logo text
Thêm vào thư viện
logo
logo-text

Tải xuống cuốn sách này trong ứng dụng

Chương 2 Kamu ingat lagu ini, Ra?

*****
Rian mendekap fotonya bersama Rania saat di taman hiburan dulu. Ia bersandar di kursi kebesarannya menengadah ke langit-langit. Perlahan cairan bening meluncur dari pelupuk matanya. Dia memejamkan mata memutus aliran air hangat itu. Ia seorang laki-laki hebat yang bisa menjadi lemah karena Cinta.
'Delapan tahun, waktu yang aku habiskan tanpa dirimu tidaklah mudah, Rania. Selama delapan tahun ini juga aku memendam rasa cinta yang semakin lama semakin dalam. Aku menyesali kebodohanku yang terlambat menyadari cinta yang sebenarnya. Aku sangat merindukan kamu. Saat aku tau kamu telah bahagia, aku menyerah. Mencoba melupakan dan menyimpan baik-baik kenangan kita. Ternyata kamu begitu menderita selama ini. Andai saja aku menemukan kamu lebih awal, mungkin sekarang kita sudah bahagia dengan keluarga kecil kita."
_____
Semua karyawan yang ada di lobi kantor Big entertainment menunduk memberi hormat kepada atasan mereka. Rian berjalan tanpa menoleh pada siapapun. Tubuhnya proporsional tegap dan atletis. Ekspresi wajah nya selalu terlihat dingin tidak pernah tersenyum. Namum, wajah dingin itu semakin memancarkan aura ketampanannya. Pengagumnya kebanyakan adalah karyawan wanita.
"Tujuannya kemana, Bos?" tanya Dion sang asisten.
"Cafe biasa," jawabnya datar.
Sang asisten mengangguk lalu memberi perintah pada sang sopir untuk segera jalan. Rian bersandar memejamkan mata mengusir lelahnya hari ini.
Sesampainya di cafe yang dimaksud Rian, ia memerintahkan kedua bawahannya untuk pulang dan meningkatkan mobil bersamanya. Lalu ia mengacak-acak rambutnya yang panjang hingga menutupi kuping dan keningnya. Kemudian mengambil kacamata berbingkai tebal dan memakainya. Dengan cepat ia mengubah penampilan agar tidak ada yang mengenalinya.
Rian memasuki cafe dan duduk di meja paling belakang dekat jendela. Dia mengedarkan pandangan mencari sosok wanita yang sudah bekerja selama sebulan di cafe ini. Selama sebulan ini juga Rian selalu datang walau hanya sekedar melihat wajah wanita itu.
Tidak lama seorang waiters wanita datang menghampirinya. Setelah memesan makan dan minum dari menu, ia sempat bertanya tentang keberadaan Rania. Hari ini jadwal kerja part time Rania di sini.
"Kak Rania masih sibuk di dapur, Pak," jawab waiters itu, dia pikir mungkin pelanggan ini adalah kenalan Rania.
Rian mengangguk dan berterimakasih. Lebih dari satu jam Ia menunggu, tapi Rania tak kunjung datang.
Beberapa menit kemudian Rian melihat sosok wanita yang dirindukannya keluar dari arah dapur. Rania bekerja sebagai waiters di sini. Sesekali ia juga membantu pekerjaan dapur yang sering kerepotan saat banyak pelanggan.
Rian memanggil waiters tadi untuk meminta kertas dan pulpen. Lalu dua lembar kertas kertas ia serahkan, satu kertas tertulis judul lagu untuk dinyanyikan oleh penyanyi cafe itu. Sedangkan satu lagi untuk diberikan pada Rania ketika lagu itu selesai dinyanyikan.
Ketika Rania mendengar lagu itu, ia terdiam seakan memikirkan sesuatu. Ia bertanya pada temannya lagu ini atas permintaan siapa? Wanita waiters tadi tidak mau mengatakan sebelum lagu itu selesai. Rania mengedarkan pandangan menebak orangnya. Tidak lama seorangpun yang ia kenal.
Lagu Kekasih bayangan by Cakra Khan. Rania mendengar dengan penuh penghayatan, mengingat kenangan saat ia pernah menyanyikan lagu ini. Rian terus memperhatikannya sedari tadi.
'Kamu ingat lagu ini, Ra? Lagu yang pernah kamu nyanyikan untukku dulu. Lagu yang membuat aku menyadari cintaku padamu. Kamu benar, cinta akan membawa kebahagiaan dan juga kesakitan. Cinta itu tidak bisa ditebak, datang dan pergi tanpa permisi. Cinta yang sebenarnya akan mengikat jiwa, memenuhi semua pikiran, cinta memiliki ruang tersendiri di dalam hati.'
'Kamu harus tahu sekarang, cinta itu benar-benar mengikat jiwaku, memenuhi semua pikiranku akan dirimu. Kamu bilang mungkin cinta itu sudah datang padaku tapi aku tidak sadar. Benar, aku tidak menyadarinya. Cintaku datang terlambat Rania, sekarang aku siap mendatangimu.'
Pandangan Rian tidak lepas dari Rania. Ia memuji kecantikan wanita itu sama seperti dulu, hanya saja sekarang terlihat lebih dewasa. Tergores kesedihan di wajah Rania, ia menghayati setiap bait lagu yang didengar. Hingga terdengar tepukan tangan para pengunjung, Rania tersadar. Lalu Rania menerima kertas kedua dari Rian, Rania membacanya.
'Aku disini, di meja belakang dekat jendela, cewek galak! Cowok resek'
Rania mengerutkan keningnya, ia melihat ke arah Rian berada. Tatapan mereka bertemu, Rian tersenyum padanya. Rania tiba-tiba pergi dan berjalan tergesa-gesa ke belakang. Melihat itu Rian bangkit dan segera mengikutinya.
Rania ternyata masuk ke ruang istirahat untuk staf. Rian pikir Rania akan pergi lagi setelah melihat dirinya. Saat ia hendak masuk, owner cafe itu tiba-tiba datang menghampirinya. Sepertinya si owner bisa mengenalnya walau dalam samaran.
"Pak Rian?" sapa si pemilik mengulurkan tangan, Rian menyambutnya.
"Oo ya, Pak David."
"Saya tidak menduga, Pak Rian mau datang berkunjung ke cafe ini."
"Iya, tentu saja Pak David, saya juga perlu bersantai, pekerjaan di kantor sangat memusingkan, tidak ada salahnya kan saya merefreshkan otak saya ini?"
"Hahaha, tentu saja tidak salah … oya, ada perlu apa Pak Rian ke sini?" tanya David tanpa basa-basi lagi.
"Ooo … begini pak David. Saya melihat kenalan saya tadi dan dia adalah karyawan Bapak. Boleh saya bicara dengannya sebentar?"
"Rania maksud Bapak?" tanya David menerka, yang dia lihat masuk ke dalam hanyalah wanita itu.
"Iya, boleh saya menemuinya?"
"Tentu saja boleh. Wanita itu sebenarnya pintar bernyanyi, sayangnya dia tidak mau menyanyi untuk pengunjung. Sangat bagus jika Bapak mau menjadikannya penyanyi. Apalagi kecantikan nya itu, benar-benar wanita sempurna."
Rian menaikkan sebelah alisnya. Mulai tidak suka dengan gaya bicara orang di hadapannya. Untuk sementara ini ia abaikan, jika sudah bertemu Rania ia akan membawanya keluar dari tempat ini. Gelagat pemilik cafe ini sudah tidak beres, jangan sampai sesuatu terjadi pada wanitanya di sini.
Pintu ruangan itu dibuka dengan perlahan. Rania sedang duduk sofa untuk istirahat. Saat menoleh kebelakang, ia kaget dan sontak berdiri melihat kedatangan Rian. Raut wajahnya tegang, bingung harus lari kemana lagi. Rian pun menghampirinya, Rania terdiam melihatnya.
Rian mendekat lalu berbisik di telinga wanita itu. "Hai … Rania, lama tidak bertemu, kamu apa kabar?" Suara itu terdengar lembut di telinganya, bulu halus di lehernya bergetar.
"Ri–Rian?"
Mereka saling berhadapan, sangat dekat. Jantung Rania serasa akan melompat, Rian tersenyum sangat manis. Senyuman yang dulu pernah membuatnya jatuh cinta.
"Ada apa dengan ekspresi aneh itu? Kamu tidak merindukanku?"
"A–aku …." Lidahnya tercekat, sulit untuk menjawab.
"Baiklah, aku sangat merindukanmu." Secepat kilat Rian menarik tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Rania yang tidak siap terbelalak.
Cukup lama ia terdiam, kemudian Rania membalas pelukan hangat itu. Ia pun merasakan hal yang sama, merindukan Rian. Sosok sahabat baik di masa remajanya, cinta pertamanya.
"Ri–Rian … aku …." Dadanya mulai sesak, pelukan Rian sangat kuat hingga menekan disana.
"Aahh, Maaf." Rian melepaskan. "Kamu kemana saja selama ini?"
Rian seolah tidak tahu apa-apa, dia sebenarnya mengetahui semua mengenai Rania, kecuali waktu wanita itu menghilang delapan tahun yang lalu.
"Aku … aku …."
*****

Bình Luận Sách (263)

  • avatar
    Dye Issabilla

    sngt baik

    22/07

      0
  • avatar
    MoeJESSICA JESSY ANAK JISEM

    bagus

    31/10

      0
  • avatar
    SavitriNanik

    bagus sekali ceritanya🥰

    15/10

      0
  • Xem tất cả

Các chương liên quan

Chương mới nhất