logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

BAB 3 Kepengen Lanjut Sekolah

Selepas SD, pikiranku hanya ada satu yaitu melanjutkan sekolah ke SMP. Dari dulu, aku selalu punya niat, punya harapan itu bahwa kelak jika aku selesai SD, aku harus bisa melanjutkan sekolah. Aku tidak ingin hidup bergantung pada nasib burukku, aku juga tidak ingin menyusahkan Nenek yang sudah merawatku dari kecil sampai sekarang ini. Aku hanya ingin menjadi seorang anak yang kelak berguna bagi kehidupan ku sendiri. Supaya orang-orang sekitar tidak memandang diriku sebagai seorang anak yang tidak memiliki siapa-siapa.
Niatku, aku utarakan pada Nenekku. Aku tahu, Nenek pasti tidak akan meresponku, Nenek pasti akan mengatakan padaku, "Cuk, kamu bantu saja Nenek dirumah, sekolah itu harus banyak uang, Cuk. Nenek mau ambil uang dimana untuk menyekolahkanmu."
Pasti itu yang akan aku dengar dari Nenek. Tapi tidak apalah, yang paling penting niatku sudah aku sampaikan kepadanya. Urusan di iyakan atau tidak, itu urusan nanti yang paling penting jangan pernah menyerah dengan kondisi. Aku percaya seutuhnya kepada Allah SWT yang Maha Merubah nasib hambanNya apabila dia berusaha dengan sekuat tenaga. Kemustahilan itu hanya milik bagi para pengecut.
Hari kelima setelah perpisahan acara sekolah selesai. Segala kepiluan selama ini dalam hidupku, aku melepasnya bersama perpisahan di acara sekolah. Masa-masa suram, masa indah, masa penantian akan kedua orang tuaku sengaja kulepaskan di saat acara perpisahan juga selesai.
Aku mulai menata hidup baru. Sprit dan energi baru mulai aku tata sedemikian rupa. Kulihat Nenek lagi duduk di depan rumah sambil memetik daun kelor untuk sayur siang ini.
Sekedar menyapa dan ingin menyampaikan perihal niatku yang mau melanjutkan sekolah. Disini, dalam dadaku bertengger semangat besar. Aku harus bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa ternyata seorang anak yang tidak mempunyai orang tua bisa juga melanjutkan sekolah. Sekolah bagiku adalah nafas abadi, disana aku bisa menemukan teman baru, bisa belajar dan membagi kasih antara sesama, disana juga, aku bisa melupakan perihal harapan yang selama ini menggebu dalam hatiku.
Meong, suara kucing itu mengejek diriku dalam impian besar yang mustahil bisa aku wujudkan. Sembari memeluk Nenekku, sekedar mencari celah untuk mendapatkan kata respon darinya.
"Nek, Ain kan sudah selesai SD nih, seperti keinginan anak usiaku pada umumnya, Ain mau melanjutkan sekolah, Nek, itupun jika Nenek menyetujuiku."
"Cucukku, apa pernah ada keinginanmu yang selama ini tidak pernah Nenek iakan ? coba mikir-mikir dulu, ada nggak ?. Apa ada harapanmu yang Nenek patahkan selama ini ?. Nenek ini sudah tua dan sebentar lagi mati. Nenek ingin sekali sebelum kepergianku nanti bisa melihat Ain menjadi anak yang lebih berani menghadapi hidup ini. Urusan sekolah, Nenek setuju Cuk ! namun bagaimana caranya Nenek bisa membiayai sekolahmu sementara Nenek sudah tidak mampu mencari uang."
Alhamdulillah ! Apa yang aku pikirkan ternyata tidak seperti apa yang aku dengar dari Nenek. Aku kira, Nenek akan melarangku untuk melanjutkan sekolahku, ternyata tidak !.
Hatiku bahagia, perasaanku begitu riang, aku memeluk Neneku dengan penuh semangat juang. Nenek pun memelukku dengan cinta kasihnya lalu dia berkata, "Cuk, selama bisa Nenek penuhi, Nenek akan penuhi cuma ada hal yang mesti kamu tahu, Cuk, jika dikemudian hari kamu meminta dibelikan keperluan sekolah baru Nenekmu ini tidak bisa penuhi maka jangan marah-marah ya. Cuk tahukan, gimana kehidupan kita sekarang ini. Allah SWT telah memberikan kehidupan seperti ini kepada kita berdua dan kita harus mensyukurinya, Cuk sebelum pemberian ini benar-benar hilang dari hidup kita, Cuk."
"Ain tahu dan paham kok Nek. Ain nggak bakalan memaksakan kehendak, Ain tuh cuma pengen aja Nenek mendukungku melanjutkan sekolah. Teman-temanku mungkin hampir semuanya melanjutkan sekolah di Selayar. Ain pengen melihat gimana sih Selayar itu dan yang paling pengen lagi Ain lihat itu adalah pelabuhannya yang katanya orang-orang yang dari sana, mirip seperti pelabuhan di Karumpa."
Ada cara, ada canda, ada ketabahan dan ada harapan yang selalu aku gariskan disetiap daun lembaran hijauNya. Aku tidak ingin menuliskan lagi setiap langkahku diatas kertas putih, kecerahan wajah tua manis yang tergambar di wajah Nenekku sudah sangat menghibur hatiku.
Kembali Nenek menanyakan motivasi apa yang membuatku sampai harus berpikir untuk melanjutkan sekolah.
"Cuk, kamu mau sekolah, sebenarnya kamu mau kepengen jadi apa ? sekolah itu mahal Cuk, pernah lihat nggak baju yang biasa dijual yang bagus banget. Hanya bisa dilihat tapi tidak bisa dibeli, menikmatinya untuk dipakai hanya sekedar membayangkannya, Cuk. Sekolah itu mungkin seperti itu, Cuk. Kamu ngertikan maksud Nenek, Cuk ?."
"Nek, Ain tahu bahwa apa yang Nenek ungkapan sebenarnya merupakan bentuk kekhawatiranmu padaku. Tapi ini masa depan Ain, Nek, jika masa depan ini tidak Ain kejar dari sekarang maka dikemudian hari pasti Ain akan menyesalinya. Nenek tidak perlu terlalu khawatir ya, ada do'a Nenek yang selalu menjadi teman Ain, ada rinduku yang tidak akan pernah terlupakan dalam dada Nenek. Ain ingin menjadi seorang Ibu yang sukses buat anak-anakku nanti, Nek. Ain tidak ingin menjadi wanita yang seperti Mamah yang rela meninggalkanku disini bersama Nenek. Ain ingin jadi seorang anak dan cucuk yang membanggakan Nenek. Dan yang paling utama, mungkin dengan melanjutkan sekolahku, teman-temanku tidak akan lagi memandangku sebagai anak tidak punya orang tua, dengan sekolah, mungkin mereka akan menghargai Ain lebih dan memperlakukanku layaknya mereka memperlakukan dirinya."
Musim indah telah berlalu, musim hujan baru saja dimulai. Daun kelor yang dipisahkan dari tangkainya telah selesai. Aku bersama Nenek masuk kedalam rumah.
"Ini akan menjadi masakan yang paling enak setelah daun kelor ini terakhir Ain cicipi dua bulan yang lalu" kataku pada Nenek.
"Cuk suka dengan masakan Nenek ?."
"Suka banget Nek !."
"Kalau gitu, jika Cuk suka masakan Nenek, jangan lama pergi sekolahnya ya. Cuk harus cepat pulang kerumah, Cuk harus cepat kembali kesini, Nenek mungkin akan begitu merindukanmu, Cuk."
"Nenek jangan sedih dong. Ain juga ikut sedih kalau lihat Nenek seperti ini. Ain janji sama Nenek, Ain akan cepat kembali kesini, kerumah, melihat Nenek memasak dan mencicipinya bersama."
Aku tidak rela dan tidak tega meninggalkan Nenek sendiri dirumah. Nenek sudah sangat tua di usianya saat ini. Tapi harus bagaimana lagi, niatku tidak boleh kendor apalagi sampai putus sebelum berjuang.
Lalu, entah siapa ? tiba-tiba saja datang kerumah menemuiku. Sepertinya aku mengenal orang itu tapi siapa ?.
Lebih dekat aku mendatanginya. Orang itu adalah wanita yang memakai kerudung dan memakai kecamata.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh !"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabaraktuh !" jawabku sembari memperhatikan wanita itu.
Eh, ternyata Ibu guruku ! "Ibu mau menemui siapa ?" dengan polosku bertanya pada Ibu guruku.
"Ibu pengen bertemu denganmu juga Nenekmu, apa boleh Ibu masuk kedalam rumahmu, Nak."
"Boleh, Bu !. Bu tunggu disini ya, Ain mau bikin teh dulu untuk Ibu. Nek, Nenek, ada Ibu guruku disini, Nek. Nenek kesini ya !."
"Ain jangan repot-repot mau bikin ini itu untuk Ibu, kamu disini saja duduk samping Ibu ya. Sambil menunggu Nenekmu, Ibu datang kesini cuma mau ajak Ain jalan-jalan ke selayar. Tapi harus izin dulu sama Nenek baru bisa pergi."
Seperti mimpi tapi nyata. Ain benar-benar tidak bisa percaya bahwa maksud tujuan kedatangan Ibu guruku adalah untuk mengajakku pergi jalan-jalan kekampungnya.
Tadinya aku sempat berpikir, sebenarnya kesalahan apa yang aku tinggalkan di sekolah sampai Ibu guruku harus datang kerumahku. Selama ini jika ada hal penting yang ingin Ibu guruku bicarakan pasti aku dipanggil kerumahnya atau ditemui disekolah. Apakah karena aku sudah selesai sekolah hingga Ibu harus datang menemuiku dirumah."
"Ain nggak tahu mau jawab gimana, Bu. Ain hanya bisa pergi jika Nenek mengizinkanku untuk pergi bersama Ibu."
"Ain tidak perlu pergi sendiri dan tidak harus meninggalkan Neneknya Ain disini. Ain bisa pergi bersama Ibu juga Nenek Ain bisa ikut."
"Gini aja deh, inikan kebetulan ada Neneknya Ain bersama kita disini. Ibu coba bertanya langsung ke Neneknya Ain apakah di izinkan atau tidak ? kalau di izinkan, menurut Ain gimana ? maukan ikut Ibu ke Selayar ?."
Antara senang bercampur sedih. Gimana tidak ? niat Ain memang disegerakan oleh Tuhan untuk pergi bersama Ibu guruku ke Selayar, itu artinya baru kali ini, kaki Ain menginjak Kota.
Sempat meneteskan air mata dihadapan Ibu guruku. Nenek, ketikapun ditanya akan kesediaannya pergi bersama ke Selayar justru menjawab, tidak !.
"Bu guru, Nenek sudah tua. Tidak bisa lagi pergi jauh-jauh apalagi sampai harus naik kapal laut. Jika Ibu guru memang ingin mengajak Nenek pergi, ajaklah Cucuk Nenek yang selalu ingin pergi ke Selayar. Katanya, dia ingin melihat dermaga kota Benteng Selayar. Nenek disini saja !. Cuk, kamu bisa pergi bersama Ibu guru jika kamu mau."
"Ain tidak akan pergi jika Nenek tidak ikut !."
"Katamu mau lihat dermaga di Selayar. Ini kesempatanmu, Cuk. Nenek mau ikut gimana ? disana, Cuk bukan hanya bisa melihat dermaga tapi semua yang belum pernah Cuk lihat akan kamu lihat. Jangan sia-sia kan kesempatan ini, Cuk."
"Betul Ain apa yang dikatakan Nenekmu. Disana kamu bisa melihat hal-hal yang baru. Kamu tentu tidak akan kesepian selama disana" sahut Ibu guruku sambil membujukku.
"Gini aja karena Ibu, dua hari lagi mau berangkat, gimana kalau selama dua hari ini, Ain bertukar pikiran dulu sama Nenekmu, besok Ibu akan datang lagi kesini untuk menanyakan kesiapanmu. Sebetulnya, Ibu mengajakmu karena ada hal penting yang Ibu ingin sampaikan tapi bukan disini. Ibu akan memberitahumu jika kita sudah berada di Selayar. Kalau gitu, Ibu pamit pulang ya, Ain harus mau ikut sama Ibu. Nek, terimakasih karena sudah mengizinkan Ain ikut bersama Ibu, Ibu pamit Nek. Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabaraktuh, Bu."

Bình Luận Sách (116)

  • avatar
    LUTFHI

    waw bagus

    5d

      0
  • avatar
    GirlApril

    baguss

    15d

      0
  • avatar
    ramdaniDani

    sangat baik

    23d

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất