galih yang menekuni dunia wirausaha di keluarganya.Ibu dan Ayahnya juga pensiunan PNS guru.
Galih menepikan motor sportnya ke dekat pintu gerbang.Melihat aku dan Aziza duduk disana, Galih turun. Bahkan Dika sudah menggelayut di motor Om nya gak sabar untuk pulang.
Galih akan berbual basa-basi kalau bertemu.Memang orangnya supel,pada semua orang.
Aku mencubit lengan Aziza karena tanpa seizin ku dia mengutarakan apa yang kami bahas tadi.
"Za!"bentak ku sambil melotot ke arahnya.
"Halah,Bunda kelamaan sih mikirnya. Jadi mau apa enggak ini?"tanya Aziza membuat aku bimbang.
"Ya aku sih oke aja, aku kan santai waktunya.Mau kapan?jam berapa?"tanya Galih tanpa menanyakan apa masalahku.
"Nggak usah deh, nggak usah repot-repot"jawabku lekas.Aku masih memandang Aziza dengan pandangan ingin memarahi.Tapi Aziza santai saja.
"Iya,jadi gimana mau nggak,Bund?"ucap Aziza bertanya padaku.
"Om, cepetaaan!!"teriak Dika gak sabar ingin pulang.
"Bentar-bentar"ucap Galih pada Dika karena ujung kaos Galih di tarik-tarik anak itu.
"Yaudah nanti kabari aja, mau jam berapanya ya"Galih mengangkat tubuh Dika dan menduduk kan di jok belakang motor sportnya. Motor Galih meluncur meninggalkan area sekolah.
"Gila kamu,ya Za?"ucap Hanum kesal.
"Jadi mau nggak?"tanya Aziza lagi meyakinkan.
Aku berjalan cepat meninggalkan Aziza tanpa menjawab pertanyaannya. Konyol si Aziza,ada-ada saja tingkahnya.

Bình Luận Sách (48)

  • avatar
    PertamaHeldi

    jelekk

    11/08

      0
  • avatar
    dari07Wulan

    Kren bnget kak

    23/07

      0
  • avatar
    alfiandandy

    bagus

    14/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất