logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 kutemukan

"Huh, bapak-bapak kalo udah ngobrol lama nya ngelebihin emak-emak"ucapku seorang diri. Aku menunggu Mas Fery di mobil.
Tadi ada Mbak Caca,istri teman Mas Fery yang ikut juga, tapi karena anaknya rewel minta pulang, Mbak Caca pulang duluan,sedangkan Mas Fery masih ingin ngobrol sama temannya.
Tak nyaman aku perempuan sendiri,aku memilih menunggu Mas Fery di mobil.
Mataku terbelalak saat tak sengaja membuka laci depan karena tanganku yang iseng. Ternyata Mas Fery menyembunyikan ponsel ini disini. Dasar kamu Mas, mau kamu sembunyikan dimana juga pasti Allaah akan tunjukkan jalanku untuk menemukan nya.
Aku membuka ponsel itu.
"Dasar teledor,mana HP nya ngga pake password lagi"ucapku sambil mengutak-atik HP ini.
Aku membuka gallery, tak banyak foto disana. Cuma ada satu foto perempuan itu.
"Nggak cantik-cantik amat,masih cantikan juga aku"ucapku memuji diri sendiri.
Aku membuka chat WhatsApp di HP itu.
Bagaikan dihantam beban seratus ton, aku melemas ketika tahu, kenyataan yang ada di depan mata.
Air mataku turun begitu deras saat kubaca kata demi kata yang ada di chat itu. Ternyata Mas Fery sudah menikah dengan perempuan ini, dan perempuan ini sedang hamil. Ya Allaah ya Rabb, inikah alasan suamiku mendua?
Mas, kenapa tega banget sih kamu? Aku paling benci seorang pengkhianat.Kenapa nggak kamu jujur saja, kamu tinggalkan aku baik-baik karena aku tak punya anak.Nggak begini caranya.
Aku nggak tau, siapa nama perempuan ini, karena sepanjang tulisan chat yang aku baca, Mas Fery hanya memanggil perempuan itu dengan panggilan "Sayang", sedangkan padaku tetap memanggil nama.
Begitu cintanya kah dia sama perempuan itu. Kurang ajar kamu Mas.
Kulihat dari kaca mobil, Mas Fery sedang asyik tertawa lepas dengan teman nya itu tanpa tau apa yang aku rasakan disini. Ingin sekali aku turun, dan menghajar lelaki brengsek, yang selama empat tahun ini bergelar suami.
Aku jijik seketika melihat tawanya yang selama ini aku sukai, tawa itu sudah terbagi bahkan bukan cuma itu, Mas Fery sudah berbagi peluh dan keringat dengan perempuan lain sampai perempuan ini hamil.
Aku merasa dihinakan, aku semakin merasa memang aku yang bermasalah. Ingin ku teriak rasanya. Aku sudah tidak tahan.
Ku matikan HP ini lalu aku simpan dalam tas. Biar nanti akan jadi bukti perselingkuhan di pengadilan supaya mempermudah proses perceraian.
Ya,malam ini juga aku mantapkan hatiku untuk bercerai denganmu. Seketika hatiku nyeri, seburuk apapun perpisahan itu tetap menyakitkan.
"Dasar laki-laki kurang ajar"umpatku sambil memandang Mas Fery dari kejauhan.
Kulihat dia melihat jam tanganya dan berjabat tangan dengan teman nya itu. Dan kemudian berjalan kesini.
Aku mengelap air mata yang tadi tumpah, aku menarik napas untuk menenangkan perasaan.
"Hanum? kenapa? kamu nangis? maaf ya,Mas lama tadi soalnya lama nggak ketemu sama Lintang"
Ucap Mas Fery memohon padaku. Lintang adalah teman Mas Fery tang tadi ngobrol dengan nya dan mentraktir kami makan malam.
"Mas minta maaf ya,udah buat Hanum nunggu"ucapnya merasa bersalah,dia pikir aku mnangis karena lama menunggu. Ini memang kerap aku lakukan,kalau aku terlalu sebal dengan Mas Fery aku memang suka menangis.
"Jangan nangis,Mas minta maaf ya,namanya juga jarang ketemu. Yuk kita pulang. Udah jangan nangis ya sayang"Mas Fery mengelus kepalaku dan menyeka air mataku. Aku menampik tangan nya dengan keras saat mendengar kata sayang, aku merasa dia bukan memanggil aku. Ih jijik rasanya mendengar panggilan sayang yang Mas Fery lontarkan barusan.
"Sakit,Num"ucap Mas Fery mengangkat tangan kiri nya yang tadi aku hentakkan dengan keras.
'Lebih sakit lagi hatiku,Mas'ucapku dalam hati.
Aku masih tak memandangnya. Aku masih menangis menatap keluar jendela.
"Yaudah yuk pulang"kata Mas Fery mulai menghidupkan mesin mobil.
Sepanjang perjalanan aku menangis,menangisi pengkhianatan suamiku yang brengsek ini.Mas Fery mencoba mengelus kepalaku, Mas Fery kira aku menangis karena bete kelamaan nunggu dia ngobrol.
Ingin rasanya aku cakar-cakar pria di sampingku ini. Atau aku gigit tanganya supaya bawa mobilnya oleng dan kecelakaan lalu dia mati,tapi aku takut malah nanti aku yang ikutan mati juga,dan belum membalas dendam pengkhianatannya.
"Arrrrrrgggghhhhh"aku menjerit sambil memukul kaca karena sesak dadaku.
Mas Fery menenangkan ku.
"Num,jangan gitu dong.Iya ini kita pulang.Mas minta maaf"ucapnya. Sudah jam sebelas malam ini. Aku memang bete tadi nunggu Mas Fery kelamaan ngobrol,tapi yang aku tangis bukan itu.
Sesampai dirumah,aku membanting tas ke arah meja rias sampai terdengar bunyi 'dug'.
Mas Fery menoleh memandang tas ku.Duh,jangan sampai dia notice kalau itu pasti suara HP yang terbentur dengan meja.
Aku langsung ganti baju dan tidur.Sakit banget hatiku.
***
"Num, nggak ngajar?"tanya Mas Fery yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya,sedangkan aku masih meringkuk di balik selimut sejak sholat subuh tadi. Aku diam nggaak menjawab bicaranya.
"Kamu sakit?"Mas Fery menyentuh keningku, secepat mungkin aku tolak tangan nya.
"Udah dong,Ah ngambeknya. Jangan kaya anak kecil dong,Num?"Mas Fery mulai kesal.
Aku bangkit secepat kilat duduk di hadapan nya. Aku benci dengan perkataannya barusan yang mengatai aku seperti anak kecil.
Aku menatap Nyalang wajahnya yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahku,napasku memburu.Namun aku masih tetap diam.
"Udah,dong ah"Mas Fery merapikan rambutku yang acak-acakan.Mataku sembab karena menangis semalam.
Aku masih diam sambil terus menatapnya.
"Udah jam tujuh ini, kamu nggak ngajar?"tanya nya lagi mengulang.
Aku memilih tidur lagi, pegal juga mataku menatap Mas Fery dengan tatapan tajam begini.
Mas Fery menyediakan teh hangat dan menyimpan nya di meja rias,dia pikir aku sakit.
Dia berangkat kerja sendirian. Setelah mengunci pintu, kudengar Mas Fery mengeluarkan motor, tapi agak lama tak ku dengar suara motor di starter,aku penasaran dan keluar kamar, mengintip dari hordeng jendela ruang tamu.
Mas Fery mencari -cari sesuatu di mobilnya sampai terlihat frustasi.
Pasti dia mencari HP yang aku simpan di tasku semalam.Gak akan kamu temuin Mas karena HP itu ada sama aku.
Liat aja,sebentar lagi akan kubongkar perselingkuhanmu selama ini.
Aku menghubungi Aziza kalau aku gak masuk hari ini. Dan aku juga meminta agar dia kesini sepulang sekolah. Akan kutunjukkan bukti perselingkuhan Mas Fery pada Aziza.
Aku lapar, aku tak semangat untuk memasak. Untung ada roti di kulkas. Ku ganjal perutku dengan roti tawar dan segelas susu pagi ini. Di kampung, agak susah untuk cari sarapan diluar, ada juga di dekat sekolah ku,jauh kalau harus kesana.
Jam sebelas siang, Aziza datang. Aku segera makan ketoprak yang tadi aku pesan pada Aziza untuk membelikan. Perutku sudah sangat lapar karena sedari pagi hanya makan roti saja.
"Bund, bengkak banget matanya"ucap Aziza melihat wajahku. Aku ngaca di ruang tamu, iya mataku sembab dan pucat.
"Kurang ajar memang dia itu,Za. Aku sakit banget pas tau kalau Mas Fery udah nikah sama perempuan itu,kakak ipar dan mertua juga sama saja brengseknya"ucapku dengan tangis lagi.
Aziza hanya mematung diam.Dia bingung mau bersikap bagaimana.
"Sudah,makan dulu,Bund.Nanti maghnya kambuh loh"ucap Aziza.Ya dia benar,kalau aku nggak makan aku takut sakit lambungku kambuh. Aku nggak mau kalau aku sakit,dan Mas Fery merawatku aku nggak mau berhutang Budi lagi padanya. Jijik rasanya ingat dia.
Kuseka air mataku dengan tissu, aku tak ingin terus-terusan menangisi ini.Nanti badanku tambah kurus,aku tak mau itu.
"Nih, kamu baca sendiri chat mereka.Gimana aku nggak sakit hati,Za.Ini pengkhianatan besar"ucapku lagi.
Kusodorkan HP Mas Fery pada Aziza,sementara aku terus melahap ketoprak lontong yang lezat ini. Sakit hati begini,aku tetap harus makan banyak. Karena untuk menghadapi kenyataan pahit juga butuh energi.
Aziza menyodorkan botol minum saat melihat aku cegukan.
Aziza hanya geleng-geleng membaca chat di HP Mas Fery yang ku ambil semalam.
"Bund,sabar ya"ucap Ziza mencoba menenangkan ku.
"Sabar aja nggak cukup,Za. Pokoknya aku akan buat perhitungan sama dia dan keluarganya. Aku juga mau cerai,pokoknya mantap cerai sama dia"ucapku penuh emosi.
"Bunda udah yakin mau cerai? apa nggak di musyawarahkan dulu dengan keluarga besar Bund?"tanya Aziza.
"Ya nanti aku pasti musyawarah sama keluarga, tapi tetap apapun nanti aku mau cerai saja. Buat apa mempertahankan laki-laki pengkhianat kaya gitu. Kalau Mas Fery sekedar berpacaran,mungkin aku bisa memafkan,Za. Bayangin, ini perempuanya udah hamil.Hamil Zaaa"ucapku lagi dengan air mata yang luruh dengan sendirinya. Membayangkan betapa bahagianya Mas Fery saat mau punya anak dari perempuan lain, sedangkan aku, dari bulan ke bulan terus menanti dan berharap agar tamu bulanan tidak datang.
Sungguh, ini suatu penghinaan buat aku. Aku pasti akan makin di olok-olok sama keluarga suamiku nanti.
Aku beranjak ke kamar. Ku seka dengan segera air mata yang tadi sempat tumpah. Ku ambil surat rumah, dan surat-surat motor juga beberapa perhiasanku. Aku memasuk kan ke dalam tas.
"Za, aku percaya sama kamu, aku titip sama kamu ya. Aku khawatir kalau nanti aku sama Mas Fery cerai, dia akan menyimpan barang-barang ini lebih dulu"ucapku pada Aziza sembari menyerahkan tas.
"Apa ini,Bund?"tanya Aziza,membuka tas dan melihat isinya.
"Bund, mendingan titip ke rumah Ibunya Bunda Hanum aja deh, aku takut hilang kalau disimpan dirumahku"Aziza menyarankan. Dan menyerahkan tas itu lagi padaku.
"Masalahnya,aku belum cerita sama keluargaku,Za. Aku takut Abangku marah kalau aku kasih tau sekarang, dan nanti keburu surat ini diambil Mas Fery duluan,untuk sementara aku titip ke kamu, kalau nanti keluargaku sudah tau. Aku ambil lagi deh"ucapku meyakinkan.
"Yaudah"jawab Aziza.Kemudian menyimpan tas ku tadi yang kuberikan padanya.
Aziza menemaniku sampai sore hari. Sekedar memberiku support system agar aku kuat menghadapi ujian rumah tangga ini.
"Za,kalau orang cerai itu, pakai pengacara segala ya?"tanyaku pada Hanum.
"Ya aku mana tau,Bund.Aku loh nggak pernah ngurusin begituan"jawab Hanum santai sambil main ponsel.
"Kan saudaramu ada yang cerai, tanyain dong ,Za?"
"Kayaknya nggak juga deh,Bund. Kecuali kalo kita artis. Baru pake pengacara"jawab Aziza meledek.
"Asem kamu,Za"
"Manis gini dibilang asem"jawab Aziza sambil berpose sok manis.
Untung ada Aziza, masih kalang kabut begini dia bisa menghiburku dengan candaan ya yang garing.
Setelah sholat ashar, Aziza pamit pulang.
"Oiya,Za. Aku titip HP ini juga ke kamu, biar kalau Mas Fery nyari, mau seisi rumah ini dibongkar,pun nggak akan ketemu"ucapku pada Aziza sambil menyerahkan HP baru milik Mas Fery.
"Sinih"Aziza menyipan dalam tas nya.
***
"Cari apa,Mas?"tanyaku pada Mas Fery saat ia terlibat kebingungan mencari sesuatu di mobil.Ia sampai terperanjat karena kaget. Pasti cari HP. Cari aja Mas,sampai lebaran monyet kamu nyari disitu juga nggak akan ketemu.
"Enggak,Mas lagi cari berkas Mas kayaknya ketinggalan di mobil"jawab Mas Hanum beralasan.Matanya menyiratkan sedang kebingungan.
"Yakin cari berkas?"tanyaku dengan nada penuh selidik.
"Iya,berkas Mas.Kamu lihat nggak? di map cokelat"jawab Mas Fery.Sudahlah Mas nggak usah berpura-pura. Kamu nggak akan menemukan barang yang kamu cari disitu sampai kapanpun,karena barang itu sudah aku amankan.
"Map cokelat kan ada di kamar sebelah? lagian sejak kapan Mas taro Map cokelat disitu? semalem emang pas makan malam bawa-bawa map? enggak kan?"ucapku.
Mas Fery seperti kebingungan sendiri. Iaemggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Lagian, ini udah malem lho Mas? mau ngapain nyariin berkas kerja?"tanyaku penasaran.
"Yaudah,Mas coba lihat di kamar sebelah,ya?"
Mas Fery tak menjawab pwrtanyaanku tadi, dan langsung masuk ke kamar sebelah.
Semakin bingung mengobrak-abrik isi kamar karena barang yang di cari gak kunjung di temukan. Sampai-sampai matanya nggak liat kalau Map cokelat itu ada di hadapan nya.
"Mas, itu kan map.cokelat yang Mas cari?"kataku sambil menunjuk map di depan nya.
"Oh, ohiya ini.Sakinh paniknya sampai nggak ngeh"ucapnya lagi dengan gugup.
Muak sekali aku melihat aktingmu,Mas. Kutinggalkan saja Mas Fery ke kamar untuk tidur.
Sekitar satu jam, Mas Fery menyusul aku ke kamar. Aku yang tak bisa tidur hanya menatap dinding kamarku yang membisu.
"Belum tidur,Num?"tanya Mas Feryendekat danencium tengkuk ku yang tidur miring mebelaknginya.
Aku tau kode ini.
"Mas, aku lagi haid"
Mas Fery menarik napas,dia pasti kecewa dengan pernyataan ku batusan.
"Perasaan belum sebulan, kok udah haid lagi?"tanya Mas Fery dengan sedikit nada kecewa.
"Siklus pendek"jawabku singkat.
Maaf,Mas aku terpaksa berbohong untuk menolak gejolakmu, tapi aku jijik rasanya membayangkan kamu menjamahku sedangkan kamu juga menjamah perempuan lain.

Bình Luận Sách (48)

  • avatar
    PertamaHeldi

    jelekk

    11/08

      0
  • avatar
    dari07Wulan

    Kren bnget kak

    23/07

      0
  • avatar
    alfiandandy

    bagus

    14/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất