logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 6 Love binds the soul

*****
Rian keluar dengan wajah memerah. Rania membuatnya susah bernafas. Ia harus menikahi wanita itu secepatnya. Ini baru sehari, bagaimana dengan besok dan hari-hari selanjutnya? Rian bisa sakit kepala dibuatnya.
Rania tampak asyik dengan handphonenya, mendengar lagu dari aplikasi musik kesukaannya. Saat melihat Rian keluar dari kamar, Rania ingin tertawa lagi. Dibekapnya sendiri mulutnya agar tidak kelepasan, pria itu mendelik.
"Sudah, cukup, jangan diteruskan." Nadanya sinis bersedekap, lalu menghempaskan tubuhnya.
"Sudah merasa lega?" Rania melepas earphone di telinganya.
"Jangan tanya, ini memalukan," jawabnya cemberut.
"Lain kali, jika hal seperti ini terulang lagi, aku tidak akan melepaskanmu."
"Oohh, benarkah?"
"Ra, dengar … meskipun aku sangat menginginkannya, aku tidak akan melakukanya karena napsu, aku ingin semuanya berdasarkan cinta. Aku ingin kamu mencintaiku lebih dulu," terangnya lembut.
Rania terkesima, pria ini begitu menjaga kehormatannya. Tampaknya Rian tidak pernah bermain-main dengan wanita.
"Ri, kamu punya kekasih sebelumnya?"
"Tidak," ucapnya seraya bersandar.
"Lalu, bagaimana dengan wanita-wanita di luar sana, pasti banyak yang menggoda bukan?"
"Aku tidak pernah bereaksi pada wanita manapun, kecuali padamu. Bahkan dengan memikirkanmu saja sudah membuatku menggila."
"Hah, yang benar saja. Lalu bagaimana kamu mengatasinya selama ini?"
"Ya, seperti tadi yang kamu lihat."
Rania terdiam, kehabisan kata-kata. Sebesar itukah cinta Rian padanya selama ini?
"Kamu dengar lagu apa?"
"Tentu saja lagu-lagu kesukaanku."
"Sebentar." Rian berjalan menuju speaker yang ada di sebelah TV, kemudian menyalakan sambungan bluetooth nya.
"Hubungkan sekarang," pintanya, lalu Rania menghubungkan handphonenya ke speaker itu.
Rania menyandarkan kepalanya ke sandaran merebahkan tubuh dan meluruskan kakinya ke atas sofa. Rian memposisikan dirinya di bawah, memangku kaki Rania di kedua pahanya.
"Itu terdengar bagus, dulu sering kamu nyanyikan di acara Radio. Aku tidak pernah ketinggalan setiap kali acara itu disiarkan. Kamu tau? Ketika aku merindukan suaramu, aku akan mendengarkan rekaman suaramu yang dulu."
"Ohya, bagaimana kamu mendapatkannya?" tanya Rania seraya tangan sibuk dengan media sosialnya.
"Aku membelinya."
"Rekaman itu? Wahh, hebat."
"Tidak. Aku membeli stasiun Radio itu."
Handphone itu meluncur jatuh ke dadanya. "Hah, apa? Kamu ... hanya demi sebuah rekaman kamu sampai membeli stasiunnya, yang benar saja?"
"Aku serius. Stasiun itu adalah salah satu kenangan tentang dirimu. Jika aku memilikinya aku merasa sangat dekat denganmu." Rian menatap Rania lembut ketika berbicara.
"Ri, kamu luar biasa. Sebesar itukah rasa cintamu?" Matanya berbinar.
"Kamu tidak percaya? Besok aku akan membawamu kesana. Aku membuat sebuah acara dari kata-katamu. Yang disiarkan setiap Minggu."
"Maksudnya acara 'love binds the soul' itu? Aku sangat menyukainya, kamu yang punya ide?"
"Hmm …."
"Ohh, Rian. Kamu sangat luar biasa?" Rania tiba-tiba bangkit dan memeluk pria itu, Rian tersenyum merasakan sesaat kehangatannya.
"Kamu sudah mulai jatuh cinta lagi padaku?"
"Tidak, aku hanya kagum." Rania melepaskan pelukannya
"Kalau begitu aku akan berusaha lagi. Aku punya seribu macam cara untuk membuatmu jatuh cinta padaku."
"Yahhh … cobalah semampumu, aku menunggu." Balas Rania santai.
"Baiklah, kamu akan melihatnya besok." Rian sangat percaya diri dengan ucapannya.
'Besok, apa yang akan terjadi besok? Ahh, biarlah, besok juga akan tau. Entah apapun yang dilakukan Rian, semoga saja bisa membuka pintu hatiku lagi,' batinnya.
"Ra … kamu belum cerita bagaimana kehidupanmu setelah pergi delapan tahun lalu."
"Hanya kehidupan biasa."
"Apakah sesuatu yang tidak ingin kamu ingat?"
"Yah, begitulah." Rania mengedikkan bahunya.
"Maukah kamu menceritakan?"
"Kamu yakin mau mendengarnya? Kamu siap?" tanyanya meyakinkan.
"Ya, jika kamu tidak keberatan menceritakannya."
"Tapi, aku yang belum siap melihat reaksimu setelah mendengarnya."
"Apakah itu sesuatu yang menyakitkan?" Rian berpikir, mungkin masa lalu Rania sangat menyakit, sehingga sulit baginya untuk bercerita.
"Ehmm …."
"Baiklah, aku akan menunggu setelah kamu siap. Bagaimanapun juga aku ingin mendengar semua tentangmu, meskipun sangat menyakitkan. Aku ingin kamu membagi semua sakit itu padaku. Agar aku hanya akan memberikan kebahagian saja padamu di masa depan."
"Oww, sangat menyentuh." Rania membelai lembut pipi Rian sesaat, ucapan lembut itu membuatnya terbuai.
Rian tersenyum merasakan belaian tangan Rania yang lembut.
"Mungkin lain kali akan aku ceritakan, sekarang aku ngantuk, kamar yang itu untukku bukan?" nunjuknya ke arah kamar tamu.
Dengan santai Rania bangkit langsung kesana setelah mematikan musik di handphonenya. Tiba-tiba tangannya diraih Rian lalu menariknya ke arah lain.
"Tidak, kamu tidur bersamaku."
"Ta–tapi, Ri … tidak bisa."
"Aku hanya ingin memelukmu sepanjang malam."
"Oo, terserah kamu saja. Tapi, benar kamu yakin?"
"Tergantung bagaimana kamu, jika kamu menggodaku lagi, aku tidak akan segan-segan. Aku akan langsung menerkammu, dan menghabisimu hingga pagi."
Rania tersentak. 'Oohh, Tuhan … bagaimana aku harus menahan. Melihat dada bidangnya saja aku sudah panas dingin. Apalagi harus memeluknya semalaman. Mungkin aku yang akan tergoda Rian, atau aku yang akan menghabisimu. Cukup, dasar pikiran mesum,' ia memukul pelan kepalanya.
Rian melirik lalu mendorong Rania hingga terduduk di kasur.
"Ada apa?"
"Ti–tidak apa-apa."
"Tunggu sebentar." Rian kembali keluar.
Dekorasi kamar Rian membuat Rania takjub. Terlihat sederhana tapi sangat elegan, cocok dengan kepribadian pria itu. Rian tipe pria yang tidak suka terlalu memuja kemewahan. Apapun yang membuatnya nyaman Rian akan menyukainya. Rania bersandar di kepala tempat tidur. Pemandangan kota besar terlihat dari jendela kaca, yang masih terlihat sibuk hingga malam hari.
Beberapa menit kemudian Rian kembali membawa secangkir teh hijau. Pria itu ternyata pergi ke dapur untuk membuat teh agar Rania bisa tidur dengan nyenyak.
Teh hijau mengandung asam amino yaitu theanine. Yang memiliki kemampuan dalam meningkatkan fungsi otak, menenangkan diri dan pikiran, serta mengurangi stres. Dapat memperbaiki kualitas tidur. Theanine bekerja dengan mengurangi hormon stres di otak, sehingga membantu seseorang untuk bisa lebih rileks.
"Minumlah teh ini."
"Terima kasih."
Setelah selesai Rian meletakkan cangkir teh itu di nakas. Ia naik ke atas kasur dan masuk ke dalam selimut. Lalu membaringkan tubuhnya.
"Kemari lah." Ditepuknya bantal mengajak Rania berbaring di sebelahnya, tatapannya teduh.
Perlahan Rania ikut masuk dan membaringkan tubuhnya terlentang, hatinya berdebar. Tangan kekar Rian menyelip ke leher Rania dan menariknya hingga mendekat. Sekarang kepala Rania 1berbantal lengan berotot pria itu. Tangan satunya meraih pundak Rania dan menariknya hingga mereka berhadapan. Rian menatap netra hitam wanita itu penuh kelembutan, wajah cantik itu seakan menyihirnya.
Rania pun membalas tatapan itu, kedua tangannya menempel ke dada bidang Rian. Ia merasakan detakan jantung di dalam sana sangat cepat. Sama dengan tempo jantungnya saat ini. Hanya saja Rian tidak merasakannya.
"Kamu gugup."
"Emm, sedikit."
"Kelihatanya kamu tidak canggung sama sekali."
"Kenapa aku harus canggung, ini bukan pertama kalinya aku tidur dengan seorang pria. Hanya sedikit gugup karena tidur di pelukan pria yang berbeda."
Rian diam sejenak."Bagaimana kehidupan rumah tanggamu dulu, apakah kamu bahagia?"
*****

Bình Luận Sách (263)

  • avatar
    Dye Issabilla

    sngt baik

    22/07

      0
  • avatar
    MoeJESSICA JESSY ANAK JISEM

    bagus

    31/10

      0
  • avatar
    SavitriNanik

    bagus sekali ceritanya🥰

    15/10

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất