logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 5 Terciduk

Gina mencebik, cemberut. "Udah kek yuk, kita gabung ke grupnya Elsa aja. Bentar lagi loh waktunya habis!" ucap Gina coba menyeret-nyeret tangan Kania.
"Ayo ih buru." ucapnya lagi, masih menarik-narik tangan Kania namun yang ditariknya malah justru angot-angotan, nempel di bangku, seakan di lem.
"Kania, lo mau apa nilainya jeblok lagi? masih mending lima lah ini..telor dadar." ucap Gina.
Kenneth terus menonton mereka. Saat ketika Gina sudah merasa lelah dan pergi mengembara mencari contekan, Kenneth mencolek pundak Kania.
"Nona tidak mengerjakan?" tanya Kenneth.
Gadis itu masih sibuk menggambar dalam keadaan wajah menempel di meja.
"Enggak, udah kamu balik lagi aja kalo bosan Ken. Aku lagi mager." ucap Kania.
    
"Kalau begitu biar saya saja yang kerjakan soal barusan ya. Bukunya yang mana Non?' tanya Kenneth. Kania mengerjap-erjapkan matanya, ia merasa salah dengar dengan perkataan Kenneth barusan. Ia segera menoleh ke belakangnya. Kenneth heran ditatap seperti itu namun baru akan bertanya, Kania sudah tanya duluan.
"Emang kamu bisa ngerjain ini?" tanyanya penasaran 
"Saya usahakan bisa Non. Saya lumayan paham dengan yang dijelaskan barusan." ucap Kenneth masih dengan logat jepangnya.     
"Hebat kamu Ken, baru aja masuk kelas tapi udah paham." ucap Kania.
"Boleh saya minta buku materinya Non? saya akan coba memahami lebih jauh tentang pelajaran barusan." tagih Kenneth.
Kania nyengir dan berikan buku paket beserta buku soalnya pada Kenneth dengan senang hati.
Kenneth segera membaca buku paket itu dan soalnya, memahaminya dan mulai menulis beragam rumus serta jawaban ke buku soalnya. Sorot mata yang serius tertuju lurus pada buku.
Kania terus melihat bagaimana tangan itu memegang pulpen, menulis banyak angka ke dalam lembaran kertas buku itu.
Kania begitu menikmati memandang anak lelaki itu, kagum dan takjub. Semua perasaan jadi satu.
Bagi Kenneth, membalas budi adalah salah satu hal yang ia mesti lakukan atas apa yang telah keluarga itu berikan padanya.
Sebuah kehangatan yang tidak pernah ia sangka dan prediksi kehadirannya. Kehangatan yang tidak pernah ia harapkan untuk kembali hadir menyapanya. Mereka adalah keluarga yang baik...
Setidaknya ia harus tahu diri, jika kehadirannya disana tak lebih sebagai manusia besi bagi keluarga mereka.
Ia harus memahami dengan baik dimana posisinya berada, ia adalah pengawal yang diharuskan memuaskan hati tuannya, tidak lebih.
Ia harus paham meskipun... terkadang ia merasa sangat egois... untuk balik menganggap mereka sebagai keluarganya.        
Keluarga keduanya, setelah ibu dan ayahnya.
Gina melihat jelas di kejauhan tampak Kenneth sedang mengajari Kania, ternyata kini temannya itu yang balik mengerjakan soalnya seorang diri meski tak pernah lepas dari instruksi yang diberikan oleh sang pengawal pribadinya.
Gina pun nyengir kuda lalu mendekati Kania kembali, seakan balik ke rumahnya lagi. Kania menatap sebal Gina.
"Ngapain kamu kesini? Bukannya kamu udah minggat dari rumah?!" tandas Kania, Gina menempel pada Kania dan cengengesan, mencoba sok dekat dengannya.
Kenneth tersenyum melihat mereka berdua. Kania yang melihat itu sepintas langsung tercengang, tak lupa dengan Gina.
Meski hanya sebentar sampai akhirnya lelaki itu mendatarkan kembali wajahnya layaknya jalan raya.
Entah Kania maupun Gina, seakan baru saja disuguhkan oleh pemandangan yang patut untuk diabadikan.
Pemandangan sangat langka!
"I-itu barusan Kenny senyum bukan karena lagi sakit atau apa kan? dia enggak lagi minum obat puyer kan ya?" tanya Kania cemas.
"Kayaknya enggak deh. Dia keliatan baik baik aja." jawab Gina.
Kenneth memandang mereka sama datarnya dan tersenyum kembali meski tampak tipis. Gina menunjuk.
"Tuh! tuh kan! dia senyum lagi! ya ampun, manis banget sih. Gula aja kalah." ucap Gina yang di akhir kalimat terlihat kagum.
Rini saat ini sedang dikerubuti layaknya madu, wajar saja karena dia adalah si ranking 5 besar di kelas ini.
Dia pasti sasaran para pencontek atau para pelajar dadakan. Namun ketika Rini melihat ke arah Kenneth, bagaimana Kenneth dengan setianya mengajari Kania serta Gina, ia jadi geram.
Bahkan pulpen yang ia pegang langsung ia patahkan jadi dua saking kesalnya. Vega geleng-geleng.
"Ngerusakin yang kira-kira dikit kek, pulpen orang itu masalahnya." keluh Vega, apes karena pulpennya dijadikan bahan pelampiasan.
Beberapa saat kemudian. Gina, Kania dan Kenneth duduk bersebelahan di kursi kantin. Kenneth tampak tidak enak duduk satu kursi dengan nona mudanya.
"Non, lebih baik saya berdiri saja, ya? saya merasa tidak enak dengan Nona." ucap Kenneth segera bangkit namun Kania segera menarik tangannya kembali hingga membuatnya duduk lagi ke sampingnya.
"Jangan pergi! pokoknya kamu harus disini duduk sama aku dan makan sama aku! okeh?!" pinta Kania terkesan memaksa.
Kenneth diam saja, ia di ambang keraguan. Ia masih merasa tidak enak.
Kania dan Gina segera bangkit dari kursi masing masing lalu mengambil bakso pesanan mereka di kantin. Kania membawakan Kenneth bakso juga lalu berikan. Kenneth sempat menolak hal itu.
"Kenapa saya juga dibelikan, Non?" tanya Kenneth.
"Memangnya kenapa? masa sih kita makan terus kamu enggak? ya gak adil!" ucap Kania bersikukuh, Kenneth sedikit tergugah oleh kebaikan Kania, ia mematut terdiam.
Tiba-tiba disamping kiri Kenneth muncul seorang gadis yang sangat tidak diundang untuk hadir, dia adalah Rini. Ia tak sendiri melainkan bersama Vega.
"Wah, Mas Pangeranku juga lagi makan ternyata. Halo, Mas Ken? kok kita makanannya sama sih? apa mungkin kita jodoh ya?' tanya Rini. Kania mendengus.
"Yang sama bukan cuma kamu! aku dan Gina juga makan bakso bahkan teman disebelahmu juga! jadi jangan coba-coba mengira kalo kamu jodohnya Kenny deh!" tegas Kania.
Rini menampang wajah kecut bersikap bodo amat tentang hal itu..
"Ken, kok kamu baksonya dikit banget sih? ini pasti gara-gara Kania curang ya? Atau nyolong bakso punya kamu? Kasihan banget sih kamu Ken, nih aku kasih." ucap Vega memberikan baksonya pada Kenneth namun Kania menolak dan malah mendorong kembali tangan Vega hingga bakso itu jatuh menggelinding di lantai.
Vega geram. "Lo apa-apaan sih!" tandas Vega.
"Baksonya menggelinding itu karena kamu enggak ikhlas ngasihnya!" Kania balik bertandas.
Vega semakin kesal. "Apaan sih! jelas-jelas lo yang melempar!" tandas Vega.
Kania balik mendengus, ia makan bakso itu dengan tak ikhlas. Sama halnya dengan Vega. Kenneth merasa tidak enak berada diantara mereka.
Ia memaksa diri memegang sendoknya lalu suap bakso itu ke mulutnya.
Gina tiba-tiba berbicara.
"Kania, acara pentas seni nanti lo mau ikut apaan?" tanya Gina seraya menyuap baksonya.
"Emang ada acara apa aja sih?" tanya Kania.
"Acara dance, tari daerah, band, puisi, pantun, musikalisasi puisi, drama, nyanyi solo, nyanyi bergrup. Macem-macem." ujar Gina
"Aku males, mending nonton aja." ujar Kania. Rini meremehkan.
"Kania kan memang begitu, ngeliat guru menjelaskan soal aja tidur. Apalagi ikut begituan." Rini menyinyir. Kania balik merongos.
"Sori ya aku tuh enggak kayak kamu yang kerjaannya caper mulu sama cowok ganteng." balas Kania.
"Cewek caper itu wajar Kania, yang enggak wajar itu justru yang enggak caper." bela Vega.
Kenneth agak tidak paham dengan perkataan mereka yang menyebut kata "caper". Di kamus bahasa indonesia yang ia baca pun seingatnya tidak ada istilah itu.
"YA TERUS AKU HARUS NGIKUTIN KAMU GITU? CAPER, ALAY. IH GELAY." ucap Kania heboh, semua siswa dan siswi sibuk memusatkan perhatiannya ke arah mereka. Gina coba menyabarkan Kania, mengusap-usap punggungnya.
Disisi sebelah kiri terlihat Rendi dan beberapa teman lelakinya juga ikutan makan.
"Heran gue sama mereka, udah tahu musuhan, malah maksa duduk satu bangku. Ibaratnya kayak kucing sama tikus yang disatuin didalam satu kandang. Ribet." ucap Rendi yang langsung ditertawai oleh teman-temannya.
Sepulang sekolah, dikamar Kania.
Kenneth ikut masuk ke dalam kamar bersama Kania, membiarkan gadis itu merebahkan dirinya ke atas kasur. Ia ambil kaus kaki, dasi maupun tas yang tergeletak di bawah lantai.
Untuk kaus kaki ia taruh cucian kotor, untuk dasi maupun tas ia taruh didalam lemari. Namun khusus untuk tas ia tunda dulu lalu tanyakan.
"Non, tasnya mau dipakai lagi atau enggak? soalnya mau saya letakkan di lemari." tanya Kenneth.
"Taruh disini aja dulu. Ada peer soalnya. Nanti kamu ajarin aku ya, Ken?" pinta Kania memalingkan matanya dari ponsel lalu kembali melihat ponsel.
"Baik, Nona." ujarnya. "Tapi Nona, anda tidak makan dulu? apa perlu saya bawakan?" tanya Kenneth.
"Hihi, bawain dong." pintanya lagi.
"Baik." ujar Kenneth segera pergi meninggalkan kamar, menuju dapur yang berada di lantai bawah.
Tak lama berselang Kenneth pun sampai ke dalam kamarnya dengan membawakan sepiring makanan dan segelas air putih pada Kania.
"Tapi Non, apakah tidak apa apa kalau Nona makan didalam kamar ini? Soalnya Tuan pernah bilang kalau memakan di kamar itu tidak baik. Saya khawatir jika Tuan tiba-tiba datang dan memarahi Nona seperti waktu itu." ujar Kenneth.
"Papa kan kerja, Ken? kamu lupa? pulangnya aja jam enam sore. Udah deh enggak usah perdulikan Papa." ujar Kania.
"Baik, Nona." balas Kenneth seraya menaruh gelasnya ke atas dipan sedangkan sepiring makanannya ia berikan pada Kania. Namun Kania menolak dan langsung nyengir.
"Suapin." ucapnya manja.
"Baik." ujar Kenneth patuh. Ia suapi Kania saat itu dan berikan beberapa suapan sendok makanan pada Kania. Gadis itu memakannya dengan lahap dan mengunyahnya dengan rasa gembira, meskipun matanya terus memandang layar ponsel, menonton Youtube.
"Oh jadi gini ya, kalau dirumah enggak ada Papa?" tanya Roni yang tiba-tiba muncul sambil melipat tangannya didepan pintu.

Bình Luận Sách (68)

  • avatar
    Yunitafr

    500

    17d

      0
  • avatar
    SeptyanRafif

    mantap bgt

    26d

      0
  • avatar
    Balz Epep

    Sangat menarik

    04/07

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất